Sistem Mulsa, Kiat BPP Wates Budidaya Padi Hemat Biaya Tangkal Corona

Indonesian Agriculture Anticipate Covid-19 by Weaker Health Systems

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Sistem Mulsa, Kiat BPP Wates Budidaya Padi Hemat Biaya Tangkal Corona
TUTUP PLASTIK: Tanam padi pada sisa mulsa lahan tanam cabai; Koordinator BPP Wates, Intar Isnani sosialisasi tangkal virus Corona [tengah atas]; hamparan siap panen proyek percontohan [tengah bawah] Foto2: Humas Pusluhtan

Kulon Progo, DIY [B2B] - Musim hujan terlambat. Virus Corona mengintai, sementara 'Ramadan dan Lebaran sebentar lagi.' Penyuluh pertanian di Kecamatan Wates, Kabupaten Kulon Progo di Provinsi DI Yogya harus 'putar otak' untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada petani dan warga Kapanewon Wates bahwa stok beras tetap tersedia. Dipilihlah Sistem Mulsa - adopsi teknik budidaya cabai - oleh Ngadirin selaku Ketua Poktan Tunas Muda Bendungan didukung Koordinator BPP Wates, Intar Isnani untuk memotivasi petani anggota Poktan.

"Masa panen untuk musim tanam pertama di wilayah Kapenewon Wates memang agak mundur akibat terlambatnya musim hujan. Namun dari lahan yang ada, bisa dikatakan bahwa panen musim ini akan sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan warga setempat," kata Intar Isnani.

Menurut Intar Isnani, Ngadirin selaku Ketua Poktan Tunas Muda Bendungan dan dirinya sepakat menerapkan teknologi budidaya padi Sistem Mulsa, lahan sawah ditutup plastik yang dilubangi untuk menanam padi. Lahan uji coba seluas 4.500 m2. Jarak tanam padi 40 x 40 cm dengan varietas Legowo 4:1 dengan Legowo 50 cm. Lahan yang dipakai merupakan sisa mulsa yang dgunakan untuk budidaya cabai pada musim sebelumnya.

Ngadirin menambahkan, keuntungan Sistem Mulsa adalah menghemat kegiatan tanam, kalau biasanya delapan orang dapat dikurangi menjadi empat orang. Tanpa olah tanah sehingga menghemat biaya. Tidak tergantung alat mesin pertanian [Alsintan]. Hemat penyiangan dan waktu pemupukan.

"Dari pengamatan, setiap rumpun padi bisa menghasilkan 45 hingga 55 anakan per rumpun. Hal itu mendukung upaya menggenjot produktivitas padi, karena rata-rata padi yang dihasilkan di lokasi tersebut maksimal 35 anakan per rumpun," kata Intar Isnani.

Teknik mulsa menggunakan sistem tanam dengan menanam satu batang per rumpun padi. Berbeda dengan teknik tanam padi yang dilakukan petani umumnya, menanam 2 hingga 3 batang per tanam. "Saat ini lahan percontohan BPP Wates juga sudah panen dengan Sistem Mulsa."

Berkat bimbingan penyuluh pertanian BPP Wates ternyata hasil panen padi di lahan percontohan KostraTani Wates dengan luasan 3.525 m2 yang ditanami dengan Legowo 2:1 rata-rata menghasilkan di atas delapan ton lantaran anjuran menggunakan varietas unggul Ciherang, Supadi dan Soponyono. 

"Selain itu, penggunaan refugia sangat menguntungkan petani penggarap karena jumlah OPT turun ketimbang tidak menggunakan refugia," kata Intar Isnani.

Guna menghindari wabah Covid-19, BPP Wates menggandeng UPT Penyuluhan Pertanian dari Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo juga mensosialisasikan pencegahan virus Corona kepada petani dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh pertanian. 

"Tidak cuma itu, juga sosialisasi dengan menempel poster dan banner di BPP sebagai media informasi kepada masyarakat tentang pentingnya jaga jarak, hindari kerumunan, dan cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir," katanya. [Liene]

Kulon Progo of Yogyakarta [B2B] - Indonesia´s Agriculture Ministry is in intensive care after testing positive for the novel coronavirus, as civil servants in head office and across the country were ordered to close over the health threat. The World Health Organization has said it is particularly concerned about high-risk nations with weaker health systems, which who may lack the facilities to identify cases, according to official of the region.