Instruksi Mentan, KostraTani Asahan Sosialisasi Pupuk Berimbang

Indonesian Agricultural Extentionists must be Support Farmers

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Instruksi Mentan, KostraTani Asahan Sosialisasi Pupuk Berimbang
DUKUNGAN IPDMIP: Konsultan Regional I Tenaga Ahli/Koordinator IPDMIP Asahan, Radinson Saragih mengatakan diskusi SL yang didukung IPDMIP bermanfaat bagi petani mengetahui pupuk berimbang untuk menghemat biaya produksi [Foto: Pusluhtan]

Asahan, Sumut [B2B]- Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengingatkan penyuluh pertanian di seluruh Indonesia untuk mensosialisasikan penggunaan pupuk berimbang. Kementerian Pertanian RI pun berupaya melakukan pengawasan ketat alokasi dan pemanfaatan pupuk agar tepat sasaran dan efisien.

"Pupuk merupakan produk strategis bagi pertanian. Produksi dan distribusi harus terus berjalan untuk mendukung pembangunan pertanian. Namun jangan abai pada pemanfaatan pupuk efisien dan tepat guna melalui pemupukan berimbang," kata Mentan Syahrul.

Instruksi Mentan Syahrul didukung penyuluh Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara dengan mengajak petani memakai pupuk sesuai kebutuhan mengacu pada umur padi. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan BPP model KostraTani di Kecamatan Rawang Panca Arga melalui kegiatan Sekolah Lapang [SL] pada penghujung Juli lalu.

Peserta SL adalah petani padi di wilayah irigasi [DI] Desa Pondok Bungur yang didukung Program Integrasi Partisipasi Pertanian dan Manajemen Irigasi dikenal sebagai Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project atau IPDMIP. Narasumbernya, penyuluh Rahmadi Rajab dan Uni Surung Simarmata dari BPP Rawang Panca Arga.

Rahmadi Rajab mengajak petani memakai pupuk sesuai kebutuhan dan mengacu pada umur padi. "Apabila pakai unsur NPK dari pupuk tunggal, tidak perlu NPK majemuk. Begitu pula, kalau memakai urea tidak perlu ZA. Setelah pilih SP36, jangan lagi gunakan TSP."

Ajakan tersebut sejalan dengan arahan Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi bahwa penggunaan pupuk harus sesuai karakteristik lahan seperti sawah, lahan kering, rawa pasang surut, rawa lebak.

"Pupuk harus spesifik komoditas. Misalnya tanaman semusim, tahunan, perkebunan dan hortikultura. Satu jenis pupuk tidak mungkin bisa untuk semuanya, karena setiap tanaman, setiap lahan, dan setiap musim itu unik dan berbeda," kata Dedi Nursyamsi.

Rahmadi Rajab mengajak petani binaannya tidak mudah tergiur tawaran sejumlah pihak swasta. Orientasi bisnis abai pada ongkos produksi pertanian oleh petani padahal berdampak pada kesejahteraan keluarga petani serta ketahanan pangan daerah dan nasional.

"Jangan mudah tergiur. Aplikasi macam-macam pupuk anorganik seperti urea, ZA, KCl, SP-36 dan NPK dari berbagai merek, termasuk menambah zat pengatur tumbuh serta memakai obat fungisida dan obat anti hama untuk tanaman padi," kata Rahmadi Rajab melalui keterangan tertulis yang diterima Minggu [2/8].

Penyuluh Uni Surung Simarmata menambahkan ketepatan waktu pemberian jenis pupuk juga harus diperhatikan petani. Misalnya pupuk urea atau ZA diberikan saat mulai tanam sampai padi usia satu bulan.

Begitu juga pemakaian pupuk KCl diberikan bersamaan waktunya dengan urea, yang berfungsi merangsang pertumbuhan anakan padi dan akar, sedangkan SP36 pada usia lebih satu bulan sampai padi bunting.

"Penambahan ZPT bisa dilakukan, karena fungsinya meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, jumlah gabah per malai, bobot bulir padi dan panjang malai. Juga berfungsi memperbaiki ketersediaan unsur hara dalam tanah dan mengurai pupuk anorganik yang tidak terserap oleh tanaman padi," kata Uni SS.

Konsultan Regional I Tenaga Ahli/Koordinator IPDMIP Asahan, Radinson Saragih mengatakan diskusi SL yang didukung IPDMIP bermanfaat bagi petani mengetahui pupuk berimbang untuk menghemat biaya produksi.

"Ke depan, peserta SL diharapkan lebih selektif memilih dan efisien menggunakan pupuk sesuai jenis dan waktu pemakaian mengacu umur padi, untuk meningkatkan produksi pertanian. [Liene]

Asahan of North Sumatera [B2B] - The young generation of farmers who are productive, responsive, understand information technology and agricultural machinery are the backbone of Indonesia´s agriculture as millennial farmers is the main goal of Agriculture Ministry to develop a million millennial farmers, and agricultural extensionist play a vital role in supporting farmers´ regeneration programs.