Apresiasi Pengembangan Olahan Pangan Lokal dari 16 Provinsi

Development of Local Food Preparations Appreciation of 16 Provinces

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Apresiasi Pengembangan Olahan Pangan Lokal dari 16 Provinsi
Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP Sri Sulihanti memaparkan pengembangan olahan pangan lokal dari 16 provinsi (Foto: istimewa)

Bandung (B2B) - Perwakilan dari 16 provinsi dan 26 kabupaten/kota di seluruh Indonesia mengikuti kegiatan Apresiasi Pengembangan Olahan Pokok Lokal yang diadakan oleh Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian di Bandung, Jawa Barat pada penghujung Mei lalu.

Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP Sri Sulihanti mengatakan pengalaman dari kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) dari perwakilan 16 Provinsi dan 26 Kabupaten/Kota diharapkan dapat meningkatkan kapasitas aparatur pelaksana kegiatan.

"Tujuan utamanya dapat merumuskan rancangan pelaksanaan kegiatan MP3L tahun 2013. Selain memaparkan materi dan pengalaman melalui demo masak dan pengolahan pangan lokal," kata Sri Sulihanti melalui pernyataan tertulisnya kepada B2B.

Selain beras analog, kata Sri Sulihanti, terdapat beberapa macam pangan pokok lokal hasil kajian BKP seperti enbal instan dan enbal goreng dari Maluku, beras siger dari Lampung, kagili kahitela dan beras milu dari Sulawesi Utara, bihun sagu dari Riau, tiwul instan dari Yogya.

"Dengan ini diharapkan kita dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional berbasis kearifan lokal," ungkap Sri Sulihanti.

Hadir memaparkan materi MP3L antara lain Prof Slamet Budijanto dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Rindit Pambayun dari Universitas Sriwijaya, Dr Drajat Martianto dari IPB, Prof Achmad Subagio dari Universitas Negeri Jember, dan Dr Yudi Garnida dari Universitas Pasundan.

Kegiatan berikutnya pemaparan tentang pengalaman MP3L dari Kabupaten Kepulauan Meranti kemudian peserta dari Jawa Timur, Maluku, Lampung, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,  Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Banten, DI Yogya, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah.
 
Selain pemaparan materi dan pengalaman, digelar pula  demo masak dan pengolahan pangan lokal, serta kunjungan ke Universitas Pasundan untuk melihat prototipe alat pembuat beras analog.

Bandung (B2B) - Representatives from 16 provinces and 26 districts/cities in Indonesia following the activities of Appreciation Local Development Processed Goods held by the Food Security Agency (BKP) Ministry of Agriculture in Bandung, West Java, in late May.

Head of Diversity of Consumption and Food Safety BKP, Sri Sulihanti said the experience of the activities of Staple Food Local Development Model (MP3L) of representatives of 16 provinces and 26 regencies/cities is expects to increase the capacity of the apparatus implementing the activities.

"The main purpose of formulating a draft implementation MP3L activities in 2013. Besides exposing the materials and experiences through cooking demonstrations and local food processing," said Sri Sulihanti through a written statement to B2B.

Besides analog rice, Sri Sulihanti said, there are several kinds of local staple foods BKP assessments, such as instant enbal, and fried enbal of Maluku, rice siger of Lampung, kagili kahitela and rice milu of North Sulawesi, vermicelli sago from Riau, Tiwul instant of Yogya.

"Hopefully we can achieve national food security based on local wisdom," said Sri Sulihanti.

Participate expose MP3L material including Prof. Slamet Budijanto of Bogor Agricultural University (IPB), Prof. Rindit Pambayun from Sriwijaya University, Dr. Drajat Martianto of IPB, Prof. Achmad Subagio of Jember State University, and Dr. Yudi Garnida of Pasundan University.

The next activity, exposure of experience MP3L Meranti Islands Regency then attendees from East Java, Maluku, Lampung, Gorontalo, West Nusa Tenggara, North Sulawesi, Southeast Sulawesi, Nanggroe Aceh Darussalam, West Sumatra, South Sumatra, Central Java, Banten, DI Yogyakarta, East Nusa Tenggara, South Sulawesi and Central Sulawesi.

Besides material exposure and experience, also held cooking demo and local food processing, as well as a visit to the University Pasundan to see a prototype analog rice maker.