Dirjen Hortikultura Kementan Dukung Kiprah Dua Petani Bergelar Sarjana
Two Farmers with a University Degree Supported by Indonesian Govt
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman merespon cepat kesungguhan dua petani bergelar sarjana, Nur Agis Aulia dan Adi Pramudya, yang bangga menyebut kiprah mereka sebagai ´saya sarjana, saya petani....´ dan keduanya ´mendadak ngetop´ setelah keduanya menjadi tamu pada talkshow Kick Andy di Metro TV yang ditayangkan langsung pada Jumat malam (27/11) dan tayang ulang Minggu siang (29/11).
Keduanya mengaku selama orang harus makan maka petani tetap dibutuhkan, dan kedua sarjana ini juga heran kenapa anak petani setelah lulus menjadi sarjana malahan memilih bekerja di kota ketimbang kembali ke kampung halamannya untuk mengembangkan pertanian. Sementara keduanya bukan anak petani, Agis Aulia anak seorang PNS di Serang, Banten dan ayah Adi Pramudya adalah pedagang kelontong.
"Selama manusia butuh makan, kita tetap butuh petani di sawah. Saya tetap cinta pertanian dan bangga menjadi petani, kalau tidak ada petani maka kalian tidak bisa makan," kata Adi Pramudya, 23 tahun, sarjana S2 perguruan tinggi swasta di Jakarta kepada Andy F Noya.
Sementara Agis Aulia dari Serang, Banten yang lebih bangga mengaku sebagai petani dan peternak, meski bergelar sarjana S1 Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan FISIP Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dengan gelar cum laude, IPK 3,75.
"Saya memang sering ke desa sesuai mata kuliah saya, kok petani kebanyakan miskin padahal kita disebut negara agraris dan negara mengucurkan banyak dana, dan saya prihatin lihat petani lebih banyak berusia tua, dan kita mesti peduli pada mereka," kata Agis.
Mentan Amran Sulaiman mengaku bangga pada keduanya, lulusan perguruan tinggi namun peduli pada nasib petani dan kemajuan pertanian Indonesia, dan langsung menginstruksikan Direktorat Jenderal Hortikultura di Kementerian Pertanian RI untuk mendukung kedua petani muda yang menolak menjadi pegawai BUMN dan memilih kembali ke desa setelah mereka lulus kuliah.
"Pejabat eselon satu di Kementan menindaklanjuti kerjasama dengan Agis Aulia dan Adi Pramudya" kata Mentan Amran Sulaiman via pesan singkat lengkap dengan beberapa foto kepada B2B usai bertemu dengan Agis Aulia dan Adi Pramudya di ruang kerjanya di lantai dua Gedung A Kementerian Pertanian RI, pada Senin (30/11).
Menurut Agis kepada Andy F Noya, para petani dan peternak di Serang kesulitan mendapatkan pupuk, kalau pun ada harganya mahal, bibit unggul, kesulitan melakukan panen, hasil panen cepat membusuk, dan harga jual produksi pertanian tidak stabil.
"Saya lihat banyak potensi di desa seperti mengolah pupuk dari kotoran hewan seperti sapi dan kambing, meskipun saya awalnya sempat diragukan oleh para petani di kampung saya yang rata-rata berusia tua, kok ada anak muda yang mau bertani," kata Agis yang mengawali bertani dengan menyewa lahan seluas 2.000 meter untuk ditanami ketimun dan kacang.
Jakarta, Indonesia (B2B) - Indonesian Agriculture Minister, Andi Amran Sulaiman respond quickly seriousness of two farmers bachelor´s degree, Nur Agis Aulia and Adi Pramudya, ´I was college graduate, I am the farmer´ and both ´sudden popular´ after appears on the Kick Andy talkshow in Metro TV, which broadcast live on Friday night (11/27) and reruns on Sunday afternoon (11/29).
They claimed as long as humans have to eat so the farmers is still needed, and both of these scholars also wonder why the son of a farmer after graduation instead chose to work in the city rather than return to his hometown to develop agriculture. While they are not the children of farmers, Aulia Agis son of a civil servant in Serang district, Banten province and father of Adi Pramoedya is haberdasher.
"As long as people need to eat, we still need a farmer. I still love farming and proud to be a farmer, if there are no farmer, you do not eat," said Adi Pramudya, 23 years old, graduate from a private university in Jakarta to Andy F Noya as a host.
While Agis Aulia of Serang district, Banten province more proudly pose as farmer and breeder, although a university degree of Social Development and Welfare at the Yogyakarta´s Gajah Mada University with achievement cum laude and grade point average of 3.75.
"I was often to the village when I was in college, why farmer more live in poverty while Indonesia referred to as an agricultural country, and the government has been providing a lot of funding from the state budget, and I was concerned to see farmer more elderly, and we must care for them," Agis Aulia said.
Minister Sulaiman admitted he was proud of them, college graduates, but cares for farmer and agricultural development, and he immediately instructed the Directorate General of Horticulture at the ministry to support two young farmers who refused to become employees of SOEs and chose to return to the village after graduating from college.
"Echelon one in ministry to follow up the cooperation with Agis Aulia and Adi Pramudya" Minister Sulaiman said via short messages complete with several photos to B2B after meeting with them in his office on the second floor of A Building A of the Agriculture Ministry, on Monday (11/30).
According to Agis Aulia to Andy F Noya that the farmers in Serang district often difficult to get fertilizers, seeds, post-harvest handling, agricultural production decompose, and the selling price of agricultural production is not stable.
"I saw a lot of potential in the village such as processing the manure of animals such as cows and goats, although I initially had doubted by farmers in my village are on average older, why there are young people who want to farm," Agis said who started farming by renting an area of 2,000 meters to be planted cucumbers and beans.
