Kementan Apresiasi Petani Cabai Ketundan Magelang Dukung Operasi Pasar
Indonesian Govt Appreciates Magelang Chili Farmers for Support the Prices Control
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Magelang, Jawa Tengah (B2B) - Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura, Kementerian Pertanian RI mengapresiasi para petani cabai dari Kelompok Tani Maju di Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah yang mendukung pemerintah dalam upaya stabilisasi harga cabai di wilayah Jakarta dan sekitarnya yang pernah melambung ke Rp45.000 per kg dan kini di kisaran Rp25.000 per kg.
"Saya mewakili pemerintah menyampaikan terima kasih atas dukungan para petani cabai di Dusun Semimpin, Desa Ketundan untuk mendukung stabilisasi harga, dengan menggelar operasi pasar langsung ke retail," kata Dirjen Hortikultura, Spudnik Sujono saat menyerahkan sertifikat kepada perwakilan petani di Magelang pada Sabtu (1/4).
Spudnik mengapresiasi dukungan Kepala Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Magelang, Wijayanti MS dan musyawarah pimpinan kabupaten (Muspika) Magelang yang mendukung langkah pemerintah menstabilkan harga cabai yang melonjak hingga Rp45.000 per kg, dan pasokan produksi dari Ketundan mampu mengendalikan harga hingga di kisaran Rp25.000 hingga Rp30.000 di Jakarta saat ini.
"Pemerintah bangga karena petani di sini bukan petani kapitalis, tapi digolongkan petani syariah, hanya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan para petani di Ketundan," kata Spudnik dalam sambutannya.
Tampak hadir para pejabat di Ditjen Hortikultura di antaranya Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM; Kepala Bidang Perencanaan Ditjen Hortikultura, Guru Daud; Kepala Subdirektorat Aneka Cabai dan Sayuran Buah Ditjen Hortikultura, M Agung Sunusi.
Menurutnya, dukungan petani cabai Ketundan berdampak positif pada fluktuasi harga cabai setelah Ditjen Hortikultura menggelar operasi pasar pada pertengahan Maret dan akhir Maret, mampu mengendalikan harga cabai di Jakarta yang menjadi indikator pergerakan harga cabai khususnya pada pasokan di Pasar Cibitung, Bekasi; Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur; dan Pasar Tanah Tinggi, Tangerang.
"Bagi pemerintah, petani harus untung, tapi pemerintah juga harus menjaga harga di tingkat konsumen karena ada batas harga tertinggi, dan kalau melampaui harga batas atas maka Kementerian Perdagangan akan menerapkan kebijakan impor. Tentu petani di sini maupun di daerah lain ketika harga produksi pertaniannya anjlok akibat masuknya cabai impor dari China dan India."
Yanuardi menambahkan, kesadaran petani cabai Ketundan untuk mendukung langkah pemerintah karena mereka faham, kalau harga melonjak dan tidak bisa dikendalikan maka petani sendiri yang rugi, karena pemerintah sudah menetapkan harga batas atas di retail untuk cabai rawit merah Rp28.000 dan cabai keriting Rp27.600 per kg.
"Petani di sini tidak rugi ketika pemerintah membeli cabai di harga Rp26 ribu per kg untuk dijual kembali di Jakarta, sebenarnya mereka tetap untung dan cuma rugi dengan petani lain di sini yang menjual Rp30 ribu per kg," kata Yanuardi.
Magelang, Central Java (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry´s Directorate General of Horticulture appreciate support of chili farmers in Pakis subdistrict, Magelang district of Central Java province to support the government to control the price of pepper in Jakarta and surrounding areas while the price spiked to 45,000 rupiah per kg brought under control to 25,000 rupiah per kg.
"I came here to represent the government to appreciate the support of chili farmer in Semimpin hamlet of Ketundan village for prices stabilization, which held bazaar by by selling chilli to the consumer," said Director General of Horticulture, Spudnik Sujono here on Saturday (4/1).
Mr. Sujono appreciate support of the Head of Department of Agriculture, Forestry and Plantation of Magelang, Wijayanti MS and related officials who support the steps to stabilize chili prices rose up to 45,000 rupiah per kg, and production supply of Ketundan able to control chili prices in Jakarta is Rp 30,000 today.
"The Indonesian government believes the farmers here are not capitalists farmers, but as farmers sharia, only Almighty Allah knows the goodness of farmers here," said Spudnik in his speech.
It was attended by officials of the directorate general of which the Director of Vegetable and Medicinal Plants, Yanuardi MM; Head of Planning, Guru Daud; Head of Sub-directorate of Chili and Vegetables, M Agung Sunusi; and Head of Public Relations Subdivision, Ina Ngana.
According to him, support of Ketindan chili farmers have a positive impact on the price fluctuations of chili after the Directorate General of Horticulture held a bazaar in mid-March and the end of March, was able to control chili prices in Jakarta is an indicator of price movements in the market, especially in Cibitung Market of Bekasi; Kramat Jati Central Market, East Jakarta; and Tanah Tinggi Market, Tangerang.
"For the government, the farmers have to make a profit, the government must also keep prices at the consumer level because there is a limit highest price, and if the price upper limit is exceeded, the Trade Ministry will apply the import policy. Chili farmers will lose money after the chilli imports from China and India enter the market."
According to Yanuardi, awareness of chili farmers Ketindan support the government´s move as they understand, if the prices soared and could not be controlled then the the farmers who will lose money, because the government has set the upper limit price at retail is 28,000 rupiah for cayenne pepper and chilli curls is 27,600 rupiah per kg.
Ketundan chili farmers have nothing to lose while the government buys chili at a price of 26 thousand rupiah per kg for resale in Jakarta, in fact they still profit and loss only with other farmers here who sell 30 thousand rupiah per kg," he said.
