27 Tewas Akibat Serangan Lima Jam pada Bandara Terbesar di Pakistan

27 Killed in Five-hour Siege at Pakistan`s Biggest Airport

Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


27 Tewas Akibat Serangan Lima Jam pada  Bandara Terbesar di Pakistan
Taliban Pakistan mengatakan mereka melakukan serangan itu sebagai tanggapan atas serangan udara di markas mereka di dekat perbatasan Afghanistan. (Foto2: MailOnline)

ORANG-ORANG bersenjata yang menyamar sebagai petugas keamanan menyerang sebuah terminal di bandara tersibuk di Pakistan, Minggu, dengan senapan mesin dan peluncur roket dalam pengepungan selama lima jam yang menewaskan 27 orang dan suara ledakan terdengar keras di tengah malam.

Taliban Pakistan, aliansi kelompok pemberontak berupaya untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara syariah, kemudian mengaku bertanggung jawab, sebagai tanggapan terhadap serangan militer di sepanjang perbatasan Afghanistan, seperti dilansir MailOnline.

Serangan di Bandar Udara Internasional Jinnah di Karachi, berawal pada Minggu malam dan berlangsung hingga Senin subuh, meskipun para pejabat mengatakan semua penumpang telah dievakuasi.

Taliban Pakistan mengatakan mereka melakukan serangan itu sebagai tanggapan atas serangan udara di markas mereka di dekat perbatasan Afghanistan dan memastikan misi mereka adalah membajak sebuah pesawat penumpang. 

"Tujuan utama serangan adalah merusak wibawa pemerintah, termasuk dengan membajak pesawat dan menghancurkan fasilitas milik negara," kata Shahidullah Shahid, juru bicara Taliban. 

'Ini hanya sebuah contoh dari kemampuan kami dan masih akan terus berlangsung. Pemerintah harus siap untuk menghadapi serangan yang lebih buruk."

Rizwan Akhtar, komandan pasukan elit  paramiliter Pakistan, mengatakan beberapa penyerang tipikal wajahnya dari Uzbekistan namun para pejabat masih menyelidiki untuk menentukan identitas dan kewarganegaraan para penyerang.

"Teroris masuk terminal dalam dua kelompok. Mereka warga asing, dan beberapa dari mereka tampaknya dari Uzbekistan.' 

Selama serangan itu, tembakan senapan mesin dan dan beberapa ledakan terdengar dari dalam terminal, yang biasa digunakan untuk penerbangan VIP dan kargo, ketika teroris dan aparat keamanan terlibat baku tembak.

Sebuah kebakaran besar terjadi di bandara, menerangi langit malam dalam kilauan orange di balik siluet pesawat jet. Serangan mematikan dilakukan oleh 10 orang militan, kata Menteri Kepala Provinsi Sindh, Qaim Ali Shah. 

"Mereka kelompok terlatih. Rencana mereka telah diperhitungkan dengan matang," katanya kepada wartawan. Mereka masuk bandara bertujuan menghancurkan beberapa pesawat dan gedung bandara.

Serangan itu terjadi setelah pembicaraan damai yang dipimpin oleh pemerintah dengan faksi Taliban lokal dan gerilyawan lainnya menemui jalan buntu dalam beberapa pekan terakhir. 

"Ini adalah pesan kepada pemerintah Pakistan bahwa kita masih eksis untuk bereaksi atas pembunuhan orang tak bersalah dalam serangan bom di desa mereka," kata Shahidullah Shahid, juru bicara Taliban.

Juru bicara militer Pakistan, Jenderal Asim Bajwa, mengatakan di Twitter bahwa tidak ada pesawat yang rusak dan sebagai langkah pencegahan, pasukan keamanan memeriksa seluruh bandara sebelum tindak pengamanan akan dikembalikan ke Otoritas Penerbangan Sipil dan petugas keamanan bandara. 

GUNMEN disguised as police guards attacked a terminal at Pakistan's busiest airport on Sunday with machine guns and a rocket launcher during a five-hour siege that left 27 people dead as explosions echoed into the night.

The Pakistani Taliban, an alliance of insurgent groups fighting to topple the government and set up a sharia state, later claimed responsibility, saying it was in response to army attacks along the Afghan border.

The attack on the Jinnah International Airport in Karachi, began late Sunday and continued on into the dawn hours of Monday, although officials said all the passengers had been evacuated.

The Pakistani Taliban said they carried out the attack in response to air strikes in their strongholds near the Afghan border and suggested their mission was to hijack a passenger plane.

'The main goal of this attack was to damage the government, including by hijacking planes and destroying state installations,' said Shahidullah Shahid, a Taliban spokesman.

'This was just an example of what we are capable of and there is more to come. The government should be ready for even worse attacks.'

Rizwan Akhtar, the chief of Pakistan's elite paramilitary Rangers, said some of the attackers appeared to be Uzbeks but officials were still investigating to determine their identity and nationality.

'The terrorists entered the terminal in two groups. They were foreigners, and some of them seemed to be Uzbeks.'

During the course of the attack, heavy gunfire and multiple explosions could be heard coming from the terminal, used for VIP flights and cargo, as militants and security forces battled for control. 

A major fire rose from the airport, illuminating the night sky in an orange glow as the silhouettes of jets could be seen. The deadly operation was carried out by 10 militants, said the Chief Minister of Sindh province, Qaim Ali Shah.

'They were well trained. Their plan was very well thought out,' he told reporters. He said they intended to destroy some of the aircraft and buildings.

The attacks come after government-led peace talks with the local Taliban faction and other militants have floundered in recent weeks.

'It is a message to the Pakistan government that we are still alive to react over the killings of innocent people in bomb attacks on their villages,' said Shahidullah Shahid, a Taliban spokesman.

The spokesman for the Pakistani military, General Asim Bajwa, said on Twitter that no aircraft were damaged and that as a precautionary measure, security forces were sweeping the airport before operations would be returned to the Civil Aviation Authority and airport police.