Lulus
Belum Tentu Jadi ASN

ROSADI JAMANI
Ketua Satupena Kalbar
DERITA seperti belum mau pergi dari negeri ini. Megakorupsi bukan lagi miliar, naik level menjadi triliunan. Kejagung dan KPK seperti panen koruptor untuk dikerangkeng. Belum lagi gelombang PHK massal yang membuat perih.
Terbaru, ada ribuan CPNS sudah dinyatakan lulus, namun belum juga diangkat ASN. Yok, kita bahas, wak!
CPNS 2024. Harapan. Masa depan cerah. Jaminan hidup tenang. Gaji tetap. Tunjangan. Status sosial.
Itulah yang terbayang di kepala ribuan anak muda yang sudah jungkir balik menghadapi seleksi. Belajar siang malam. Menelan ribuan soal tryout. Berdoa lebih khusyuk dari biasanya.
Begitu nama mereka muncul di pengumuman kelulusan, mereka bersorak. "Akhirnya, aku lulus!"
Mungkin sudah ada selamatan. Mungkin sudah ada pinjam kredit di bank. Bahkan, mungkin aja juga sudah pamer di medsos, aku lulus CPNS.
Tapi siapa sangka, kisah mereka tidak berakhir bahagia. Justru baru saja masuk babak baru. Babak penuh ujian mental. Babak bertajuk, "Selamat, Anda Lulus, Tapi Belum Jadi ASN!"
Menteri PAN-RB, dengan penuh kebijaksanaan dan perhitungan mendalam, mengumumkan bahwa pengangkatan CPNS 2024 ditunda hingga Oktober 2025.
Alasannya? Demi pengangkatan yang serempak. Demi efektivitas. Demi penyesuaian dengan program prioritas pembangunan. Demi... entahlah. Yang jelas, bukan demi kebahagiaan para CPNS.
Banyak yang langsung terdiam membaca pengumuman itu. Ada yang mengucek mata, memastikan mereka tidak salah lihat. Ada yang langsung mencari klarifikasi, berharap ini cuma hoaks. Ada yang diam beberapa saat, menatap layar ponsel, lalu berbisik, "Dunia tipu-tipu."
Banyak dari mereka sudah siap pindah kota. Sudah pamitan dengan rekan kerja di kantor lama. Ada yang sudah resign. Ada yang sudah membayangkan seragam dinas dan tanda tangan basah di surat keputusan. Sekarang, semuanya harus ditunda. Bukan sebulan dua bulan, tapi hampir dua tahun.
Budi, 27 tahun, salah satu CPNS yang sudah meninggalkan pekerjaannya, kini terpaksa beralih profesi menjadi freelancer. Ia bercanda di media sosial bahwa ia akan membuka jasa konsultasi, "Cara Bersabar dan Ikhlas di Negara Ini."
Sementara Linda, yang sudah bersiap pindah ke kota penempatan, kini harus tetap tinggal di kontrakan lamanya. Ia menatap koper yang sudah dikemas rapi dan berkata lirih, "Nanti dulu, ya."
Sementara itu, netizen tak mau ketinggalan dalam kegaduhan ini. "Jadi ASN di Indonesia bukan cuma butuh nilai tinggi, tapi juga hati baja," kata salah satu warganet.
"Semoga yang nunda pengangkatan gajinya juga ikut ditunda," komentar yang lain. Beberapa orang bahkan menyarankan agar CPNS 2024 diberi sertifikat khusus, "Lulus, Tapi Belum Tentu Jadi ASN."
Di balik keabsurdan ini, satu hal menjadi pelajaran penting, menjadi ASN bukan hanya soal seleksi yang ketat. Bukan hanya soal kecerdasan dan kemampuan. Tapi juga soal kesabaran. Jika dulu mereka harus menunggu hasil ujian berbulan-bulan, kini mereka harus menunggu kepastian nasib mereka hampir dua tahun.
Yang lebih ironis lagi, mereka bahkan belum tahu apakah akan ada kejutan baru tahun depan. Mungkin, saat Oktober 2025 tiba, akan ada pengumuman lain, "Demi efektivitas, pengangkatan kembali ditunda hingga 2026."
Begitulah nasib CPNS 2024. Pejuang tanpa tanda jasa yang masih berstatus calon. Para abdi negara dalam penantian. Para pemuda yang harus menunda kepastian, karena negeri ini punya cara sendiri dalam mendefinisikan waktu. #camanewak
Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis