Bandung, Jabar [B2B] - Gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian [KostraTani] yang digagas Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo [SYL] dinilai tepat oleh Vivit Wardah, mahasiswi pascasarjana Universitas Padjadjaran [Unpad]. KostraTani disebutnya terobosan penting dalam menguatkan peran penyuluh untuk menyebarkan inovasi pertanian, dengan menempatkan penyuluh ke kluster terkecil komunitas petani di tingkat pedesaan.

"Selama ini, sebagian besar penyuluh pertanian masih di bawah wewenang dinas-dinas provinsi dan kabupaten/kota, sehingga organisasinya kerapkali berbeda di tiap daerah," kata Vivit Wardah pada sidang promosi program doktor bidang Ilmu Komunikasi di Unpad Bandung, Rabu [12/2].

Menurut Vivit Wardah, Kementerian Pertanian RI ke depan melalui KostraTani dapat mempertajam peran penyuluh dengan menempatkan mereka ke kluster terkecil komunitas petani di tingkat desa. Ujung tombak penyuluh juga masih di tingkat kecamatan. sementara karakter petani di wilayah penelitian dari desertasinya membentuk kluster-kluster.

"Kebanyakan petani berinteraksi dalam kluster dengan posisi setara sehingga tidak ada yang saling mendominasi. Jarang sekali petani berinteraksi lintas kluster," kata Vivit Wardah dalam desertasinya berjudul 'Jaringan Komunikasi Petani Adopter Teknologi Tanam Jajar Legowo' di Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.

Kendati begitu, diakuinya, di dalam setiap kluster yang ditelitinya terdapat 'aktor-aktor sentral' yang menjadi rujukan anggota di setiap kluster karena berperan sebagai opinion leader. "Mereka yang menjadi kunci penyebaran inovasi di tingkat petani."

Menurutnya, 'aktor sentral' tersebut biasanya petani yang dipercaya dan memiliki mobilitas tinggi. Misalnya pemilik penyewaan traktor, pemilik penggilingan, atau ketua kelompok tani, dari para aktor sentral itu penyebaran inovasi berlangsung secara personal.

"Sifatnya komunikasi interpersonal, bahkan peran media massa dan media sosial masih rendah. Pada konteks tersebut, para penyuluh yang ditempatkan di setiap desa harus dapat menembus aktor sentral di setiap kluster, yang juga berperan sebagai penghubung antar kluster di sebuah wilayah," kata pustakawan pada Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian di Kementan.

Hasil riset Vivit Wardah terbatas pada petani di sebuah wilayah yang umumnya berusia di atas 40 tahun yaitu di Majalengka. Riset di bawah bimbingan promotor Dr Asep Suryana, MSi; Prof Tuhpawana P Sendjaja, PhD; dan Dr Dadang Sugiana, MSi yang menyatakan hasil riset Vivit Wardah hanya cocok untuk daerah-daerah yang memiliki tipologi sama yaitu kluster-kluster petani dengan anggota yang egaliter.