Balitbang Kemtan: Lahan Gambut, Harus Dikelola Bijaksana dan Berkelanjutan

Balitbang Kemtan: Peatlands, Must Managed Thoughtful and Sustainable

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Novita Cahyadi


Balitbang Kemtan: Lahan Gambut, Harus Dikelola Bijaksana dan Berkelanjutan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian, Dr Haryono (Foto: deptan.go.id)

Jakarta (B2B) - Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) Kementerian Pertanian menilai lahan gambut sebagai pilihan terakhir untuk dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi lahan pertanian dan Hutan Tanaman Industri (HTI) harus dikelola secara bijaksana dan berkelanjutan.

Kepala Balitbang Kementerian Pertanian, Haryono menyatakan kunci utama pemanfaatan dan pengembangan lahan gambut adalah inovasi teknologi, manajemen dan kelembagaan, yang harus dirakit dan diramu melalui berbagai penelitian secara komprehensif.

"Tantangan lainnya adalah bagaimana meningkatkan manfaat ekonomi dan sekaligus meredam dampak negatif penggunaan lahan gambut terhadap lingkungan. Untuk perkebunan sawit dan karet misalnya, produktivitas pada lahan perkebunan rakyat masih jauh lebih rendah dibandingkan produktivitas di perkebunan besar," kata Haryono pada Kick-off Indonesian Climate Change Trust Fund (ICCTF) Fase II Sektor Pertanian di Jakarta, Rabu (6/2).

Menurut Haryono, belajar dari kegiatan ICCTF Face I, fokus dari kegiatan ini sangat strategis karena menyangkut masalah lokal, nasional dan global yaitu bagaimana kita mengembangkan inovasi dalam mengelola lahan gambut dengan baik dan benar.

"Tujuannya, agar lahan gambut yang memunculkan berbagai polemik ini memberikan hasil secara optimal, baik secara ekonomi maupun sosial, tetapi dengan dampak kerusakan lingkungan dan kontribusi terhadap perubahan iklim yang seminimal mungkin," tambah Haryono.

Lahan Gambut
Lahan gambut menyimpan karbon dalam jumlah besar, terutama yang di bawah permukaan tanah. Karbon tetap tersimpan dalam rangkaian senyawa organik di dalam tanah gambut dan/atau di dalam jaringan tanaman selama lahan tidak dipengaruhi oleh drainase dan hutannya tidak ditebang.

"Dengan kata lain, untuk dapat mempertahankan karbon di dalam tanah, maka hutan gambut harus dikonservasi agar tetap sebagai hutan gambut," ungkap Haryono.

Balitbang menyadari, kata Haryono, banyak pihak menginginkan agar lahan gambut ini dilestarikan dan konservasi. Namun kenyataan menunjukkan bahwa sebagian lahan gambut sudah menjadi lahan pertanian dan HTI yang produktif dan bernilai ekonomis, bahkan dengan kontribusi yang sangat signifikan bagi pembangunan nasional.

Haryono pun menyebut potensi lahan gambut dari total luas lahan gambut mencapai 14,906 juta hektar, berdasarkan data BBSDLP tahun 2011, yang meliputi Hutan Primer sekitar 6,3 juta hektar, lahan pertanian diperkirakan 4,1 juta hektar dan lahan yang terdegradasi atau terlantar sekitar 4,5 juta hektar.

Kedalaman lahan gambut terbagi empat kategori yakni untuk D1 (50-100 cm) sekitar 5,24 juta hektar, D2 (100-200 cm) mencapai 3,92 juta hektar, D3 (200-300 cm) sekitar 2,76 juta hektar dan D4 (lebih dari 300 cm) sekitar 2,98 juta hektar.

Jakarta (B2B) - Research and Development (R & D Agency) Ministry of Agriculture assess peatlands as a last resort to be used and developed into farmland and Industrial Forest Plantation (HTI) must be managed in a thoughtful and sustainable.

Head of Research and Development Ministry of Agriculture, Haryono, said the key utilization and development of peatlands is a technological innovation, management and institutions, which must be assembled and mixed through comprehensive research.

"The other challenge is how to improve the economic benefits and simultaneously reduce the negative impact on the environment using peatlands. For oil palm and rubber, for example, the productivity of the plantation land is still much lower than productivity in large plantations," said Haryono the Kick-off Indonesian Climate Change Trust Fund (ICCTF) Phase II Agriculture in Jakarta, Wednesday (6/2).

According to Haryono, learn from the activities ICCTF Face I, the focus of this activity is very strategic because it involves issues of local, national and global that is how we develop innovations in managing peatlands properly.

"The goal is that peat raises many polemics gives optimal results, both economically and socially, but with the impact of environmental degradation and contribute to climate change are minimized," added Haryono.

Peatlands
Peatlands store large amounts of carbon, especially those below the soil surface. Carbon remains stored in a series of organic compounds in the peat soil and / or plant tissue, for the land is not affected by drainage and forests are not cut down.

"Other words, in order to retain carbon in the soil, the peat forests must be conserved in order to remain as peat forests," said Haryono.

Balitbang aware, Haryono said, many people want the peatlands is preserved and conservation. But the fact remains that the vast peatlands and agricultural lands have become productive plantation and economic value, even with a very significant contribution to national development.

Haryono also mentioned the potential of peatlands total peatland area reached 14.906 million hectares, according to data BBSDLP in 2011, which includes Primary Forests around 6.3 million hectares of agricultural land and the estimated 4.1 million hectares of degraded land or neglected about 4, 5 million hectares.

The depth of peatlands divided into four categories namely to D1 (50-100 cm) of about 5.24 million hectares, D2 (100-200 cm) reached 3.92 million hectares, D3 (200-300 cm) of approximately 2.76 million hectares and D4 (over 300 cm) of approximately 2.98 million hectares.