Charlie Hebdo Diteror, Iran Desak Prancis Tinjau Kebijakan terhadap Islam

Iran Press Says France Must Review Policy after Deadly Attack

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Charlie Hebdo Diteror, Iran Desak Prancis Tinjau Kebijakan terhadap Islam
Inilah lima dari 12 jurnalis dan kartunis Charlie Hebdo yang tewas ditembak tiga teroris bersenjata (Foto2: MailOnline)

Teheran (B2B) - Prancis harus meninjau kebijakannya terhadap Timur Tengah dan dunia Muslim sesudah serangan mematikan atas majalah satir "Charlie Hebdo" di Paris, kata pers Iran pada Kamis.

Beberapa surat kabar di republik Islam itu mengaitkan serangan tersebut dengan dukungan Prancis kepada lawan bersenjata Suriah dan kesertaan dalam persekutuan antarbangsa melancarkan serangan udara terhadap kelompok keras Negara Islam.

"Prancis mencicipi obat pahit untuk dukungannya kepada terorisme," kata harian kolot "Resalat", yang mengecam keabaian pasukan keamanan Prancis, yang tetap acuh tak acuh terhadap peningkatan kegiatan kelompok keras.

Suratkabar perubahan "Ebtekar" menyatakan kebangkitan kelompok Negara Islam, yang tampaknya hasil dari tindakan tentara pemerintah Barat di negara Islam, melahirkan gerakan teroris paling berdarah.

Koran perubahan "Shargh" menyeru Amerika Serikat dan Eropa meninjau secepat mungkin kebijakan mereka terhadap Timur Tengah dan dunia Islam.

Dikatakannya, ada kemungkinan bahwa kartun Nabi Muhammad, yang memicu gelombang kekerasan di dunia Arab-Muslim pada 2005 dan 2006, memberikan alasan bagi teroris melakukan tindakan mengerikan atas nama Islam, seperti dilansir Yahoo News.

Tehran - France must review its policy towards the Middle East and the Muslim world following the deadly attack on the Charlie Hebdo satirical magazine in Paris, Iran´s press said Thursday.

Several newspapers in the Islamic republic linked the attack to France´s support for Syria´s armed opposition and its participation in the international coalition waging air strikes against the Islamic State jihadist group.

France "is tasting the bitter medicine of its support for terrorism," said the conservative daily Resalat, which criticised the "neglect" of French security forces who "remained indifferent to the growing activities" of extremist groups.

The reformist newspaper Ebtekar said that the rise of the Islamic State group, "which appears to be the result of the military actions of Western governments in Islamic countries, have given birth to the bloodiest terrorist operations."

The reformist Shargh newspaper called on the United States and Europe "to review as quickly as possible their policies towards the Middle East and the Islamic world".

It said it was possible that the cartoons of the Prophet Mohammed, which triggered a wave of violence in the Arab-Muslim world in 2005 and 2006, "can give an excuse for terrorists to carry out horrific acts on the behalf of Islam".