Boeing 747 Berniat `Gantung Sayap` setelah Hampir 1/2 Abad Mengudara
Boeing May End Production of Its Iconic 747 Aircraft after Nearly 50 Years
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
SELAMA hampir lima dekade ini adalah pesawat penumpang terbesar di angkasa, sehingga pantas dijuluki Jumbo Jet.
Namun Boeing 747 segera menjadi sejarah setelah produsen pesawat mengatakan berniat mengakhiri produksi pesawat karena pesanan berkurang.
Produsennya mengungkapkan produksi jet penumpang ikonik, yang memiliki punuk yang khas di bagian depan dari pesawat untuk mengakomodasi dek atas, pesanannya merosot pada 2016.
Boeing menuding merosotnya pesanan untuk pesawat yang menjadi penyebab, yang menghadapi tekanan dari industri penerbangan yang menginginkan model lebih kecil dan superjumbo seperti Airbus A380 dan Boeing 787 Dreamliner.
Jumlah pesanan seperti diungkap oleh Boeing menguak fakta bahwa hanya tiga 747 dalam enam bulan pertama 2016 dibandingkan dengan sembilan dari jet penumpang pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Boeing saat ini mengurungkan niat untuk menambah produksi 747 untuk satu pesawat per bulan dari 2019 dan akan mengurangi separuh produksi pada September.
Menurut Reuters, Boeing mengatakan: "Jika kami tidak dapat memperoleh pesanan yang cukup dan/atau pasar, produksi dan risiko lainnya tidak dapat dikurangi, kami dapat mencatat kerugian tambahan yang terkait material, dan itu mungkin dapat menjadi alasan bahwa kami memutuskan untuk mengakhiri produksi 747.´
Dalam enam bulan pertama 2016, Boeing memproduksi total 375 pesawat, turun sedikit dari 2015 dengan produksi 381. Produksi pesawat 787 meningkat 64 menjadi 68.
Boeing 747 melakukan penerbangan komersial pertamanya pada 1970 dan sekitar 1.522 pesawat kini melayani penumpang di seluruh dunia.
Mampu mengangkut hingga 660 penumpang dan dengan kecepatan jelajah hingga 900 km per jam, membuatnya populer untuk penerbangan jarak jauh.
Ada beberapa versi yang berbeda dari pesawat, termasuk satu yang diadaptasi melayani kargo.
Selama presentasi pasca-laba pekan ini Dennis Muilenburg, chief executive dari Boeing, mengatakan pasar kargo telah melemah pada 2016.
Boeing menolak untuk berkomentar terhadap kondisi tersebut.
Versi terbaru dari 747 antara lain digunakan oleh Cathay Pacific, Lufthansa dan Air China. Banyak penerbangan lain, seperti Virgin, memilih memperkenalkan Superjets besar seperti Dreamliner ke dalam armada mereka.
Tingkat produksi 747, dari 1,5 per bulan pada Juni 2015, turun menjadi satu unit per bulan di bulan Juli.
Boeing tidak sendirian dalam menghadapi masalah dengan penjualan jet penumpang - Airbus dari Eropa juga telah terpukul oleh menurunnya pesanan.
Airbus dikonfirmasi pekan ini bahwa pihaknya berencana untuk menurunkan separuh produksi superjumbo A380 setelah banyak maskapai penerbangan menghindari jet bermesin empat dan lebih memilih model dua mesin yang lebih kecil, seperti dilansir MailOnline.
FOR DECADES it was the largest passenger aircraft in the skies, earning it the affectionate nickname of the Jumbo Jet.
But the Boeing 747 could soon be consigned to history after the aircraft manufacturer said it could end production of the aircraft due to diminishing orders.
The company revealed production of the iconic passenger jet, which has a distinctive hump in the forward part of the aircraft to accommodate the upper deck, has slumped in 2016.
It blamed falling orders for the famous aircraft, which has faced pressure from a move by airlines towards smaller models and superjumbos like the Airbus A380 and Boeings 787 Dreamliner.
Figures revealed by Boeing showed it had delivered just three 747 in the first six months of 2016 compared to nine of the passenger jets in the same period the previous year.
The company has now cancelled plans to increase production of 747s to one plane per month from 2019 and will be halving its production rate in September.
According to Reuters, Boeing said: ´If we are unable to obtain sufficient orders and/or market, production and other risks cannot be mitigated, we could record additional losses that may be material, and it is reasonably possible that we could decide to end production of the 747.´
In the first six months of 2016, Boeing produced a total of 375 aircraft, down only slightly from 2015 where it delivered 381. Delivers of its 787 aircraft increased from 64 to 68.
The Boeing 747 made its first commercial flight in 1970 and around 1,522 of the aircraft have now entered service.
Capable of carrying up to 660 passengers and with a cruise speed of up to 560mph, it became a popular choice for longhaul flights.
There have been several different versions of the aircraft, including one that had been adapted as a to carry cargo.
During a post-earnings presentation this week Dennis Muilenburg, chief executive of Boeing, said the cargo market had been particularly weak in 2016.
Boeing declined to elaborate on the filing or the comments.
The latest version of the 747 is used by Cathay Pacific, Lufthansa and Air China, among others. Many other airlines, such as Virgin, have shifted to introduce larger superjets like the Dreamliner into their fleet.
The production rate of the 747, which was 1.5 per month in June 2015, dropped to one per month in July.
Boeing is not alone in facing problems with sales of the biggest passenger jets - Europe´s Airbus has also been hit by weak demand.
Airbus confirmed this week that it plans to roughly halve production of its A380 superjumbo as airlines shun large four-engined jets in favor of smaller two-engined models.
