Lahan Rawa Solusi Capai Swasembada Pangan
Wetlands as Drought Solution to Support the Food Self-sufficiency
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Jakarta (B2B) - Luas lahan rawa di Indonesia saat ini mencapai 34,3 juta hektar dan tersebar di 17 provinsi, yang dapat dimanfaatkan sebagai basis pengembangan tanaman pangan di musim kemarau, sekaligus menjawab tantangan perubahan iklim yang melanda berbagai kawasan dunia saat ini.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Kementerian Pertanian RI, Mohamad Syakir mengatakan dari 34,3 juta lahan rawa, sekitar 19,99 juta hektar atau 57,24% merupakan lahan potensial untuk pertanian.
"Baik pada lahan area penggunaan lain atau APL maupun pada kawasan hutan produksi dan hutan produksi konversi. Sisanya, sekitar 14,93 hektar tidak potensial untuk pertanian yang sebagian besar terdapat di kawasan hutan," kata Mohamad Syakir kepada pers di kantornya pada Selasa (30/6).
Syakir menambahkan, berdasarkan hasil analisis potensi lahan, sekitar 14,99 juta hektar atau 74,96% potensial untuk tanaman pangan lahan basah atau rawa, sekitar 3,17 persen (15,84%) potensial untuk tanaman hortikultura dataran rendah seperti sayuran dan buah-buahan, dan atau tanaman tahunan berupa kelapa sawit dan karet, dan sekitar 1,84 juta hektar (9,20%) potensial untuk tanaman tahunan pada lahan gambut.
"Keunggulan lahan rawa sebagai lumbung pangan di musim kemarau dan di masa depan antara lain karena air berlimpah dan tersedia in situ melalui tata kelola air. Lahan juga cepat pulih karena cukup air, bermanfaat pula sebagai sarana transportasi," kata Syakir.
Keunggulan lain, katanya lagi, saluran air juga berfungsi sebagai sarana transportasi, yang berada pada dataran rendah dan flat. Berproduksi pada September dan Desember, yang mengisi defisit beras, dan lebih tahan terhadap deraan perubahan iklim. Hasil biji-bijian dan rumpang lebih kaya Se dan Fe, yang bermanfaat untuk menjaga daya tahan tubuh dan reproduksi sel darah merah.
Jakarta (B2B) - The total area of wetlands in Indonesia currently reaches 34.3 million hectares and spread over 17 provinces, to use it as a basis for the development crops in the dry season, once to answer the challenges of climate change that hit various parts of the world today, according to Indonesian official.
Head of the Agency for Agricultural Research and Development of Agriculture Minister or IAARD, Mohamad Syakir said of the 34.3 million wetlands, approximately 19.99 million hectares, or 57.24% is a potential land for agriculture.
"The rest, about 14.93 hectares are potential for agriculture which are mostly located in forest areas," Mohamad Shakir told the press at his office on Tuesday (30/6).
"The rest, about 14.93 hectares are potential for agriculture which are mostly located in forest areas," said Mohamad Syakir told the press at his office on Tuesday (30/6).
Syakir added, the results of analysis the potential of the land, about 14.99 million hectares, or 74.96% of potential for crops in wetlands or swamps, about 3.17 percent (15.84) the potential for lowland horticultural crops such as vegetables and fruit , and perennial crops such as oil palm and rubber, and 1.84 million hectares (9.20%) potential annual crops on peat soil.
"Another advantage because water was plentiful, and available through governance artificial lake water. Land is also quickly recovered due to sufficient water, also useful as a means of transportation," he said.
Another advantage, he said, the water channel also serves to transsportasi, in the lowlands and flat. Production in September and December, to overcome the deficit of rice," he said.
