Cabai pun Naik Pesawat, Demi Penuhi Kebutuhan Konsumen Setiap Hari

North Sulawesi`s Minahasa Boarded the Plane for Support Price Controls

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Cabai pun Naik Pesawat, Demi Penuhi Kebutuhan Konsumen Setiap Hari
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan, Yanuardi MM (kiri) dan Dirjen Hortikultura Kementan, Spudnik Sujono melakukan panen cabai GTCK di Magelang, Jateng (B2B/Mac)

Magelang, Jawa Tengah (B2B) - Cabai ditetapkan Kementerian Pertanian RI sebagai komoditas strategis sebagaimana halnya padi, jagung, kedelai, daging sapi, gula dan bawang merah karena dibutuhkan konsumen setiap hari, sehingga para petani harus melakukan pertanaman setiap bulan untuk memastikan tersedianya pasokan cabai di seluruh Indonesia.

"Kita ketahui bersama bahwa cabai dibutuhkan setiap hari, pak camat kalau dikasih saus sambel botolan pasti protes dan akan memilih cabai. Kebutuhan konsumen yang mendorong petani harus menanam setiap bulan. Bahkan cabai dari Minahasa di Sulawesi Utara harus naik pesawat untuk menjamin pasokan di pasar," kata Direktur Jenderal Hortikultura, Spudnik Sujono dalam sambutannya usai panen cabai hasil produksi Gerakan Tanam Cabai di musim Kering (GTCK) di Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah akhir pekan lalu.

Menurutnya, kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi cabai untuk dijadikan sambal dan penganan lainnya membuat para petani harus melakukan pertanaman setiap bulan, dan tentunya petani juga mendapatkan keuntungan lantaran hasil pertaniannya disukai konsumen.

Melihat potensi lahan di Magelang yang masih sangat luas untuk menanam cabai, Spudnik menjadikan sebagai sentra cabai sehingga bisa memasok ke Jakarta.

"Jakarta selama ini menjadi barometer harga cabai. Walaupun sudah dipasok dari Jawa Barat tapi akan kita pasok lagi dari Magelang," katanya.

Spudnik menambahkan, salah satu program yang dilakukan Direktorat Jenderal Hortikultura adalah mencanangkan GTCK yang dimulai sejak 2015, sehingga harga berbagai jenis cabai yang pernah melonjak hingga Rp45.000 per kg dapat dikendalikan di bawah Rp30.000 per kg.

"GTCK ini penting dilakukan di sentra-sentra produksi cabai di seluruh Indonesia, karena sangat penting untuk menjamin pasokan komoditas cabai selalu terpenuhi," katanya pada dialog dengan petani cabai Dusun Semimpen, Desa Ketundan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.

Tampak hadir para pejabat di Ditjen Hortikultura di antaranya Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Yanuardi MM; Kepala Bidang Perencanaan Ditjen Hortikultura, Guru Daud; Kepala Subdirektorat Aneka Cabai dan Sayuran Buah Ditjen Hortikultura, M Agung Sunusi; dan Kepala Subbagian Humas, Ina Ngana dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Magelang, Wijayanti MM.

Dirjen Hortikultura mengingatkan para petani cabai untuk mewaspadai organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti hama kuning, dan dia meminta Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk menempatkan beberapa penyuluh lapangan di Desa Ketundan untuk memasang perangkap lalat buah.

Dalam kesempatan itu, Spudnik menyerahkan bantuan dana Rp200 juta untuk dimanfaatkan para petani cabai di Desa Ketundan untuk meningkatkan produksinya, khususnya untuk membeli benih.

"Jadi kalau hitung-hitungan bisnis, kita sudah impas, karena bapak-bapak di sini sudah bantu saya melakukan operasi pasar di Jakarta. Kenapa harus Jakarta, karena Jakarta selama ini menjadi barometer harga cabai. Walaupun sudah dipasok dari Jawa Barat masih kurang, terima kasih pada dukungan petani di sini kepada pemerintah."

Magelang, Central Java (B2B) - Commodities of chili established by Indonesian Agriculture Ministry as a strategic commodities such as rice, corn, soybeans, beef, sugar and onions because consumers need every day, so farmers have to plant every month to ensure availability of supply chili across Indonesia.

"We all know that the chili is needed every day, such as subdistrict head prefer a condiment than a chili sauce made in the factory. The need for consumers to encourage farmers have to plant every month. Even chili of Minahasa in North Sulawesi to be boarded the plane to ensure supply in the market," said Director General Horticulture, Spudnik Sujono at the end of last week, in his speech in Magelang regency, Central Java province after harvest chili to encourage the farmers to plant chilli in the dry season.

According to him, the habit of Indonesian people consume sauce made from chili peppers to make farmers have to plant every month, and of course, farmers also got untun because of their agricultural products preferred by consumers.

Seeing the potential of land chilli plants in Magelang is still very wide, Mr. Sujono pushed into the center of chili that can support customer needs in Indonesian capital.

"Jakarta has been the barometer of chili price. Although it has been supplied from West Java still need a supply of Magelang," he said.

Mr. Sujono added one of programs that do by the Directorate General of Horticulture was launched planting in the dry season, which began in 2015, so the prices of various types of chili ever jumped to 45,000 rupiah per kg can be controlled below 30,000 rupiah per kg.

"The program important to be done in chilli production centers across Indonesia, because it is very important to ensure the supply of commodities chili are always met," he said at a dialogue with chili farmers of Semimpen hamlet in  Ketundan village of Pakis subdistrict, Magelang.

It was attended by officials of the directorate general of which the Director of Vegetable and Medicinal Plants, Yanuardi MM; Head of Planning, Guru Daud; Head of Sub-directorate of Chili and Vegetables, M Agung Sunusi; and Head of Public Relations Subdivision, Ina Ngana; and Head of Agriculture Magelang district, Wijayanti MM.

Mr Sujono chili reminds the farmers to be aware of plant pests such as pest of yellow, and he asked the Agency for Agricultural Research and Development to support the development of chilli plants in Ketundan village set the trap of fruit flies.

On that occasion, he handed over a grant of 200 million rupiah to increase production, especially for the purchase superior seeds.

"According to the calculations of business, we have to break even, because farmers here have helped me do the chili bazaar chili in Jakarta. Why must Indonesian capital because has been the barometer of chili prices. Although it has been supplied from West Java is still lacking, thanks in support of farmers here to the government."