Vietnam Desak Dunia Kutuk Tindakan China di Laut China Selatan

Vietnam Asks World to Condemn China for Sea Action

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Vietnam Desak Dunia Kutuk Tindakan China di Laut China Selatan
Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung di Manila (Foto: Mail Online)

Manila (B2B) - Perdana Menteri Vietnam di Manila pada Rabu menyerukan dunia untuk mengutuk China karena memicu tindakan yang disebut situasi "sangat berbahaya" di kawasan Laut Cina Selatan, menyikapi aksi dari Beijing baru-baru ini di dekat kilang minyak pada kawasan yang disengketakan kedua negara.

Perdana Menteri Nguyen Tan Dung, didampingi Presiden Filipina setelah keduanya mengadakan pembicaraan bilateral di Manila, yang menyatakan kedua negara akan memperkuat kerjasama pertahanan dan bertekad untuk menentang pelanggaran Cina terhadap hukum laut internasional. Ia memberi contoh aksi Beijing pada 1 Mei di perairan dekat kilang minyak di Kepulauan Paracel, yang juga diklaim oleh Vietnam.

Kapal-kapal militer China dan Vietnam berulang kali terlibat konfrontasi di perairan dekat kilang minyak tersebut. Tindakan China juga memicu protes keras di Vietnam yang menewaskan dua pekerja Cina dan melukai lebih 100 lainnya, seperti dilansir Mail Online.

"Presiden dan saya berbagi keprihatinan yang mendalam atas situasi yang sangat berbahaya saat ini akibat banyaknya tindakan China yang melanggar hukum internasional," kata Dung dalam sebuah konferensi pers.

"Kedua belah pihak bertekad untuk menentang pelanggaran China dan menyerukan negara-negara dan komunitas internasional untuk terus mengecam keras China dan menuntut China untuk segera mengakhiri pelanggaran hukum laut internasional," katanya.

Cina dan Filipina juga terlibat konflik perairan lainnya di Laut China Selatan dalam kebuntuan. Kapal penjaga pantai China telah tiga kali berusaha untuk memblokir kapal Filipina dengan membatasi suplai logistik ke marinir Filipina yang mengawasi daerah yang disengketakan.

Banyak yang khawatir terhadap sengketa teritorial berkepanjangan di kawasan Laut China Selatan yang kaya sumber daya alam dapat memicu konflik bersenjata berikutnya di Asia. Brunei, Malaysia dan Taiwan juga mengklaim teritorial laut strategis selain memicu konflik China, Vietnam dan Filipina.

Manila - Vietnam's prime minister on Wednesday called on the world to condemn China for causing what he called an "extremely dangerous" situation in the disputed South China Sea, citing Beijing's recent deployment of an oil rig near an island that both countries claim.

Prime Minister Nguyen Tan Dung, standing beside the Philippine president after they held talks in Manila, said both of their countries would strengthen defense cooperation and were determined to oppose Chinese violations of international law. He cited Beijing's May 1 deployment of an oil rig in waters near the Paracel Islands, also claimed by Vietnam.

Chinese and Vietnamese vessels have had repeated confrontations in waters near the oil rig since it was deployed. China's action also triggered angry protests in Vietnam that killed two Chinese workers and wounded more than 100 others.

The "president and I shared the deep concern over the current extremely dangerous situation caused by China's many actions that violate international law," Dung said in a news conference.

"The two sides are determined to oppose China's violations and called on countries and the international community to continue strongly condemning China and demanding China to immediately end the above said violations," he said.

China and the Philippines are also locked in a standoff over another South China Sea reef, the South China Sea shoal. Chinese coast guard ships have thrice attempted to block Filipino vessels delivering new batches of military personnel and food supply to Philippine marines keeping watch on the disputed area on board a long-grounded ship.

Many have feared the long-seething territorial disputes in the resource-rich South China Sea could spark Asia's next major armed conflict. Brunei, Malaysia and Taiwan also have overlapping territorial claims in the strategic area, aside from China, Vietnam and the Philippines.