Kualitas Petani, Kemampuan SDM Pertanian Papua Setara 33 Provinsi

Indonesian`s Papua Agriculture Human Resources must have Smart Farming Skills

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kualitas Petani, Kemampuan SDM Pertanian Papua Setara 33 Provinsi
PERTANIAN MENETAP: Petani Mappi dibimbing Taslia Sangkala dari Kampung Ghanu di Distrik Nambioman Bapai, yang mengubah kebiasaan berburu dan berladang berpindah-pindah menjadi petani menetap [Foto: Humas Pusluhtan]

Mappi, Papua [B2B] - Saat ini hampir semua penduduk dataran tinggi dan sebagian besar penduduk dataran rendah Papua merupakan petani penetap dengan sistem produksi makanan seperti 33 provinsi lainnya. Petani modern Papua mengubah perladangan berpindah menjadi menjadi sistem ladang berpagar, bersaluran air, dan dikelola intensif untuk menyokong kebutuhan pangan Orang Asli Papua (OAP).

Taslia Sangkala adalah salah satu pionir pertanian modern di Kabupaten Mappi, Provinsi Papua. Kerja kerasnya bersama penyuluh sejak 2006 mengajak OAP budidaya padi menuai hasil menggembirakan. Produktifitas 5,8 ton gabah kering panen (GKP) diperoleh dari varietas Mekongga oleh kelompok tani (Poktan) Hefa Star pada lahan seluas delapan hektar, belum lama ini.

Petani pada tiga distrik di Mappi: Edera, Obaa dan Haju dibimbing oleh Taslia Sangkala dari Kampung Ghanu di Distrik Nambioman Bapai untuk mengubah kebiasaan berburu dan berladang berpindah-pindah menjadi petani tanaman pangan dan hortikultura. Sementara penyuluh Mappi hadir melakukan pendampingan teknis budidaya.

Aktifitas Taslia, pria berdarah campuran Bugis dan Papua, didampingi penyuluh Dionosius Reyaan dan Wandri Taruk Allo membimbing Poktan Hefa Star yang diketuai Taslim Wandemongin menanam padi pada lahan seluas delapan hektar. Hasil panennya diapresiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mappi setelah menembus hasil panen hampir enam ton GKP per hektar.

"Hasil panen Poktan Hefa Star yang dipimpin OAP sungguh luar biasa. Produktifitas rata-rata pada 2018 baru mencapai 2,9 ton GKP per hektar, sementara yang dipimpin OAP bisa mencapai 5,8 ton per hektar," kata Vinsentius Jamlean, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Mappi melalui pernyataan tertulis yang dihimpun Pusat Penyuluhan Pertanian [Pusluhtan BPPSDMP].

Menurut Vinsentius Jamlean, budidaya padi organik tanpa pupuk kimia yang dilakukan OAP merupakan transformasi budaya dari kebiasaan berburu menjadi petani menetap. "Hal ini sungguh luar biasa karena tidak disangka kalau OAP bisa menjadi petani padi yang produktif.”

Kinerja Taslia Sangkala, kata Vinsentius, berawal dari uji coba menanam padi sekitar lima petak. Pemkab Mappi mendukung langkah tersebut pada 2018 dengan pendampingan penyuluh dan fasilitasi pelatihan bagi Poktan untuk pengolahan lahan tanaman padi, kini OAP pandai membudidayakan tanaman padi.

Taslim Wandemongin mengungkap bahwa Poktan Hefa Star yang dia pimpin terbentuk pada 2006, kemudian melalui pendampingan penyuluh Mappi maka legalitas Poktan secara kelembagaan dikukuhkan Dinas Pertanian Pemkab Mappi. Taslim Wandemongin selaku Ketua Poktan Hefa Star bersama Sekretaris Sabinus Tave Kamogin, Bendahara Soni Wandemogin dan 13 anggota Poktan.

Penyuluh Wandri Taruk Allo menambahkan pihaknya terus mendampingi petani OAP melakukan panen padi organik dilanjutkan percepatan tanam pada musim tanam kedua (MT II) untuk periode April - September (Asep) setelah MT I pada Oktober - Maret (Okmar).

Penyuluh Pusat, Siti Nurjanah di Kementerian Pertanian RI mengatakan kemampuan OAP merupakan transformasi budaya, sosial dan teknologi berkontribusi pada ketahanan pangan seperti diinstruksikan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo agar petani dan penyuluh tetap bekerja di lapangan dengan mematuhi Protokol Kesehatan di tengah pandemi Covid-19.

Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi mengingatkan tentang pentingnya menangkal virus Corona untuk selalu kenakan masker, hindari kerumunan, jaga jarak dan rajin cuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir sebelum dan setelah beraktifitas. "Petani, penyuluh dan para pemangku kepentingan harus sehat. Kalau sehat, stok pangan pun aman." [Liene]

Mappi of Papua [B2B] - Agricultural human resource competency determines the success of Indonesia in the era of the industrial revolution 4.0, mastering agricultural technical as well as being able to adopt information technology, to support farmers´ accessibility to infrastructure, facilities, access to finance and market information, so that the agricultural stigma that is synonymous with ´hoe´ must shift to modern agriculture that carries the concept of ´smart farming´.