Pondasi Manusia Berkarakter di Era 4.0

Tuhan YME, Rasionalitas, Keteladanan dan Kerjasama Tim


Pondasi Manusia Berkarakter di Era 4.0

 

 

Dr SEPTALINA PRADINI SPi,MSi
Pemerhati Penyuluhan Pertanian

 

REVOLUSI INDUSTRI 4.0 bagai ´pisau bermata dua´ bagi kehidupan manusia. Era ketika dunia berada dalam genggaman teknologi digital. Era yang menggantikan fungsi dan peran manusia. Kompetensi manusia yang tertinggal dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi [TIK] secara perlahan tapi pasti akan tergusur, maka peningkatan kualitas manusia seutuhnya menjadi keharusan yang tidak bisa dihindarkan.

Lembaga pendidikan sebagai sumber utama penghasil sumber daya manusia [SDM] dituntut untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi lulusannya. Setiap jenjang pendidikan sebagai pemasok dan pencetak SDM dibekali dengan kemampuan untuk menguasai era digital. Ketidakmampuan menguasai dan mengoperasikan teknologi digital, maka akan tertinggal dan kalah bersaing akibat tidak kompetitif di era 4.0.

Era 4.0 telah melahirkan fenomena disruptive innovation, inovasi yang dapat merusak atau mengganggu pasar yang ada kemudian menggantinya dengan pasar baru. Buktinya? Sudah terlihat di depan mata.

Aplikasi di jagat maya mengacaukan industri tradisional dalam lima hingga 10 tahun ke depan. Bisnis kamera, transportasi, perhotelan, biro perjalanan telah tergilas oleh era disruptif. GoJek, Uber, Traveloka, dan Airbnb tak perlu memiliki armada taksi, maskapai penerbangan, kantor biro perjalanan dan jaringan hotel untuk menguasai pasar. Konsumen hanya diminta menyentuh layar smartphone untuk approved layanan yang dikehendaki.

Ragam inovasi digital bermunculan tanpa bisa dibendung. Antisipasi dilakukan dengan berbagai model dan cara oleh kalangan dunia usaha dan pelaku industri. Hal ini dilakukan agar mereka masih mampu bersaing dengan perkembangan teknologi digital tersebut. Era ini merambah kesemua lini dan sektor kehidupan masyarakat saat ini. Smartphone dan sistem operasi Android maupun iPhone adalah motor drive dari 4.0.

Pergeseran kegiatan industri dari otomasi ke digital, mendorong dan mewajibkan dunia pendidikan untuk menyiapkan SDM yang relevan dengan 4.0. Tantangan pun kian kompleks dihadapi institusi pendidikan untuk mampu menghasilkan kualitas manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Pemanfaatan dan penggunaan teknologi digital dalam kegiatan pendidikan bukan lagi tahap sosialisasi, namun harus ke arah implementasi. Pendidikan berbasis digital dengan mengombinasikan teknologi informasi, smartphone, media dan komunikasi menentukan keberhasilan lulusan berkualitas yang melek teknologi.

Paradigma pendidikan berbasis teknologi digital harus dibarengi dengan karakter yang berperan sebagai penyeimbang. Model dan strategi pembelajaran melalui tatap muka sudah harus dikurangi agar pemanfaatan teknologi digital maksimal digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Teknologi digital akan memodifikasi proses  pembelajaran dengan konsep online dan digital learning. Kurikulum menjadi kunci untuk mewujudkan kualitas SDM yang berbasis industri digital, tanpa mengabaikan prinsip ke-Indonesia-an.

Sinkronisasi pemanfaatan teknologi digital, konsep wirausaha berbasis industri dan penguatan karakter dalam kegiatan pendidikan menjadi cerminan persaingan global di era industri 4.0. Utamanya melalui pendekatan sektor pertanian, yang merupakan sandaran ilmu sekaligus karier penulis.

Belajar dari upaya yg dicanangkan sebuah yayasan pendidikan Islam di Bogor untuk pembentukan karakter anak didiknya. Penulis mencoba menelaah pentingnya pembentukan karakter, yang terbentuk bukan semudah membalikkan telapak tangan. Pembinaan karakter berproses. Terbentuk mulai dari rumah hingga ke ruang kelas. Penulis menekankan pada tiga prinsip.

1. Tuhan YME sebagai Tujuan
Setiap agama mengajarkan untuk percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa [YME] sebagai Maha Pencipta. Ketaatan kepada Tuhan YME adalah mutlak melibatkan Tuhan dalam setiap aktifitas. Implementasinya adalah dengan selalu berdoa sebelum dan sesudah mengakhiri setiap aktifitas dengan penuh kesadaran sesuai keyakinan masing-masing kepada Tuhan YME.

2. Berfikir dan Bertindak Rasional
Pendidikan karakter menjadi mustahil. Tanpa jaminan kesuksesan apabila kita tidak memahami makna perilaku dalam kehidupan. Perlu upaya integrasi tentang pemahaman aspek duniawi dan ukhrowi [tentang Akhirat] yang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan.

Kuncinya adalah mawas diri. Untuk apa kita bekerja? Apakah manfaat semua ilmu pengetahuan yang kita pelajari? Adakah nilai spritual untuk pembinaan dan pendampingan yang kita berikan? Sudah tepatkah kecanggihan TIK yang kita terapkan?

Dengan begitu, bukan hanya indikator ekonomi yang menjadi acuan seperti tingginya hasil pendapatan atau peningkatan hasil produksi. Potensi luas lahan. Hal terpenting adalah bagaimana membawa pelaku utama pertanian, pelaku usaha pertanian dan aparat pertanian menjadi manusia berkarakter. Perilaku terpuji, adab mulia sekaligus cendekia. Pintar dan menyejukkan.

Seorang petani menerapkan cara bertani yang benar, menggunakan cara yang benar untuk menghasilkan produk yang sehat dan aman, dan lingkungannya terjaga.

Seorang penyuluh senantiasa gigih mendampingi petani dengan memberikan motivasi dan semangat, serta memberikan informasi yang benar.

SDM milenial bukan berati tidak bisa menjadi ´sosok humanis´ justru karakter milenial adalah karakter yangg menyatukan pengetahuan, kebijaksanaan, kebenaran, kasih sayang dan keikhlasan sebagai landasan berpikir, bertutur kata, berperilaku dan bertindak di era digital.

3. Keteladanan dan Pembiasaan
Narvaesz (2008) menuturkan bahwa keteladanan dan pembiasaan merupakan faktor utama dalam mengasah kecerdasan emosi.

Budaya saling menasihati dengan santun dan lembut perlu dibangun pada setiap institusi/lembaga. Pemimpin perlu mengingat timnya dan anggota tim pun boleh mengingatkan pemimpinnya.

Kerja tim menjadi pilihan organisasi untuk mencapai sebuah tujuan. Di sinilah dibutuhkan saling mendukung, saling menguatkan, saling mengisi dan saling melengkapi.

Alangkah indahnya jika sebuah tim kerja dapat menjalankan fungsinya secara sadar, tidak dalam tekanan sehingga mendorong munculnya kreativitas.

Pesan bijak mengatakan "nakhoda hebat adalah yang mampu menaklukkan badai".



Bogor, Sabtu pagi berawan 20191012

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis