`Padi Masak Jagung Mengupih` Pola Tanam Tumpangsari Tingkatkan Produksi Pajale


`Padi Masak Jagung Mengupih` Pola Tanam Tumpangsari Tingkatkan Produksi Pajale

 

 

SUMARJO GATOT IRIANTO
Direktur Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian RI

 

PRODUKSI komoditas tanaman pangan utama : padi, jagung, kedelai - disingkat Pajale - meningkat signifikan. Setiap tahun rata-rata produksi padi mencapai 4,07%, jagung 12,5%, dan kedelai 8,79% selama lima tahun terakhir. 

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan di Kementerian Pertanian RI menjalankan sejumlah program strategis untuk meningkatkan Pajale maupun komoditas tanaman pangan lainnya, dengan berbagai program terobosan terutama melalui pengembangan ´pola tanam Tumpangsari Pajale´ dengan sistem tanam rapat.

Pola Tumpangsari ini dikembangkan agar tidak terjadi persaingan penggunaaan lahan antara komoditas padi, jagung dan kedelai, yang akan dipacu lagi di tahun-tahun mendatang lantaran Indonesia masih berpeluang meningkatkan produksi Pajale dengan pola Tumpangsari hingga lima tahun ke depan, sebagai mitigasi alih fungsi lahan, khususnya sebagai dampak dari pengembangan infrastruktur.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga mengoptimalkan penanaman padi gogo, tidak hanya di lahan kering tapi juga memanfaatkan gogo sawah, gogo gunung, gogo rawa, padi rawa dan padi pasang surut. 

Potensi Indonesia masih besar untuk mengembangkan padi di luar lahan sawah. Tahun 2018, Kementerian Pertanian RI mengembangkan padi gogo seluas satu juta ha di areal lahan baru, karena menyadari alih fungsi lahan semakin tinggi, maka dengan perluasan lahan di areal baru sebagai solusi untuk tetap mempertahankan produksi padi nasional.

Dari sisi sarana produksi, penggunaan benih bermutu dan penyediaan bantuan benih tahun 2018 seluas 6,7 juta ha untuk benih padi inhibrida, padi hibrida, jagung dan kedelai diharapkan mampu menyediakan benih varietas unggul. 

Selain bantuan benih, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mampu melampaui target NawaCita 1.000 Desa Mandiri Benih disingkat DMB. 

Hingga tahun ini, Kementerian Pertanian RI telah melaksanakan 1.313 unit DMB, sehingga dapat memberdayakan petani untuk memenuhi kebutuhan benihnya sendiri. 

Dalam hal pengamanan produksi, implementasi gerakan Budidaya Tanaman Sehat disingkat BTS pada lahan endemis serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hingga 2017, Gerakan BTS dilaksanakan pada  13.610 ha dan pada 2018 meningkat hingga 33.000 ha. Gerakan BTS berhasil menurunkan serangan OPT secara signifikan. 

Pengamat OPT di lapangan melaporkan, produktivitas di lahan BTS meningkat dari semula 6,46 ton per ha menjadi 8,7 ton per ha, serangan OPT juga menurun signifikan pada 2018 hanya 36,56% dari tahun sebelumnya. Terbukti upaya gerakan pengendalian yang intensif selama ini mampu meminimalisir serangan OPT.

Untuk mengurangi susut hasil panen dan peningkatan nilai tambah, Ditjen Tanaman Pangan mengalokasikan bantuan mesin pertanian pascapanen. Dalam kurun waktu 2014 - 2018 telah disalurkan bantuan Alsintan sebanyak 52.230 unit, dan menyalurkan 1.000 unit dryer.

Bantuan dryer dari pemerintah diharapkan tidak hanya produksi yang terjaga namun mutu panen juga baik. Apabila kualitas terjaga maka harga juga akan bagus.

Pengawalan dan pendampingan juga diperlukan untuk mencapai sasaran produksi tanaman pangan. Pengawalan dilakukan dari aparat pusat, daerah, penyuluh lapangan sampai dengan tingkat kecamatan, didukung koordinasi intensif untuk mengawal pelaksanakan program Ditjen Tanaman Pangan agar selalu on the track.

Terkait dengan ekspor impor produk tanaman pangan, perkembangan ekspor beras khusus dan beras premium melonjak tajam pada 2017 dan 2018. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menjawab hal itu, yang melansir bahwa volume ekspor beras kategori ini pada 2017 mencapai 3.433 ton. “Angka itu meningkat lebih dari 2.540% dibandingkan 2014 yang hanya mencapai 130 ton.

Kementan memperkirakan ekspor beras premium dan khusus akan kembali mengalami peningkatan. Hingga September 2018, volume ekspor beras kategori premium dan khusus mencapai 3.069 ton. Capaian ini membuktikan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada peningkatan beras untuk memperkuat cadangan beras pemerintah saja, tetapi juga berupaya mengembangkan beras untuk segmen pasar khusus.

Begitu pula ekspor dan impor jagung. Indonesia pada  2015 masih mengimpor jagung 3,5 juta ton dan 1,3 juta ton pada 2016. Namun sejak 2016, instruksi Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman untuk membatasi pemberian rekomendasi impor jagung, dan pada 2017, sama sekali tidak melakukan impor.

Kebijakan ini terbukti mampu menggerakkan perekonomian petani. Petani menjadi tertarik menanam jagung karena harga yang bagus. Bahkan pada 2018 telah mampu ekspor jagung 380.000 ton. (Advertorial)

 Keterangan gambar: Tabel & Data: Ditjen Tanaman Pangan Kementan

 

Disclaimer : B2B adalah bilingual News, dan opini tanpa terjemahan inggris karena bukan tergolong berita melainkan pendapat mewakili individu dan/atau institusi. Setiap opini menjadi tanggung jawab Penulis