Dirjen Hortikultura Pagi Ini Kunker ke Sentra Bawang Merah di Cirebon Jabar
Indonesia`s Director General of Horticulture Working Visit to Shallots Center in West Java
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Cirebon, Jawa Barat (B2B) - Direktur Jenderal Hortikultura, Spudnik Sujono pagi ini, Sabtu (13/2) dijadwalkan melakukan kunjungan kerja ke sentra bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat untuk mengetahui sebaran produksi berdasarkan geo-spasial dan dimensi waktu sehingga menjamin pasokan setiap hari, dan telah dirancang kesiapan produksi harian/mingguan hingga akhir 2016.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah gudang bawang merah di Desa Gebang, Kecamatan Gebang dilanjutkan dialog dengan tokoh bawang merah Cirebon, Nyan.
Kunjungan kerja dilanjutkan ke kebun bawang merah di Desa Tersana, Kecamatan Pabedilan untuk melakukan panen bawang merah bersama petani setempat, dan diakhiri dengan kegiatan dialog bersama petani setempat.
Selanjutnya, Dirjen Spudnik Sujono bersama rombongan meninjau pasar bawang merah di Desa Losari, Kecamatan Losari, dilanjutkan berdialog dengan pedagang bawang merah di pasar tersebut.
"Mengurai penyebab lonjakan harga bawang merah tidaklah sederhana, tidak bisa dilihat hanya dari pergerakan harga dalam satu dua hari saja, namun harus dilihat dalam kurun waktu panjang. Harga bawang merah pada waktu tertentu pernah jatuh dan petani menderita kerugian, namun pada saat tertentu harganya melonjak tinggi," kata Spudnik kepada pers di kantornya di Jakarta pada akhir Desember 2015.
Menurutnya, berbeda dengan komoditas lainnya, karakteristik bawang merah yang mudah rusak (perishable) dan fluktuasi harganya berkontribusi terhadap inflasi, sehingga pemerintah memberi perhatian serius.
Dia menambahkan, stabilitas harga bawang merah di Jakarta dapat dengan mudah dideteksi dari jumlah pasokan ke Pasar Cibitung, Bekasi, Jawa Barat. Apabila tiap hari mampu memasok minimal 40 truk maka diyakini harga akan turun dan stabil, sebaliknya bila pasokan kurang dari 25 truk, maka harga akan merangkak naik.
"Mengatasi hal tersebut, Kementan sejak 2015 secara sistemik dikembangkan bawang merah besar-besaran minimal 1.000 ha di wilayah sentra lain yang tersebar di Bima, Sumbawa, Tapin, Enrekang, Pesisir Selatan, Kampar, Nganjuk, Probolinggo dan lainnya," kata Spudnik.
Kunjungan kerja di Cirebon diakhiri dengan mengunjungi lahan bawang merah di Desa Tawangsari, Kecamatan Losari dan dilanjutkan dengan berdialog dengan petani setempat.
Cirebon, West Java (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry´s Director General of Horticulture, Spudnik Sujono this morning, Saturday (13/2) was scheduled working visit to the center of shallots production in Cirebon district of West Java province to know spread of production based on geo-spatial and time dimensions in order to ensure the supply every day, and has been designed production readiness daily / weekly until the end of 2016.
The first location will be visited is shallots warehouse in Gebang village of Gebang subdistrict which continued dialogue with local farmers, Nyan, who uses one name like many Indonesians.
Working visit continues in Tersana village of Pabedilan subdistrict to conduct shallots harvest with local farmers, and ended dialogue with local farmers.
Subsequently, Mr. Sujono with his entourage will review shallots market in Losari village of Losari subdistrict, and continued dialogue with red onion traders in the market.
"Unravel the causes of the rising price of shallots are not simple. It can not only from price movements in one or two days, but it should be seen in a long period. The price of commodities is decreasing in a certain time and the farmers lose money. But at certain moments the price soaring," Mr Sujono told the press here by the end of December 2015.
According to him, differences with other commodities, the characteristics of shallots are classified as perishable and fluctuating prices contribute to inflation, so that the attention of the government.
He added, price stability of shallots in Jakarta can be easily detected from the supply to Cibitung Market in Bekasi district of West Java province. When every day is able to supply a minimum of 40 trucks into the market can be assured the price will go down and stable, but if the supply is less than 25 trucks, the shallots price will rise.
"To overcome these problems, the Ministry of Agriculture since 2015 systematically develop a minimum of 1,000 hectares of land in Bima, Sumbawa, Tapin, Enrekang, Pesisir Selatan, Kampar, Nganjuk, Probolinggo and other regions," Mr Sujono said.
Working visit ends in Tawangsari village of Losari subdistrict and followed by a dialogue with the local shallot farmers.
