Fundamentalis Sebar Teror di Seluruh Dunia. "Tapi Jangan Tuding Islam Bersalah"

Islamic Fundamentalism is Spreading Fear and Chaos. "But Islam is Not to Blame"

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Fundamentalis Sebar Teror di Seluruh Dunia. "Tapi Jangan Tuding Islam Bersalah"
Analis keamanan Timteng, Andreas Krieg: "Ketika masyarakat kehilangan haknya - dan banyak dari mereka adalah muslim - mereka menggunakan nama Islam untuk mencapai tujuan tertentu mereka." (Foto & Tabel: MailOnline)

DARI Suriah ke Irak, Kenya ke Malaysia: Bagaimana era baru fundamentalisme Islam menyebarkan ketakutan dan kekacauan di seluruh dunia.

Internet dibanjiri dengan gambar dan video eksekusi dari militan Sunni yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintah Irak, seperti dilansir MailOnline.

Sedikitnya lima tewas di Kenya melalui sebuah serangan Kenya hanya beberapa hari setelah kelompok Al Qaeda yang terinspirasi Al Shabaab membunuh 60 orang di dua pembantaian.

Militan Islam Boko Haram dikhawatirkan telah merebut 90 desa di Nigeria setelah menculik 300 bocah perempuan Kristen.

Pertempuran antara milisi Kristen dan Islam di Republik Afrika Tengah 'berisiko memicu pemusnahan etnis atau genosida'.

Seorang wanita Sudan yang dibebaskan dari hukuman mati untuk menikahi seorang pria Kristen kembali ditangkap karena tidak menggunakan nama Islamnya.

Pakar keamanan Timur Tengah mengatakan: 'Semua bukti menunjukkan bahwa ekstrimisme terus meningkat - tapi jangan Islam yang disalahkan.'

DARI aksi pemenggalan di Irak hingga represi garis keras terhadap kebebasan beragama di Sudan, serangkaian tindakan ekstrimis dalam beberapa pekan terakhir memicu kekhawatiran era baru Islam fundamentalis menyebar di seluruh dunia.

Lebih sebulan lalu, media di seluruh dunia dipenuhi dengan gambar-gambar mengerikan dari tindakbarbarisme - ditarik ke fokus yang tajam dalam beberapa hari terakhir dengan rentetan video mengerikan dan pesan penuh kebencian mengalir ke internet dari militan Sunni di Irak.

Pengadilan tertinggi di Malaysia mengeluarkan larangan bagi penganut Katolik menggunakan kata Allah untuk menyebut Tuhan mereka sendiri yang oleh beberapa pakar dikhawatirkan memicu langkah menuju Islamisasi di Malaysia.

Di Libya, pemilih menuju ke tempat pemungutan suara untuk pemilihan legislatif yang mereka harap akan membawa pemerintah yang dapat menekan kekerasan oleh pihak milisi bersenjata, termasuk ekstrimis Islam, yang terus mencengkeram negara itu sejak penggulingan Muammar Gaddafi.

Sementara itu, pemberontakan oleh militan Sunni SIS mengancam untuk menggulingkan pemerintah Irak yang dipimpin Syiah dan bahkan memecah belah seluruh negeri karena berusaha untuk menciptakan sebuah negara Islam.

Andreas Krieg, seorang analis keamanan Timur Tengah di King College London di Qatar, mengatakan ia telah melihat peningkatan ekstremisme dalam beberapa pekan terakhir dan hitungan bulan, tetapi mengatakan Islam itu tidak bisa disalahkan.

Dia mengatakan kepada MailOnline: "Semua bukti empiris menunjukkan bahwa tindakan itu meningkat. Anda melihat itu di semua headline berita, maka Anda lihat di Irak, Anda lihat di Suriah, yang Anda lihat di Nigeria." 

"Tapi dalam ketiga kasus ini tidak ada hubungannya dengan Islam. Saya pikir orang-orang di Barat mungkin berpikir itu adalah karena mereka merasa terasing oleh Islam. Ada banyak Islamophobia."

Mr Krieg mengatakan semakin banyak masyarakat - sering kecewa - lalu berpaling ke kelompok-kelompok agama sebagai alternatif untuk melenyapkan rezim sekuler dalam beberapa tahun terakhir.

Dia berkata: "Ketika masyarakat kehilangan haknya - dan banyak dari mereka adalah muslim - mereka menggunakan nama Islam untuk mencapai tujuan tertentu mereka."

"Mereka mematuhi interpretasi radikal Islam, tapi itu tidak ada hubungannya dengan agama."

ISIS, khususnya, tampaknya menikmati  popularitasnya yang meningkat, lantaran pemberitaan di media online maupun Twitter dan Facebook untuk mempromosikan agenda penuh kebencian dengan pembunuhan dan penindasan.

Profesor Lee Marsden, pakar terorisme internasional dan kepala East Anglia University School of Politik, Sosial dan Studi Internasional, mengatakan: 'Foto-foto kebrutalan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris yang sedang beredar di seluruh dunia pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya."

"Sementara tingkat kebrutalan terlihat di sini oleh ISIS dan al-Shabaab tidak berbeda dengan apa yang telah kita lihat mereka lakukan sebelum, cara mereka mempublikasikan aksi teror mereka sepenuhnya baru.'

Perang sipil yang sedang berlangsung di Suriah menambah ketidakstabilan lebih lanjut menuju kerapuhan di Timur Tengah.

Di Afghanistan, gerilyawan Taliban menghancurkan upaya perdamaian, yang memerintahkan rakyat untuk tidak berpartisipasi dalam pemilihan umum. 

Dan dalam pukulan lebih lanjut untuk perang global melawan terorisme, mantan presiden Nigeria, Olusegun Obasanjo, mengatakan 200 siswi diculik dari ruang kelas di desa Chibok oleh Boko Haram di timur laut Nigeria pada bulan April dan mungkin korban penculikan tidak akan pernah kembali ke rumah.

Boko Haram, yang ingin mendirikan sebuah kekhalifahan Islam di ekonomi terbesar Afrika, telah berjuang kembali melawan serangan tentara dan menewaskan ribuan dalam serangan bersenjata dan pemboman, menyerang ke kota Jos dan ibu kota Abuja.

FROM Syria to Iraq, Kenya to Malaysia: How new era of Islamic fundamentalism is spreading fear and chaos around the world

Internet flooded with images and videos of executions from Sunni militants aiming to topple Iraqi government

At least five die in Kenya attack just days after Al Qaeda-inspired group Al Shabaab kill 60 in twin massacres

Islamist militants Boko Haram feared to have snatched 90 villagers in Nigeria after kidnapping 300 Christian girls

Attacks between Christian and Islamic militia in Central African Republic 'risk creating conditions for genocide'

Sudanese woman freed from death row for marrying a Christian is re-arrested for not using her Muslim name 

Middle East security expert: 'All the evidence shows that extremism is on the rise - but Islam is not to blame'

From a beheading in Iraq to the hard-line repression of religious freedoms in Sudan, a string of extremist acts in recent weeks have raised the worrying spectre of a new era of Islamic fundamentalism spreading across the world.

Over the last month, the world's media has been awash with gruesome images of barbarism - pulled into sharp focus in recent days with the barrage of horrific videos and hate-filled messages pouring onto the internet from Sunni militants in Iraq.

The highest court in Malaysia upheld a ban on Catholics using the word Allah to refer to their own god in what some experts fear is the latest step in a creeping Islamisation of the country.

In Libya, voters were heading to the polls for parliamentary elections which they hope will bring in a government that can clamp down on violence at the hands of a patchwork of militias, including Islamic extremists, that continues to grip the country since the ouster of Muammar Gaddafi.

Meanwhile, the lightning insurgency by Sunni militants ISIS threatens to overthrow the Shia-led Iraqi government and even break up the entire country as it seeks to create an Islamic state.

Andreas Krieg, a Middle East security analyst at King's College London in Qatar, said he had noticed a rise in extremism in recent weeks and months, but said Islam wasn't to blame.

He told MailOnline: 'All the empirical evidence shows that it is on the rise. You're seeing it in all the headlines, then you're looking at Iraq, you're looking at Syria, you're looking at Nigeria.

'But in all three cases this has nothing to do with Islam. I think people in the West may think it is because they feel alienated by Islam. There is alot of Islamaphobia.'

Mr Krieg said more and more communities - often disillusioned by austerity or other grievances - have turned to religious groups as an alternative to secular regimes in recent years.

He said: 'When communities become disenfranchised - and lot of them are muslim - they use Islam to further their particular cause.

'They adhere to a radical interpretation of Islam, but it has nothing to do with the religion.'

ISIS, in particular, appear to relish their growing publicity, increasingly courting online platforms such as Twitter and Facebook to promote their hate-filled agendas of murder and oppression.

Professor Lee Marsden, international terrorism expert and head of East Anglia University's School of Political, Social and International Studies, said: 'Images of brutality perpetrated by these terrorist groups are being circulated around the world on an unprecedented scale.

'While the levels of brutality seen here by ISIS and al-Shabaab are no different from what we have seen them do before, the way they are publicising their acts of terror is wholly new.'

Ongoing civil war in Syria adds further instability to the fragile Middle East.

In nearby Afghanistan, Taliban insurgents hellbent on destroying the first peaceful transfer of authority, ordered voters not to participate in the general election. 

And in further blow to the global fight against terrorism, Nigeria's former president, Olusegun Obasanjo, said the 200 schoolgirls taken snatched from the classrooms in the village of Chibok by Bokok Haram in northeast Nigeria in April may never return home.

Boko Haram, which wants to set up an Islamist caliphate in Africa's largest economy, has fought back against an army offensive and killed thousands in bomb and gun attacks, striking as far afield as the central city of Jos and the capital Abuja.