BKP Kementan Ajak Kaum Ibu Manfaatkan 10,3 Juta Ha Lahan Tidur untuk KRPL
10.3m Hectares of Unused Land in Indonesia is Useful for Urban Farming
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Ciamis, Jawa Barat (B2B) - Kementerian Pertanian RI memperkirakan tersedia 10,3 juta hektar lahan pekarangan di seluruh Indonesia yang terbengkalai menjadi lahan tidur padahal dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya kaum ibu, menjadi sumber pangan khususnya hortikultura seperti cabai, tomat, sayuran di sisi lain mendukung upaya pemerintah menekan inflasi lantaran fluktuasi harga cabai yang kerap menembus Rp100.000/kg.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Gardjita Budi mengatakan dengan memanfaatkan lahan pekarangan (urban farming) maka masyarakat dapat menyediakan pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA), dan program utama yang didorong pemerintah untuk menghasilkan pangan dari rumah tangga dengan menerapkan rumah pangan lestari (RPL).
"RPL merupakan sebuah rumah yang menerapkan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan, untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga, misalnya uang yang semula untuk membeli cabai dialihkan pada kebutuhan sekolah anak kan tinggal petik di pekarangan," kata Garjita Budi kepada pers di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat belum lama ini.
Selanjutnya, pemerintah mendorong masyarakat membentuk komunitas yang dikenal sebagai Kawasan RPL (KRPL), artinya sejumlah rumah di satu kawasan seperti rukun tetangga hingga rukun warga (RT/RW).
Menurutnya, pemanfaatan lahan pekarangan sebagai salah satu sumber pangan sejatinya bukan hal baru bagi masyarakat, karena masyarakat telah biasa menanam kebutuhan keluarga sejak puluhan tahun yang lalu.
"Namun pada sebagian masyarakat ternyata kebiasaan dan pola tersebut mengalami pergeseran sehingga lahan pekarangan menjadi terlantar," kata Gardjita.
Dia pun mengungkap tentang teknik menanam di lahan pekarangan yang tergolong beragam seperti tanam di pot, kebun gantung, vertikultur, akuaponik, vertiminaponik, dan hidroponik. Limbah di pekarangan pun menjadi bermanfaat seperti menggunakan botol plastik air mineral sebagai pot tanaman.
KWT Mekar Bersama
Kepala BKP mengajak jurnalis melihat langsung keberhasilan kelompok wanita tani (KWT) Mekar Bersama di Desa Ciomas, Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis yang menjadi wadah sejumlah ibu rumah tangga mendukung ketahanan pangan dan kini berkembang menjadi kegiatan usaha yang mumpuni.
Kelompok yang berdiri sejak 2009 awalnya beranggotakan 20 kepala keluarga (KK), kini jumlah anggota telah mencapai 44 orang. Bahkan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan oleh KWT Mekar Bersama telah menyentuh 199 KK.
"Awal kegiatan menanam karena hobi untuk memanfaatkan lahan pekarangan, bagi keluarga yang berpenghasilan rendah dapat dikelola sebagai lumbung hidup dan apotek hidup. Bisa dibilang sebagai tabungan keluarga sekaligus menjadikan pekarangan rumah hijau dan asri," kata Teti Herawati, Ketua KWT Bersama.
Menurutnya, kaum ibu yang menjadi anggota dapat menyediakan sendiri aneka bahan pangan dari pengelolaan lahan pekarangan, bahkan kalau ada kelebihan hasil panen kemudian dijual kaum ibu untuk membantu ekonomi keluarga.
Kerja keras mereka tidak sia-sia karena telah meraih 10 penghargaan di tingkat kecamatan hingga provinsi seperti juara pertama Provinsi Jawa Barat untuk kategori pelaku pembangunan ketahanan pangan dalam Pemberdayaan Kelompok Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
Gardjita Budi mengajak KWT di wilayah lain perlu meniru KWT Mekar Bersama karena terbukti berhasil memberdayakan anggota dan memenuhi sebagian kebutuhan pangan keluarga dan menambah pendapatan.
Ciamis, West Java (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry estimates that 10.3 million hectares of unused land across the the country, but can be utilized by the community, especially mothers, become a source of food, especially horticulture such as peppers, tomatoes, vegetables on the other hand supports the government's efforts for suppress inflation due to price fluctuations peppers that often reached 100,000 rupiah/kg.
Head of Food Security Agency, Gardjita Budi said to utilize the land in the yard for urban farming, the community can provide a variety of food, nutritious, balanced and safe, and the main program that encouraged the government to produce household food needs with urban farming (RPL).
"The RPL is a home that utilizes the yard of the house for meet the needs of food and nutrition so as to increase family income, such as money for buy chili diverted for other needs," Mr Budi told reporters here recently.
The government then encouraged people to form a community or a number of houses in the region, such as the neighborhood.
According to him, land use garden as a source of food actually is not new to the community, because the community has been used to plant the family's needs since tens of years ago.
"But in some people it turns out these habits begin to change so that their yards become neglected," Mr Budi said.
He also reveal the technique of planting in home gardens are classified as diverse as plant pots, hanging gardens, vertikultur, Aquaponics, vertiminaponik, and hydroponics. Garbage also be useful with the use of plastic bottles of mineral water as a pot for plants.
Opportunities and Challenges
Mr Budi nvited journalists to see the success of women farmers (KWT) Mekar Bersama in Ciamis village of Panjalu subdistrict in Ciamis district being a housewife associations support food security and has now developed into a business activity.
The group was established since 2009 initially consisting of 20 families, now the number of members to 44 people. Even urban farming activities by KWT Mekar Bersama nearly 200 households.
"Early planting activities as a hobby for urban farming, for low-income families can be managed as a source of food and herbs. It can be said as the family's savings," said Tati Herawati, chairman of KWT Mekar Bersama.
According to her, the mothers who are members can avail themselves of a variety of foodstuffs from the management of urban farming, even if there is surplus crops they sell for additional family income.
Their hard work was worth it because it has won 10 awards at the district level to the provinces as the first champion of West Java province for development of food security category.
Mr Budi invites women farmers in other regions such as Mekar Commons, because it proved successful empower members and meet most of the family food needs and increase family income.
