AEC 2015, Distorsi Perdagangan Pangan jadi Kendala Utama

AEC 2015, Food Trade Distortions Still Hampering

Reporter : Gatot Priyantono
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


AEC 2015, Distorsi Perdagangan Pangan jadi Kendala Utama
Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan (kanan) Foto: solopos.com

Jakarta (B2B) - Distorsi kebijakan perdagangan di bidang pangan dan pertanian menjadi salah satu kendala dalam mewujudkan ASEAN Economic Community (AEC 2015).

"Untuk mewujudkan ASEAN Economic Community 2015, ada banyak distorsi perdagangan di beberapa negara yang harus diluruskan," kata Menteri Perdagangan di Jakarta, Sabtu (18/5).

Gita mengatakan distorsi yang sulit untuk menghilangkan karena negara-negara Asia Tenggara tetap khawatir tentang konteks integrasi zona ekonomi.

Menurut dia, distorsi kebijakan perdagangan bisa mengubah jumlah perdagangan karena keberpihakan yang melebihi batas dari satu sektor.

"Memang agak sulit untuk menghilangkan distorsi karena
ada kekhawatiran di zona ekonomi, "katanya.

Untuk mengurangi distorsi, menurutnya, pemerintah akan fokus pada peningkatan daya saing ´produk nasional´ dan meningkatkan penawaran produk pertanian dari negara di seluruh Indonesia.

Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto mengatakan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand dan Filipina juga akan menyiapkan strategi khusus untuk perdagangan produk pertanian ketika integrasi ekonomi diimplementasikan.

"Pemerintah, kalangan bisnis, dan pihak lainnya harus terus meningkatkan daya saing produk pertanian," kata Rektor IPB.

Jakarta (B2B) - Trade policy distortions in food and agriculture sector become one of the obstacles in realizing ASEAN Economic Community (AEC 2015), according to Trade Minister Gita Wirjawan.

"To realize the ASEAN Economic Community 2015, there are a lot of trade distortions in some countries that have to be straightened out," the trade minister said here on Saturday.

Gita said the distortions were difficult to eliminate because the Southeast Asian countries till worried about the context of the integration of economic zones.

According to him, the trade policy distortions could change the number of trade because of partiality that exceeds the limit of one sector.

"It is rather difficult to eliminate the distortions because there are worries in the economic zones," he said.

To reduce the distortions, the minister said the government would focus on the improvement of national products` competitiveness, and to increase the offering of agricultural products from the country around Indonesia.

Meanwhile, Rector of the Bogor Institute of Agriculture (IPB) Herry Suhardiyanto said other ASEAN countries such as Thailand and the Philippines would also prepare a special strategy for the trade of agricultural products when the economic integration is implemented.

"The government, business circle, and other parties should continue to increase the competitiveness of agricultural products," the IPB rector said.