Haji 2020, Pertama Kalinya Arab Saudi Larang Jemaah dari Mancanegara

Saudi Arabia Bans Muslims outside the Kingdom from Performing Hajj for the First Time

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Haji 2020, Pertama Kalinya Arab Saudi Larang Jemaah dari Mancanegara
TANAH SUCI: Kementerian haji Kerajaan Arab Saudi mengatakan ibadah Haji akan terbuka untuk sejumlah jemaah dari berbagai negara yang memang sudah berada di Arab Saudi, namun tidak menyebutkan berapa jumlahnya [Foto: AP/MailOnline]

ARAB SAUDI melarang Muslim dari mancanegara untuk melakukan ibadah Haji untuk 2020 sebagai upaya pemerintah kerajaan untuk mengendalikan penyebaran virus corona.

Arab Saudi mengumumkan 161.005 kasus positif Covid-19, dengan konfirmasi 1.307 kematian, sebagai kematian tertinggi di Timur Tengah.

Larangan ibadah Haji ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Arab Saudi, bahwa Muslim dari luar negeri dilarang melaksanakan Rukun Islam ke-5 tersebut, yang tahun lalu tercatat 2,5 juta orang melakukan ibadah Haji dari seluruh dunia.

Kebijakan untuk melarang puncak ibadah Haji yang dijadwalkan berlangsung akhir Juli, juga terkait bahaya politik dan ekonomi dan datang setelah beberapa negara Muslim menarik diri dari ritual yang membentuk salah satu pilar utama Islam.

Kementerian haji Kerajaan Arab Saudi mengatakan ibadah Haji akan terbuka untuk sejumlah jemaah dari berbagai negara yang memang sudah berada di Arab Saudi, namun tidak menyebutkan berapa jumlahnya.

"Diputuskan untuk mengadakan ziarah tahun ini dengan jumlah yang sangat terbatas ... dengan kebangsaan yang berbeda di kerajaan itu," kata kantor berita resmi Saudi Press Agency, Senin, mengutip kementerian.

"Keputusan ini diambil untuk memastikan haji dilakukan dengan cara yang aman dari perspektif kesehatan masyarakat ... dan sesuai dengan ajaran Islam."

Ibadah haji - suatu keharusan bagi Muslim yang bertubuh sehat setidaknya sekali seumur hidup mereka - bisa menjadi sumber penularan utama, karena diikuti jutaan jemaah haji dari seluruh dunia.

Keputusan itu muncul setelah Arab Saudi berjuang untuk menahan lonjakan besar kasus positif Covid-19, yang kini meningkat menjadi lebih dari 161.000 kasus - yang tertinggi di kawasan Teluk - dan lebih dari 1.300 kematian.

Namun terlepas dari lonjakan itu, Arab Saudi pada Minggu memutuskan untuk mengakhiri jam malam karena virus Corona di seluruh kerajaan dan mencabut pembatasan pada bisnis, termasuk bioskop dan tempat hiburan lainnya.

Pengumuman untuk mengadakan haji terbatas kemungkinan akan mengecewakan jutaan peziarah Muslim di seluruh dunia yang sering menginvestasikan tabungan hidup mereka dan menanggung daftar tunggu yang panjang untuk melakukan perjalanan.

Tapi itu mungkin akan menenangkan para peziarah domestik, yang takut ritual itu seluruhnya akan dibatalkan untuk pertama kalinya dalam sejarah baru-baru ini.

"Arab Saudi telah memilih opsi teraman yang memungkinkannya menyelamatkan muka di dunia Muslim sambil memastikan mereka tidak dipandang berkompromi pada kesehatan masyarakat," kata Umar Karim, mahasiswa tugas belajar dari Arab Saudi di Royal United Services Institute di London.

'Tetapi ada banyak pertanyaan yang belum terjawab: berapa jumlah jamaah haji yang akan diizinkan? Apa kriteria untuk seleksi mereka? Berapa banyak orang Saudi, berapa banyak non-Saudi? '

Pihak berwenang Saudi mengatakan kementerian haji akan mengadakan konferensi pers pada Selasa untuk menyempurnakan rincian.

Dalam upaya nyata untuk memberikan keputusan itu suatu pelonggaran sanksi agama, Liga Muslim Dunia yang bermarkas di Saudi mengatakan pihaknya mendukung langkah pemerintah untuk kesehatan dan keselamatan para peziarah, menurut media pemerintah.

Institusi Islam bergengsi Al-Azhar di Kairo juga menyambut baik langkah ini. "Keputusan ini bijak dan didasarkan pada yurisprudensi Islam," tweetnya seperti dikutip AFP yang dilansir MailOnline.

SAUDI ARABIA has banned Muslims from outside the kingdom from performing the annual hajj pilgrimage this year in an attempt to control the spread of coronavirus. 

The nation has seen 161,005 cases of COVID-19, with 1,307 confirmed deaths, the biggest outbreak in the Gulf region.

But the pilgrimage ban marks the first time in Saudi Arabia's recent history that Muslims outside the kingdom have been barred from performing the hajj, which last year drew 2.5 million people.

The move to scale back the five-day event, scheduled for the end of July, is fraught with political and economic peril and comes after several Muslim nations pulled out of the ritual that forms one of the main pillars of Islam.

The kingdom's hajj ministry said the ritual will be open to various nationalities already in Saudi Arabia, but it did not specify a number.

'It was decided to hold the pilgrimage this year with very limited numbers... with different nationalities in the kingdom,' the official Saudi Press Agency said on Monday, citing the ministry.

'This decision is taken to ensure the hajj is performed in a safe manner from a public health perspective... and in accordance with the teachings of Islam.'

The hajj - a must for able-bodied Muslims at least once in their lifetime - could be a major source of contagion, as it packs millions of pilgrims into congested religious sites.

The decision comes as Saudi Arabia grapples to contain a major spike in infections, which have now risen to more than 161,000 cases - the highest in the Gulf - and over 1,300 deaths.

But despite the surge, Saudi Arabia on Sunday moved to end a coronavirus curfew across the kingdom and lift restrictions on businesses, including cinemas and other entertainment venues.

The announcement to hold a limited hajj will likely disappoint millions of Muslim pilgrims around the world who often invest their life savings and endure long waiting lists to make the trip.

But it will probably appease domestic pilgrims, who feared the ritual would entirely be cancelled for the first time in recent history.

'Saudi Arabia has chosen the safest option that allows it to save face within the Muslim world while making sure they are not seen as compromising on public health,' Umar Karim, a visiting fellow at the Royal United Services Institute in London, said.

'But there are lots of unanswered questions: what is the exact number of pilgrims that will be allowed? What is the criteria for their selection? How many Saudis, how many non-Saudis?'

Saudi authorities said the hajj ministry will hold a news conference on Tuesday to flesh out the details.

In an apparent bid to give the decision a veneer of religious sanction, the Saudi-based Muslim World League said it endorsed the government move for the health and safety of pilgrims, according to state media.

The prestigious Islamic institution Al-Azhar in Cairo also welcomed the move. 'This decision is wise and based on Islamic jurisprudence', it tweeted.