Mentan dan Mendag Sepakat Pangkas Rantai Pasok Tata Niaga Pangan

Indonesian Ministers Agreed to Cut Out Food Supply Chain

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Mentan dan Mendag Sepakat Pangkas Rantai Pasok Tata Niaga Pangan
Mentan Andi Amran Sulaiman dan Mendag Enggartiasto Lukita menjawab pers, (inset bawah) Sekjen Kementan, Hari Priyono, Dirjen Hortikultura Spudnik Sujono, Direktur Sayuran Tanaman Obat, Yanuardi dan Kabag Humas Marihot H Panggabean (Foto2: B2B/Gusmiati War

Jakarta (B2B) - Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman dan Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita sepakat untuk memangkas rantai pasok pangan yang terlalu panjang sehingga memicu kenaikan harga di tingkat konsumen, sementara petani tidak mendapatkan nilai tambah dari hasil produksi pertanian.

Kesepakatan tersebut hasil dari rapat koordinasi terbatas Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Perdagangan RI di Jakarta pada Senin (15/8) yang dihadiri oleh para pejabat eselon satu di kedua kementerian.

"Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo tentang kemandirian pangan akan diwujudkan melalui tiga prioritas yaitu ketersediaan pasokan, penyerapan produksi pertanian dan pengendalian harga," kata Mentan Amran Sulaiman kepada pers.

Mendag Enggartiasto mengakui kenaikan harga pangan strategis yang terjadi selama ini akibat rantai pasok pangan yang terlalu panjang, dan untuk mengatasi hal itu maka pemerintah pusat dan daerah akan melakukan sinergi untuk menciptakan kemandirian pangan.

Tampak hadir Sekretaris Jenderal Kementan, Hari Priyono; Dirjen Hortikultura, Spudnik Sujono; Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Pending Dadih Permana; Kepala Badan Ketahanan Pangan, Gardjita Budi; dan Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Ditjen Hortikultura, Yanuardi MM.

Toko Tani Indonesia
Sebelum kesepakatan kedua kementerian tercapai, Kementan harus bertindak ´single fighter´ untuk memangkas rantai pasok tata niaga pangan dengan menargetkan pengembangan 1.000 Toko Tani Indonesia (TTI) yang bertujuan menaikkan posisi tawar petani terhadap pedagang didukung Badan Urusan Logistik (Bulog).

"Kementan menargetkan pengembangan seribu Toko Tani tahun ini, menerapkan prinsip dagang dengan penjualan sedikit kali banyak, maksudnya biarlah mendapat untung sedikit tapi mampu menjaring banyak pembeli dan berlangsung terus-menerus, inilah bagian dari disain struktur pasar baru," kata Mentan Amran Sulaiman kepada pers di Pasar Organik Jakarta (POJ) tak jauh dari lokasi Car Free Day di Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Minggu pagi (8/5).

Konsep yang ditawarkan TTI mirip dengan pola bisnis warga China keturunan di Indonesia yang menerapkan prinsip dagang: lebih baik mendapat untung Rp5 dari 1.000 pembeli ketimbang meraih laba Rp1.000 dari lima pembeli, dan pilihan pertama membuat para pembeli kembali datang untuk berbelanja sementara pilihan kedua akan membuat pembeli jera dan toko pun tutup.

Mentan menambahkan, tujuan dari TTI adalah memberikan kepastian stabilitas serapan, pasoka, dan harga yang menguntungkan petani dan konsumen. Diikuti stabilisasi harga pangan melalui langkah menyeimbangkan margin share antara petani dengan pedagang, sehingga memberi kemudahan akses bagi konsumen terhadap bahan pangan pokok dan strategis.

"Konsep utama Toko Tani adalah menjamin harga pembelian dengan mempertimbangkan keuntungan petani yang wajar dan harga eceran terjangkau di masyarakat," kata Amran Sulaiman.

Jakarta (B2B) - Two Indonesian economics minister, Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman and Trade Minister Enggartiasto Lukita agreed to cut the food supply chain is a trigger price increases at the consumer level, while farmers do not get the value added of agricultural production.

The agreement was results of coordination meeting here on Monday (August 15) which was attended by the first echelon officials in both ministries.

"Indonesian President Joko Widodo instructed the food self-sufficiency through a three-step priority is the availability, distribution and price control," Minister Sulaiman told reporters.

Minister Lukita recognizes the strategic food price increases caused by the length of the food supply chain and to address them, the central and local governments will create synergy to achieve food self-sufficiency.

It was attended by Secretary General of Agriculture Ministry, Hari Priyono; Director General of Horticulture, Spudnik Sujono; Head of Education and Human Resource Development of Agriculture of the ministry Pending Dadih Permana; Head of Food Security Agency, Budi Gardjita and Director of Vegetable and Medicinal Plants, Yanuardi MM.

Indonesian Food Kiosk
The Indonesian Agriculture Ministry targets the development of 1,000 food kiosk (Toko Tani) across Indonesia to cut out food supply chain of food as main trigger of rising food prices, and also increasing farmers´ bargaining position with merchants because the National Logistics Agency (Bulog) to support the purchase of grain from farmers, and support marketing of agricultural products through the Bulog Mart.

"The ministry targets the development of a thousand food kiosk this year, applying the principle of trade to sell as much as possible with sufficient profit," Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman told the press here on Sunday morning (5/8).

The concept is similar to the business model of Chinese descent in Indonesia, by applying the principle of trade: it is better just make a profit of 5 rupiah from 1,000 buyers rather than profit 1,000 rupiah of five buyers, and the first option gives the buyer return shopping while the second option would make the buyer becomes deterrent and the store was closed.

Minister Sulaiman added that the purpose of the store is providing assurance of farmers purchasing grain, supply, and favorable prices for farmers and does not burden the consumer. Followed by the stabilization of food prices through measures to balance margin share between farmers and merchants, providing ease of access for the consumer gets a basic commodities.

"The main concept of Toko Tani are to ensure the purchase price by considering the benefit of farmers reasonable and affordable retail price in the community," he said.