Lahan Rawa `Medan Tempur` Petani Milenial


Lahan Rawa `Medan Tempur` Petani Milenial

 

M. ACHSAN ATJO
Wartawan

 

HAMPARAN sawah seluas 1.800 hektar mendominasi Desa Telang Rejo di Kecamatan Muara Telang, yang dikelola oleh 27 kelompok tani. Sebagian besar petani adalah generasi kedua dari transmigran yang berbondong datang ke Kabupaten Banyuasin pada dekade 80-an.

Sarana transportasi utama dari Palembang, ibukota Provinsi Sumatera Selatan ke Telang Rejo melalui Sungai Musi. Waktu tempuh 1,5 jam dari pangkalan speedboad di bawah Jembatan Ampera.

Daerah tujuan transmigrasi asal Jawa dan Bali awalnya adalah kawasan terisolir. Gagal panen padi menjadi kisah pilu yang memaksa transmigran kabur. Menjual tanah dengan harga murah harus ditempuh meski pahit.

Pesan bijak mengatakan: "nakhoda ulung tidak lahir dari lautan tenang."

Begitu pula petani hebat, ´hadir di tengah panas terik, yang senantiasa mengusir burung dan mencabut rumput di celah-celah tanamannya.´

Sosok itu mewujud pada Hendrik Kuswoyo. Anak transmigran asal Kerteg, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Sejak lahir hingga hari ini, dia memilih bertahan di Telang Rejo. Seorang saudaranya kembali ke kampung halaman untuk menggarap lahan warisan leluhur. Seorang lagi memilih hijrah mengadu nasib ke Jakarta.

Petani milenial layak disematkan pada Hendrik. Gelar sarjana hukum S1 tidak mendorongnya hengkang dari desa. Jabatan kepala desa tidak menghalangi langkah turun ke sawah miliknya, seluas 20 hektar.

Dia meyakini Telang Rejo tak ubahnya ´berlian yang belum digosok´ maka dia pun gigih bekerja keras didukung petani dan warga desa mengeruk tanah untuk mengembangkan irigasi sederhana.

Kendala yang menghadang tak membuatnya jeri. Mengetuk pintu kantor instansi pemerintah untuk mendapatkan dukungan pun dia lakukan. Hendrik yakin bahwa pemerintah adalah pamong bagi rakyat. 

´Langkah awal untuk meraih sukses dalam pekerjaan adalah dengan menyukai pekerjaan itu´ membuat petani setempat berhasil panen dua kali setahun.

Kisah sukses Hendrik ditiru oleh petani setempat yang rata-rata memiliki lahan maksimal tiga hektar. Kiatnya adalah olah tanah dan sebar benih tepat waktu.

Masa panen belum tentu menjadi kisah menyenangkan bagi petani Telang Rejo. Serangan hama adalah musuh utama. Sistem bagi hasil dengan pekerja panen adalah kendala berikutnya. Petani hanya meraih laba 40%, selebihnya harus dibagi dengan pekerja panen.

´Harus ada mesin pertanian untuk menuai hasil panen,´ pikir Hendrik. Kerja keras berikutnya adalah bagaimana mendapatkan bantuan Alsintan dari pemerintah.

Saat jumlah traktor roda dua dan roda empat maupun mesin panen tidak seimbang dengan luas panen, dia berinisiatif mendatangkan Alsintan dari luar Telang Rejo. Tidak tanggung-tanggung, dia merambah hingga ke Lampung untuk mendapatkan tambahan Alsintan. Keinginannya sederhana, memfasilitasi puluhan Alsintan masuk ke Telang Rejo.

Semangat dan kerja keras Hendrik berbuah manis. Telang Rejo dipilih oleh Kementerian Pertanian RI sebagai lokasi proyek percontohan dari program ´selamatkan rawa sejahterakan petani´ disingkat #Serasi.

Program #Serasi diinisiasi Pemerintahan Joko Widodo di bawah kendali Andi Amran Sulaiman sebagai menteri pertanian untuk menggarap jutaan hektar lahan rawa di Indonesia selama ini terbengkalai bagai ´raksasa tidur´ padahal potensinya luar biasa untuk memproduksi pangan sepanjang tahun tanpa terpengaruh kekeringan musim kemarau. 

Petani milenial bermental baja seperti Hendrik didukung mekanisasi pertanian menjadi penentu keberhasilan Kementerian Pertanian RI mengembangkan lahan rawa sebagai tumpuan masa depan produksi pangan nasional.

#Serasi, program yang bertujuan menjadikan rawa pasang surut Banyuasin jadi lumbung pangan nasional dengan IP 300 dan produktivitas mimimal enam ton per hektar. 

"Pemerintah siap membantu, apa pun yang dibutuhkan petani untuk mencapai tujuan dari #Serasi," kata Momon Rusmono, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan.

Rumah Hendrik kini menjadi ´markas´ dari sejumlah pejabat daerah maupun dari Kementerian Pertanian. Bahkan Mentan Amran Sulaiman dan Gubernur Herman Deru mencanangkan program #Serasi di halaman rumahnya.

"Mimpi saya menjadi kenyataan, lebih dari yang saya fikirkan. Tuhan Maha Baik dan memberi kemudahan melalui cara yang tidak saya sangka," katanya.

Hari-hari ini, sedikitnya 70 unit eskavator, 60 unit traktor tangan, 40 unit traktor roda empat, 30 unit combine harvester menderu-deru di lahan rawa Telang Rejo.

Petani milenial dari Telang Rejo sedang mewujudkan impiannya. ´Bukan untuk seorang Hendrik, melainkan untuk kedaulatan pangan Indonesia.´

 

Keterangan Foto: Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman bersama Hendrik Kuswoyo (kanan) Foto: Humas BPPSDMP Kementan

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis