Irigasi Tetes Solusi Pengairan Lahan Kering di Rote Ndao

Indonesian Farmers Admit Satisfied on Improved Irrigation

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Irigasi Tetes Solusi Pengairan Lahan Kering di Rote Ndao
INSTALASI PENGAIRAN: Pipa pralon dan pipa karet berbahan sintetis dipasang membentang lalu dilubangi sebagai pori-pori untuk mengeluarkan air [Foto: Humas Pusluhtan]

Lobalain, NTT [B2B] - Penyuluh Kabupaten Rote Ndao memilih sistem pengembunan dengan irigasi tetes untuk budidaya bawang merah di lahan kering. Kiat jitu mengatasi kendala kesuburan tanah di Pulau Rote, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mendukung Kelompok Wanita Tani (KWT) Paohu di Desa Nggodimeda, Kecamatan Rote Tengah memanfaatkan lahan tidur seluas 20 hektar.

Penyuluh dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Rote Tengah bahu-membahu dengan 15 anggota KWT Paohu mengembangkan irigasi tetes. Pipa pralon dan pipa karet berbahan sintetis dipasang membentang lalu dilubangi sebagai pori-pori untuk mengeluarkan air. 

Kegiatan serupa dilakukan di lahan percontohan sebagai demonstration plotting (Demplot) seluas 0,5 hektar di lokasi yang sama. KWT Paohu selain menyediakan lahan, juga tenaga kerja; pemerintah desa mendukung anggaran dari Dana Desa; dinas pertanian mengatur denah dan instalasi perpipaan; penyuluh pertanian melakukan bimbingan teknis dan pendampingan teknologi budidaya bawang merah.

Koordinator BPP Rote Tengah, Lorens Loak mengatakan irigasi tetes mendukung KWT untuk menanam dan panen bawang merah berkelanjutan asalkan pengembunan dilakukan secara terjadwal untuk menyiram tanaman, dengan memanfaatkan mesin penyedot air (robin).

"Sistem irigasi tetes dipilih, untuk menghemat air di musim kemarau, khususnya mengatasi debit air di sumur sekaligus menghemat biaya tenaga kerja untuk menyiram tanaman bawang," kata Lorens Loak melalui pernyataan tertulis yang dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan BPPSDM Kementan).

Cara kerjanya adalah menyimpan cadangan air di torn fiber, kemudian penyiraman didukung mesin penghisap air untuk diairi ke tanaman, memanfaatkan tekanan gaya gravitasi melalui lubang selang drip, yang dibuat sesuai kebutuhan tanaman. 

"Bisa juga diatur kebutuhan air dari masing-masing kran yang dibagi pada tiap bedengan," kata Lorens Loak.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian RI (Balitbangtan) menyatakan sistem pengembunan dengan irigasi tetes sebaiknya dilakukan 15 menit di pagi hari pada musim hujan, pada musim kemarau dilakukan pagi dan sore hari, karena tanaman bawang harus rutin disiram dengan pola pengembunan.

Penyuluh Pusat, Yulia Tri di Kementerian Pertanian RI selaku pendamping kegiatan penyuluhan pertanian NTT mengatakan langkah BPP Rote Tengah dan KWT Paohu sejalan dengan instruksi Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo.

"Insan pertanian di seluruh Indonesia harus tetap bekerja dan produktif di tengah pandemi Covid-19, untuk memenuhi kebutuhan pangan sekaligus menangkal krisis pangan," kata Yulia Tri mengutip Mentan Syahrul.

Instruksi Mentan didukung sosialisasi Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP). Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi setiap kali video conference melalui Agriculture War Room (AWR) memotivasi para petani dan penyuluh untuk manfaatkan lahan tidur, termasuk pekarangan rumah untuk bercocok tanam melalui Family Farming, Pekarangan Pangan Lestari [P2L].

"Kalau lahan terbatas, lakukan budidaya dengan hidroponik. Manfaatkan limbah rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk organik. Hemat biaya, tanah subur dan mendukung pelestarian lingkungan sekitar," kata Dedi.

Lorens Loak menambahkan BPP Rote Tengah sangat mendukung upaya KWT Paohu, untuk memenuhi kebutuhan bawang merah bagi anggota KWT. Sementara kelebihan hasil panen dijual kepada pengepul dan pedagang pasar tradisional untuk mendukung stabilitas harga dan suplai di Pulau Rote.

"Penanaman bawang merah ditargetkan rampung bulan ini, diharapkan Agustus atau awal September 2020 sudah bisa panen," katanya. [Liene]

Rote Ndao of East Nusa Tenggara [B2B] - Indonesian Agriculture Ministry will continue to improve its strategy and operational activities to support increased agricultural production until 2024. The strategy is to increase the availability and use of land and water, infrastructure and facilities, strengthening farmer institutions, and strengthening food and agricultural financing.