Tiga Tahun Naik 53,39%, Luas Tanam Bawang Merah Agam di Sumbar

Indonesia`s West Sumatera Seeks to Meet the Needs of Shallots for the Region

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Tiga Tahun Naik 53,39%, Luas Tanam Bawang Merah Agam di Sumbar
PENDAMPINGAN PETANI: Wira Nofalia, penyuluh pertanian Agam di Nagari Balai Gurah, Kecamatan Ampek Angkek tetap ke lapangan mendampingi petani [Foto: Humas Pusluhtan]

Agam, Sumbar [B2B] - Luas tanam dan produksi bawang merah di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Luas tanam 2017 sekitar 428 hektar menghasilkan 3.061 ton meningkat ke 3.369 ton dari 505 hektar dan pada 2019 mencapai 5.168 ton dari luas tanam 616 hektar, dengan produktivitas bervariasi sekitar delapan hingga 12 ton per hektar.

"Dalam tiga tahun terakhir, produksi bawang merah naik 53,39 persen, hal itu menunjukkan petani bawang merah mulai melirik bawang merah sebagai komoditas primadona baru. Semua itu berkat keseriusan petani dan pendampingan penyuluh pertanian sehingga bawang merah menjadi komoditas unggulan Agam," kata Sekretaris Dinas Pertanian Pemkab Agam, Emrizal di Agam, belum lama ini.

Menurutnya, peningkatan tersebut berkat dukungan Bupati Agam, Indra Catri yang menyalurkan bantuan sarana produksi [Saprodi] berupa benih, mulsa, pupuk untuk pengembangan pertanaman bawang merah seluas 147 hektar sejak 2016 hingga 2019.

"Termasuk pengadaan alat mesin pertanian atau Alsintan seperti cultivator, sementara pada 2020, Bupati Agam menargetkan kembali pengembangan lahan baru untuk bawang merah seluas 35 hektar," kata Emrizal melalui pernyataan tertulis yang disarikan penyuluh pusat, Edizal dan dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan BPPSDMP].

Hal itu sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo [SYL] agar pemerintah daerah mendukung penuh kinerja petani dan penyuluh mengembangkan komoditas pertanian spesifik lokasi tanpa mengabaikan kepentingan petani untuk mendapat laba dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Trend positif tersebut, menurut Emrizal, berkat dukungan penyuluh pertanian Agam terus mendampingi dan mengawal petani bawang untuk meningkatkan luas tanam dan produktivitas bawang merah. Dampaknya, petani kian termotivasi menanam bawang merah bahkan sudah mulai menguasai teknologi agar hasil produksi maksimal, mengingat bawang merah termasuk komoditas pemicu inflasi di pusat dan daerah.

Wira Nofalia, penyuluh pertanian Agam di Nagari Balai Gurah, Kecamatan Ampek Angkek tetap ke lapangan mendampingi petani sekaligus mengingatkan tentang Protokol Kesehatan seperti diinstruksikan Mentan SYL. 

"Jaga jarak. Jangan berkerumun. Kenakan masker. Rajin cuci tangan dengan sabun di air yang mengalir," katanya mengutip instruksi Mentan SYL yang disosialisasikan secara kontinyu oleh Kepala BPPSDMP Kementan, Prof Dedi Nursyamsi.

Menurut Wira Nofalia, salah satu kelompok tani [Poktan] di wilayah binaannya, Poktan Kumpua Saroso telah melaksanakan panen bawang merah pada Sabtu pekan lalu [18/4] dengan produktivitas 9,5 ton per hektar. Sementara harga jual di tingkat petani relatif stabil di kisaran Rp28.000 per kg sementara di tingkat pedagang sekitar Rp32.000 per kg.

Prof Dedi Nursyamsi mengapresiasi tugas dan peran penyuluh Agam yang setia mendampingi petani, meski virus Corona mengintai seraya mengingatkan bahwa lahan pertanian adalah zona aman karena berlimpah sinar matahari untuk menangkal Covid-19. [Liene]

Agam of West Sumatera [B2B] - Indonesian government through the agriculture ministry has developed shallots production centers in West Sumatera province as the buffer zone in western Indonesia for improve welfare of farmers and the anticipation of the supply chain and expense transport which often trigger price increases in consumer level, according to senior official of the ministry.