Tanaman Biotek Meningkat Pesat Sejak Komersialisasi pada 1966

Biotech Crop Commercialization Increased Growth Since 1966

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Novita Cahyadi


Tanaman Biotek Meningkat Pesat Sejak Komersialisasi pada 1966
Dr Clive James (Foto: valor.com.br)

Jakarta(B2B) - Pertama kalinya sejak tanaman biotek rekayasa genetika diperkenalkan dua dekade lalu, negara-negara berkembang seperti Sudan dan Kuba menanam biotek lebih banyak dibandingkan negara maju. Hal tersebut berkontribusi positif terhadap ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan di beberapa wilayah yang paling rentan didunia.

"Negara-negara berkembang mengambil porsi 52 persen pengembangan tanaman biotek dunia pada 2012, meningkat sekitar 52 persen dibandingkan tahun sebelumnya.Tahun ini kemajuan negara-negara berkembang melampaui negara-negara maju yang menanam 48% sisanya," kata Pendiri dan Ketua International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAAA), Dr Clive James di kantor Kementerian Pertanian di Jakarta, Rabu (13/3).

"Pertumbuhan ini bertentangan dengan prediksi para kritikus, sebelum komersialisasi teknologi ini pada 1966 menyatakan biotek hanya cocok di negara maju, dan tidak akan pernah diadopsi oleh negara-negara berkembang," ungkap James.

Menurut Dr Clive James, adopsi tanaman biotek di negara biotek di negara-negara berkembang terus tumbuh dari tahun ke tahun dan  mampu melampaui negara-negara maju pada 2012.

"Sebagai tonggak sejarah yang pernah  dianggap mustahil oleh sebagian pakar pertanian," ungkapnya lagi.

Jakarta (B2B) - First time since biotech crops genetically introduced two decades ago, developing countries such as Sudan and Cuba to plant more biotech than developed countries. It is a positive contribution to food security and poverty reduction in some of the most vulnerable regions in the world.

"Developing countries accounted for 52 percent of the developing world´s biotech crops in 2012, an increase of approximately 52 percent over the previous year. This year the progress of developing countries surpassed developed countries growing 48 persen of the rest," said Founder and Chairman of the International Service for the Acquisition of Agri-biotech Applications (ISAAA), Dr Clive James at the office of the Ministry of Agriculture in Jakarta, Wednesday (13/3).

"This growth is contrary to the predictions of the critics, before commercialization of this technology in 1966, which declared biotech suitable only in developed countries, and it will never be adopted by developing countries," said James.

According to Dr. Clive James, adoption of biotech crops in developing countries continue to grow from year to year, and surpass developed countries in 2012.

"As a milestone that was once considered impossible by some agricultural experts," he said again.