Mentan: Jangan Sia-siakan `Berkah La Nina` untuk Luas Tambah Tanam

La Nina is Considered a Positive Impact on Agriculture in Indonesia

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Mentan: Jangan Sia-siakan `Berkah La Nina` untuk Luas Tambah Tanam
Fenomena La Nina menurut data satelit cuaca NOAA dan data sasaran luas tanam padi di Provinsi Jawa Tengah (Peta Cuaca: MailOnline & Tabel: Provinsi Jawa Tengah)

Semarang, Jawa Tengah (B2B) - Pemerintah RI mengingatkan pemerintah provinsi di seluruh Indonesia menghadapi musim tanam padi pada Juli sampai September 2016 yang kerap disebut masa paceklik karena menurunnya curah hujan, namun fenomena La Nina mengakibatkan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia khususnya Jawa Tengah tetap tinggi seperti pada musim hujan sehingga harus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan luas tambah tanam.

Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mengatakan pemerintah sangat memperhatikan periode Juli sampai September yang dikenal sebagai masa paceklik untuk musim tanam padi, dan luas tambah tanam menjadi penting untuk mengantisipasi penurunan produksi pertanian khususnya padi.

"Saya mengharapkan Gubernur Jawa Tengah memimpin seluruh kepala dinas di provinsinya untuk tidak menyia-nyiakan fenomena La Nina, dengan meningkatnya curah hujan pada musim kemarau karena hujan datang sampai Oktober. Tahun ini tidak ada musim kering khususnya Jawa. Ini hujan terus, kita optimalkan dan maksimalkan,” kata Mentan Amran Sulaiman saat membuka Rapat Koordinasi Peningkatan Luas Tambah Tanam dan Serap Gabah di Semarang, Jawa Tengah pada Kamis (14/7).

Dia menambahkan, apabila pencapaian target luas tambah tanam hingga 1,2 juta hektar di Provinsi Jawa Tengah dapat dicapai tahun ini, yang diikuti serap gabah meningkat 1,13 juta ton gabah kering panen maka Indonesia tidak perlu lagi mengimpor beras seperti tahun-tahun sebelumnya.

Sementara data di Kementerian Pertanian RI (Kementan) menyebutkan bahwa target tanam padi di tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah selama periode Juli hingga September 2016 mencapai 60.696 hektar, dan realisasi pada April hingga Juni hanya mencapai 173.200 hektar.

Semarang, Central Java (B2B) - The Indonesian government warned provincial governments across Indonesia face the rice-planting season in July to September 2016 is often called a difficult period for agriculture because of declining rainfall, but the La Nina phenomenon resulting in rainfall in some parts of Indonesia, particularly Central Java province remains high despite the rain in the dry season so that should be used to increase the planting area of paddy.

Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman said the government was very concerned period of July to September is known as a difficult time for the rice planting season, and increase planting area to be important to anticipate the decline in agricultural production, especially rice.

"I expect the Central Java governor led all the related officials of agriculture by utilizing the La Nina impact, with increased rainfall during the dry season because of the rain this year to October. This year there is no dry season, especially in Java island. We must utilize optimally," Minister Sulaiman said in Semarang city while opened the coordination meeting on Thursday (7/14).

He added that if the increase of rice planting area reached up to 1.2 million hectares in Central Java province this year, followed by the purchase of up to 1.13 million tons of unhusked rice from the harvest, Indonesia no longer need to import.

While the data in the Ministry of Agriculture mentioned that the target of planting rice in seven districts of Central Java province in July-September 2016 reached 60,696 hectares, and the realization of April to June only reached 173,200 hectares.