Dukung Genta Organik, Polbangtan Kementan Hadirkan Petani Organik Sukses
Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s Polbangtan Bogor
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Bogor, Jabar [B2B] - Saat ini Kementerian Pertanian RI khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] giat menyosialisasikan program baru Kementan, yaitu Gerakan Petani Pro Organik [Genta Organik].
Pertanian Organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utamanya, menyediakan produk-produk pertanian terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan menjaga tanah dan kesuburannya menjadi kewajiban bagi petani untuk meningkatkan produktivitas.
"Jika cost produksi bisa ditekan dan keuntungan petani bisa ditingkatkan, di sinilah pertanian berperan," katanya.
Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa Genta Organik adalah suatu gerakan pertanian pro organik yang meliputi pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, pembenah tanah sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal.
"Genta Organik mendorong para petani memproduksi pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah secara mandiri. Genta Organik tidak berarti mengharamkan pupuk kimia," katanya.
Tak mau ketinggalan, Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] khususnya Polbangtan Bogor pun berpartisipasi menggaungkan program Genta Organik melalui webinar Millenial Agriculture Forum [MAF] yang dikemas pada talkshow bertema 'Sukses Bertani Organik' pada Sabtu [03/12].
Webinar MAF menghadirkan petani milenial asal Subang, Jawa Barat yang berhasil menjual produk olahan beras organik dan tepung beras organik, Dedi Mulyadi, pemilik Beras Organik merk Pringkasap.
Dedi Mulyadi mengakui butuh waktu sekitar dua tahun untuk dapat memproduksi produk olahannya saat ini.
"Pringkasap adalah hasil panen dari beras yang diolah secara organik dalam proses penanamannya. Kami fokus pada beras organik karena secara kualitas, lebih unggul daripada beras biasa,” katanya.
Dia mengakui lebih memilih mengolah secara organik, untuk membuat alam tetap terjaga, karena pupuk organik akan menyelamatkan ekosistem dan lingkungan hidup di masa mendatang.
Dedi Mulyadi mengaku tidak kesulitan mencari pangsa pasar, karena saat ini beras organik masih belum banyak ditemui, dan segmentasi pasarnya otomatis terbentuk karena hanya orang-orang yang betul-betul peduli pada kesehatan dan lingkungan akan mencari produk-produk organik.
Selain Dedi, Polbangtan Bogor juga mendatangkan Imam Hanafi, penyuluh pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor. Bahkan, Imam menjadi salah satu penggagas berdirinya Agro EduWisata Organik (AEWO) di kawasan Mulyaharja.
Imam Hanafi mengatakan dibutuhkan petani yang berkomitmen untuk bertani secara organik. Pasalnya, petani di Indonesia sudah turun-temurun menggunakan pupuk kimia. Ketika beralih menggunakan pupuk organik, produksi biasanya akan mengalami penurunan dan membutuhkan waktu sekitar dua tahun.
“Namun, pengorbanan itu membuahkan hasil. Dari kerja keras para petani yang cukup gigih, akhirnya kami berhasil bertani secara organik, bahkan memenangkan Kampung Tematik yang digelar Wali Kota Bogor untuk menjadi AgroEduWisata Organik Mulyaharja," katanya. [wisda/timhumaspolbangtanbogor]
Bogor of West Java [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the Polbangtan, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.
Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.
Indonesian Agriculture Minister Syahrul Indonesia Yasin Limpo stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.
“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Limpo said.
He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.
"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Limpo said.
