Kementan Prioritaskan Program Kedaulatan Pangan

Indonesian Govt Prioritize the Achievement of Food Sovereignty

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Kementan Prioritaskan Program Kedaulatan Pangan
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Hendriadi (kiri) bersama Mentan Andi Amran Sulaiman (kanan) dan Kepala Balitbangtan Muhammad Syakir saat kunjungan ke Balai Penelitian Cimanggu Bogor (Foto: B2B/Mac)

Jakarta (B2B) - Pencapaian kedaulatan pangan untuk 250 juta jiwa penduduk Indonesia bukanlah masalah mudah, karena dihadapkan pada permasalahan yang sangat komplek yang harus diurai satu persatu mulai dari subsistem produksi, distribusi dan konsumsi.

"Ketiga subsistem dari kedaulatan pangan harus berjalan sinergi yang harus melibatkan koordinasi antarsektor, dan hal itu sedang diupayakan oleh Kementerian Pertanian dengan menggalang peningkatan intensitas koordinasi dan kerjasama dengan berbagai sektor," kata Kepala Biro Humas dan Informasi Publik di Kementerian Pertanian RI, Agung Hendriadi melalui pernyataan tertulisnya pada Selasa (22/3).

Dia menyebutkan langkah tersebut dilakukan oleh Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman pada pekan lalu yang secara serentak melakukan kegiatan bertajuk ´Panen, Serap Gabah dan Stabilkan Harga´ bersama institusi terkait di beberapa provinsi.

"Upaya tersebut jangan dipandang sebagai kegiatan yg terkait dengan politisasi kedaulatan pangan." kata Agung.

Dia mengakui, kompleksitas pencapaian kedaulatan pangan dan keterbatasan sumber daya, tentu akan memaksa pemerintah dalam upayanya mewujudkan kedaulatan pangan sudah pasti menyusun prioritas. Komoditas yang strategis, secara agronomis memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar lokal maupun global sebagai penghasil devisa dan menguasai hajat hidup orang banyak tentu akan dipilih untuk dapat mendorong pencapaian kedaulatan pangan. "Prioritas ini tidak perlu dipandang sebagai kendala ppolitik kedaulatan pangan."

Menurutnya melalui berbagai pertimbangan tersebut maka 11 komoditas strategis telah ditetapkan secara intensif akan digarap Kementan hingga 2019 meliputi padi, jagung, kedelai, daging sapi, gula, bawang merah, cabai, kelapa sawit, karet, kopi dan kakao.

"Dalam hal ini, masyarakat perlu memahami, bukan berarti komoditas lain dilupakan, tetap digarap namun belum termasuk komoditas prioritas," kata Agung.

Dia menambahkan apa yang terjadi saat ini dengan maraknya kegiatan hulu hilir dan pemberitaan komoditas strategis beras, sama sekali tidak berhubungan dengan politisasi komoditas. Kementan mengambil komoditi beras sebagai contoh dalam penanganan hulu dan hilir secara komprehensif mulai dari produksi hingga distribusi.

"Keberhasilan menangani beras dari hulu hingga ke hilir yang bertujuan terkendalinya harga di petani, dan terjaminnya ketersediaan di tingkat konsumen dengan harga wajar, tentu akan diterapkan pada penanganan komoditas lainnya dengan mempertimbangkan permasalahan umum maupun spesifik per komoditas," katanya lagi.

Sementara diversifikasi pangan melalui pengembangan komoditas lokal lainnya dan teknologi pengolahan misalnya Mocaf tetap menjadi bagian penting dalam pencapaian kedaulatan pangan jangka panjang sebagai upaya untuk mengurangi besarnya konsumsi beras dan substitusi impor produk tertentu.

"Kita semua meyakini bahwa sejalan dengan meningkatnya indek pembangunan manusia Indonesia, konsumsi pangan pokok beras secara bertahap akan menurun dan beralih pada meningkatnya konsumsi pada komoditas lainnya," kata Agung.

Jakarta (B2B) - Achieving of food sovereignty for 250 million Indonesian people is not an easy problem, because faced with the complex issues that must be parsed one by one began to subsystem production, distribution and consumption.

"The three subsystems of food sovereignty should be synergies through coordination with various sectors, and it is being pursued by the Ministry of Agriculture to raise intensifying coordination and cooperation in various sectors," said spokeperson of the ministry Agung Hendriadi through the written statement here on Tuesday (3/22).

He said the move made by Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman in the past week conducting simultaneous activities titled ´Harvest, Buy the Unhusked Rice and Price Stabilization´ with related agencies in several provinces.

"These efforts should not be seen as an activity related to the politicization of food sovereignty," Mr Hendriadi said.

He acknowledged the complexity of the achievement of of food sovereignty and limited resources, would encourage the government to set priorities. Strategic commodity, agronomically has comparative and competitive advantages in both local and global markets as a source of income, and for the benefit of the people would have been to encourage the achievement of food sovereignty. "The priority should not be seen as a political constraints of of food sovereignty."

According to him, having taken into consideration the 11 strategic commodities has been set, and will be handled by the ministry to 2019 that include rice, corn, soybeans, beef, sugar, onion, chili, palm oil, rubber, coffee and cocoa.

"In this case, people need to understand, does not mean that other commodities forgotten, is still important but not including the priority commodities," Mr Hendriadi said.

He added that what is happening today with the proliferation of activities from upstream to downstream, and news of strategic commodities of rice, is completely unrelated to the politicization the commodity. The Ministry chose rice as an example in the handling of a comprehensive upstream to downstream from production to distribution.

"The successful handling of rice from upstream to downstream, in order to control the price at the farm gate, and security of supply to consumers at reasonable prices, would be applied to other commodities taking into account the general and specific problems per commodities," he added.

While diversification through the development of other local commodities, and processing technology, for example Mocaf remain an important part in achieving long-term of food sovereignty as an effort to reduce the high consumption of rice, and the substitution of imports of certain products.

"We all believe that in line with the increase of Indonesia´s human development index, rice consumption will gradually decline and turn to other commodities," Mr Hendriadi said.