Hujan Buatan Solusi Kekeringan di Provinsi Lumbung Beras
Indonesia Applying Artificial Rain to Mitigate the Impact of Drought
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Nasir mengatakan akan melakukan koordinasi dengan kementerian terkait untuk mengatasi dampak kekeringan yang mulai mengkhawatirkan, sehingga harus ada penanganan khusus memanfaatkan teknologi hujan buatan untuk mengurangi dampak kekeringan di sejumlah lumbung padi di Indonesia.
Menteri Nasir mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian RI sejak 1 Agustus lalu untuk menyiapkan hujan buatan, karena kekeringan ini sudah berdampak pada sumber air di waduk-waduk yang mengairi lahan pertanian di sejumlah provinsi, serta melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mendukung penyiapan teknologi hujan buatan.
"Peneliti dari BPPT dan Badan Litbang Kementan telah melakukan koordinasi pemetaan lahan-lahan sawah-sawah mana di Indonesia yang berpotensi menghasilkan padi besar, namun terancam puso akibat kekeringan," kata M Nasir yang didampingi Staf Ahli Menteri Bidang Relevansi dan Produktivitas, Agus Puji Prasetyono di Jakarta, Kamis (6/8).
Menurutnya, ada tujuh provinsi dan puluhan kabupaten yang menjadi target hujan buatan antara lain Jawa Barat, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Nasir menambahkan, teknis pelaksanaannya mengacu pada keberadaan awan yang berada di atas tujuh provinsi, dan apabila banyak awan di atas daratan maka dilakukan rekayasa teknologi untuk menghasilkan hujan buatan.
Menristek Dikti juga menyinggung tentang pelaksanaan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional atau Harteknas yang diperingati setiap tanggal 10 Agustus berdasarkan Keputusan Presiden No 71/1995, yang ditandai dengan diterbangkannya pesawat pertama buatan Indonesia, N250 Gatotkaca yang dikendalikan oleh komputer atau fly by wire atau setengah otomatis.
Jakarta (B2B) - The Indonesian Research Technology and Higher Education Minister, Muhammad Nasir said it will coordinate with relevant ministries to overcome effects of drought, utilize the artificial rain technology in a number of the largest rice-producing provinces in Indonesia.
Minister Nasir said it was coordinating with the Agriculture Ministry on August 1 related to the application of artificial rain, due to drought impact on water resources in the reservoirs that irrigate agricultural lands, the Agency for the Assessment & Application of Technology is also involved in supporting the artificial rain technology.
"A number of researchers from related agencies have coordinated mapping of paddy lands affected by the drought," M Nasir said here on Thursday (8/6) who was accompanied by Expert Staff of Minister Sector Relevance and Productivity, Agus Puji Prasetyono.
According to him, there are seven provinces, and dozens of districts become the target of artificial rain: West Java, South Sumatra, East Nusa Tenggara, West Nusa Tenggara, West Sulawesi, East Java and Central Java.
Mr Nasir added that the technical implementation refers to the existence of clouds that are above seven provinces, and if many clouds will soon do the engineering technology of artificial rain.
Minister also explained about the National Technology Awakening Day is celebrated every August 10 based on Presidential Decree No. 71/1995, which was marked by the first air flight made in Indonesia, N250 Gatotkaca controlled by a computer or fly-by-wire or semiautomatic.
