Aman Abdurrahman Kembali jadi Tersangka terkait Bom Thamrin Meski Baru Bebas

Indonesian Police Declare Cleric Key Suspect in 2016 Attack

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Aman Abdurrahman Kembali jadi Tersangka terkait Bom Thamrin Meski Baru Bebas
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan Aman Abdurrahman, pemimpin jaringan militan berafiliasi dengan negara Islam ISIS (Foto: Associated Press/MailOnline)

POLRI pada Selasa menetapkan seorang ulama radikal sebagai tersangka utama dalam serangan bom bunuh diri dan senjata api yang menewaskan delapan orang di Jakarta tahun lalu.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan Aman Abdurrahman, pemimpin jaringan militan berafiliasi dengan negara Islam ISIS, memberi perintah serangan 14 Januari 2016, yang dilakukan dari penjara.

Abdurrahman termasuk di antara lebih dari 90.000 narapidana yang mendapat remisi bebas dalam kaitan peringatan Hari Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus tahun ini.

Pembebasannya ditangguhkan dan kembali ditahan karena dicurigai mendalangi berbagai serangan meski berada dalam penjara karena perannya dalam mengorganisir sebuah kamp pelatihan militan pada 2010.

"Dia dituduh memerintahkan dan mendorong militan untuk melakukan amaliyah," kata Wasisto, menggunakan istilah bahasa Arab yang merupakan kata kunci untuk bom bunuh diri di kalangan militan.

Polisi telah menggambarkan pria berusia 45 tahun tersebut, yang nama aslinya adalah Oman Rochman, sebagai penerjemah utama IS untuk propaganda IS dan pemimpin Jemaah Anshorut Daulah, sebuah jaringan yang terdiri dari hampir dua lusin kelompok ekstremis Indonesia yang terbentuk pada 2015.

Sekitar 40 militan telah ditangkap karena memiliki kaitan dengan serangan 2016 yang dimulai dengan sebuah bom bunuh diri di dalam sebuah kafe Starbucks di daerah perbelanjaan yang ramai di pusat kota Jakarta. Empat militan dan warga tewas.

Indonesia, negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, telah melakukan tindakan keras terhadap militan sejak pemboman di Bali pada 2002 yang menewaskan 202 orang, namun sebuah ancaman baru telah muncul dari simpatisan IS.

JAD, yang ditetapkan Washington awal tahun ini sebagai kelompok teroris, telah terlibat dalam sejumlah serangan di Indonesia. Dua dari anggotanya dituduh meluncurkan bom bunuh diri kembar di bulan Mei yang menewaskan tiga petugas polisi dalam serangan militan paling mematikan di Jakarta dalam setahun seperti dikutip Associated Press yang dilansir MailOnline.

INDONESIAN police on Tuesday named a radical Islamic cleric as the key suspect in a suicide bombing and gun attack that killed eight people in Jakarta last year.

National police spokesman Setyo Wasisto said Aman Abdurrahman, the leader of an Islamic State group-affiliated militant network, ordered the Jan. 14, 2016, attack from prison.

Abdurrahman was among more than 90,000 inmates granted an early release for Indonesia's Aug. 17 Independence Day holiday this year.

He was prevented from going free by his arrest on suspicion of orchestrating various attacks while imprisoned for his role in organizing a militant training camp in 2010.

"He is accused of ordering and encouraging the militants to carry out amaliyah," Wasisto said, using an Arabic term that is a byword for suicide bombing in militant circles.

Police have described the 45-year-old cleric, whose real name is Oman Rochman, as the main Indonesian translator for IS propaganda and the leader of Jemaah Anshorut Daulah, a network of almost two dozen Indonesian extremist groups that formed in 2015.

About 40 militants have been arrested for links to the 2016 attack that began with a suicide bombing inside a Starbucks cafe in a busy shopping area in downtown Jakarta. Four militants and four bystanders were killed.

Indonesia, the world's most populous Muslim nation, has carried out a sustained crackdown on militants since bombings on Bali in 2002 that killed 202 people, but a new threat has emerged from IS sympathizers.

JAD, which Washington designated earlier this year as a terrorist group, has been implicated in a number of attacks in Indonesia. Two of its members are accused of launching twin suicide bombings in May that killed three police officers in the deadliest militant attack in Jakarta in a year.