Pasokan Bawang Merah Berlimpah Hingga Maret 2016, "Tidak Perlu Impor," kata Spudnik Sujono

Indonesia Currently Not Need to Import the Shallots, Senior Official Says

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Pasokan Bawang Merah Berlimpah Hingga Maret 2016, "Tidak Perlu Impor," kata Spudnik Sujono
Petani bawang merah Cirebon melakukan panen, Direktur Jenderal Hortikultura Spudnik Sujono (tengah) dan gudang bawang merah di Desa Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Foto2: B2B/Gusmiati Waris)

Cirebon, Jawa Barat (B2B) - Kementerian Pertanian RI memastikan tidak akan terjadi kelangkaan bawang merah pada Maret 2016, setelah Direktur Jenderal Hortikultura Spudnik Sujono memantau pasokan di gudang petani, areal tanam dan melakukan panen bawang merah di Desa Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu pagi (13/2).

"Kalau ada pihak-pihak yang menyatakan bahwa akan terjadi kelangkaan pada bulan Maret 2016, itu tidak benar, apalagi harus impor. Saya tegaskan bahwa pasokan di gudang dan di lahan petani lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumen hingga Maret," kata Spudnik Sujono kepada pers usai mengunjungi gudang bawang merah di Cirebon.

Dia menambahkan, tujuan dari kunjungan kerja ke Cirebon untuk mengetahui pasokan, luas tanam, dan memberi penyuluhan kepada para petani untuk mendorong peningkatan produksi bawang merah, sehingga pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan pangan yang sesuai fakta di lapangan.

Spudnik tidak menampik pada upaya sejumlah pihak yang mendorong pemerintah mengeluarkan rekomendasi impor bawang merah, dengan menebar isu tentang kelangkaan bawang merah pada Maret mendatang.

"Saya tegaskan dari kunjungan kerja di Cirebon ini, rekan-rekan wartawan dapat melihat sendiri bahwa pasokan bawang merah lebih dari cukup. Begitu pula di Brebes dan daerah lainnya karena petani telah bekerja keras dan mereka ingin mendapatkan untung dari hasil pertaniannya," kata Spudnik.

Menurutnya, Direktorat Jenderal Hortikultura di Kementan tidak akan mengeluarkan rekomendasi kepada Kementerian Perdagangan untuk impor bawang merah, karena produksi dalam negeri saat ini lebih dari cukup.

Pemerintah bersama petani sepakat untuk menerapkan sistem manajemen penanaman, agar petani tidak menanam bawang merah secara bersamaan karena kalau bersamaan maka pasokan akan melebihi kebutuhan sehingga harga bawang merah jatuh.

"Saat ini harga bawang merah cukup memadai bagi petani dan tidak memberatkan konsumen, harga di tingkat petani sekitar Rp9 ribu per kg untuk bawang kering dan Rp12 ribu untuk yang basah," kata Spudnik.

Cirebon, Indonesia (B2B) - Indonesian Agriculture Ministry  ensure the supply of shallots enough until March 2016, after the Director General of Horticulture Spudnik Sujono monitor the warehouses owned by farmers, planting areas and conduct harvest in Gebang village of Gebang subdistrict in Cirebon, West Java on Saturday (2/13).

"If there are parties who said shallots would be lack the supply of in March 2016, it was not true, and we have to import. I assure the supply of in the warehouse, and in farmers´ fields is more than adequate to meet the needs of consumers until March," Mr Sujono told reporters here on Saturday.

He added, his goal to Cirebon to find out the supply, planting area, and provide counseling to farmers to boost the production of shallots, so that the government can implement food policies that fit the facts on the field.

Mr. Sujono does not deny efforts of some parties which encourages the government issued a recommendation to import onion, with issue that is not true.

"I insist on this working visit, the reporter can see for yourself that the supply of shallots is more than enough. Similarly, in Brebes, Central Java and other regions because farmers to work hard, and they also want to profit from their crops," he said.

According to him, his office in the ministry would not issue a recommendation to the Trade Ministry to import shallots, because domestic production is currently more than enough.

Government and farmers have agreed to implement the planting management, so that farmers are not planting the same time, to prevent over the supply that exceed the needs of consumers and consequently the price falls.

"Currently the price of shallots is sufficient for farmers and not to burden the consumer, the price at the farm level around 9 thousand rupiah per kg for dry and wet it costs 12 thousand rupiah per kg," Mr Sujono said.