Malaysian Airlines Dikritik Bos AirAsia karena Merugi

AirAsia Boss Lets Rip at Rival, Malaysia Airlines

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Malaysian Airlines Dikritik Bos AirAsia karena   Merugi
Foto: airasia.com

Kuala Lumpur (B2B) - Bos AirAsia yang flamboyan Tony Fernandes menyerang Malaysia Airlines dan otoritas penerbangan negeri itu dengan menuduh keduanya telah miskelola sehingga merugikan warga yang bepergian.

Pengusaha maskapai berbiaya murah ini memposting komentar pada feed Twitter-nya sehari setelah pesaing terbesarnya Malaysia Airlines (MAS) mengumumkan rugi 1,17 miliar ringgit (Rp4,16 triliun) pada 2013.

"AirAsia Allstars, menyampaikan hormat. Malaysia Airlines rugi sekitar satu miliar," kata Fernandes dalam twitnya, seperti dilansir Yahoo News.

"Begitu banyak uang terbuang cuma-cuma. Andai orang lebih efisien lagi orang Malaysia akan berbelanja lebih sedikit untuk bepergian."

Fernandes membeli AirAsia pada 2001 untuk menyehatkannya kembali dengan formula ongkos murahnya.

AirAsia menyerang MAS yang tak efisien yang disebut para analis terpuruk karena manajemen buruk yang mengundang intervensi serikat buruh dan pemerintah.

Selasa kemarin MAS juga melaporkan rugi triwulan keempat kali berturut-turut dan diperingkatkan mengenai tantangan di tahun mendatang.

Keuangan maskapai ini berdarah-darah dalam beberapa tahun belakangan dan mengumumkan serangkaian rencana rehabilitasi, namun pendapatan terus menurun.

"Saya bayangkan apakah adil Malaysia Airlines bisa kehilangan uang begitu banyak dan memproteksi pangsa pasarnya. Itu hanya bisa terjadi karena uang pembayar pajak," twit Fernandes.

Fernandes juga mengkritik regulator Malaysia bahwa mereka berusaha menghambat kompetisi MAS.

"Bayangkan berapa banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan AirAsia jika ada regulasi yang efektif. Kami telah bekerja secara mengagumkan. Luar biasa. Kendati menghadapi segala kendala," kata dia.

Kedua maskapai itu menjalin kerjasama pada 2011 ketika Fernandes menyepakati mitra strategis untuk membantu menggenjot kembali MAS.

Namun kesepakatan itu dibatalkan beberapa bulan kemudian ketika reformasi usulan Fernandes ditentang serikat kerja MAS dan mengisyaratkan masalah akut pada maskapai pesaingnya itu.

AirAsia juga menyerang operator bandara yang dikuasai pemerintah Malaysian Airport Holdings Berhad (MAHB) atas penangguhan selama dua tahun, dan membengkaknya biaya pembangunan terminal baru di luar ibukota Kuala Lumpur.

AirAsia akan punya fasilitas utama di bandara baru itu. Rencananya akan dibuka 2 Mei namun sejumlah laporan media menyebutkan jadwal itu diundur kembali. Fernandes menyebut MAHB "berbelanja dua kali dari kemampuannya".

AirAsia yang memiliki sejumlah unit berbiaya paling murah di dunia, mendapat banyak penghargaan bisnis dan pujian dalam beberapa tahun ini, selain secara agresif berekspansi.

AirAsia melaporkan laba bersihnya anjlok sampai 11 juta ringgit pada triwulan ketiga  2013, sebagian besar karena rugi valas. Perusahaan ini akan merilis laporan setahun penuh pada akhir Februari.

Kuala Lumpur -  Flamboyant AirAsia boss Tony Fernandes savaged state-backed flag carrier Malaysian Airlines and the nation´s aviation authorities on Wednesday, accusing them of mismanagement that was harming the travelling public.

The budget airline mogul posted the comments on his Twitter feed a day after fierce rival Malaysia Airlines (MAS) announced it had lost a whopping 1.17 billion ringgit ($355 million) in 2013.

"AirAsia Allstars, take a bow. Malaysia Airlines lost over a billion," Fernandes tweeted.

"So much money wasted. If people were more efficient Malaysians would spend less on travel."

Fernandes bought ailing AirAsia in 2001, quickly turning it around with his no-frills, low-fare formula.

AirAsia has put severe pressure on inefficient MAS, which analysts say is hampered by poor management, bloated and demanding unions and government interference.

On Tuesday MAS also reported its fourth straight quarterly loss and warned of a "challenging" year ahead.

The airline has bled money in recent years and announced a series of turnaround plans, but the poor earnings have continued.

"I wonder if it´s fair that Malaysia Airlines can lose so much money and protect its market share. Can only do that with taxpayers money," Fernandes tweeted.

The outspoken Fernandes also took aim at Malaysian regulators, implying they were seeking to hinder MAS´s competition.

"Imagine how many jobs AirAsia could have created if (there was) effective regulation. We have done amazing. Unbelievable. Despite all the roadblocks," he said.

The two airlines briefly buried the hatchet in 2011, when Fernandes agreed to a strategic tie-up aimed at helping to revive struggling MAS.

But the deal was called off just months later, with Fernandes faulting "massive" MAS union resistance to reform and hinting at deep problems in the rival airline.

AirAsia is currently at odds with government-controlled airport operator Malaysian Airport Holdings Berhad over a two-year delay and cost overruns in the construction of a new budget terminal outside the capital Kuala Lumpur.

AirAsia is set to be the main presence at the facility. Its current opening date is May 2 but recent media reports have suggested it may yet be pushed back again.

Fernandes said MAHB "spends double what it could".

AirAsia, which has some of the lowest unit costs in the world, has raked in business awards and accolades over the years, while expanding aggressively.

AirAsia reported its net profit fell by $11 million in the third quarter of 2013, mostly on foreign-exchange movements. It will report full-year results at the end of February.