Mentan Canangkan Serap Gabah Nasional di Sukabumi

Indonesian Minister Encourages of Unhusked Rice Prices Profitable for Farmers

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Mentan Canangkan Serap Gabah Nasional di Sukabumi
Mentan Andi Amran Sulaiman (kemeja putih), Deputi Produksi dan Pemasaran Kemenkop UKM I Wayan Dipta (ke-4 kiri), Kepala Barantan Banun Harpini (ke-5 kiri) dan Kepala Badan Ketahanan Pangan, Gardjita Budi (ke-5 kanan) Foto2: B2B/Mac

Sukabumi, Jawa Barat (B2B) - Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mencanangkan program Penyerapan Gabah Nasional di Desa Babakan, Kecamatan Cisaat pada Sabtu (12/3) setelah tim khusus yang dibentuk Kementerian Pertanian dan pihak-pihak terkait mendapati harga kotor gabah kering panen (GKP) pada desa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat tersebut di bawah Rp3.700 per kg.

Pencanangan program dilakukan bersamaan dengan panen perdana di Jawa Barat pada areal seluas 10 hektar dari luas 1.200 hektar di Kecamatan Cisaat, Sukabumi, dengan areal tanam 90.000 hektar dari luas baku lahan 64.000 hektar yang akan dilaksanakan pada akhir Maret dan awal April 2016.

Mentan Amran Sulaiman mengatakan Jawa Barat sebagai salah satu provinsi yang merupakan sentra padi nasional, tingkat produktivitasnya mencapai 6,6 ton per hektar, namun patut disesalkan tekanan terhadap petani akibat ulah tengkulak dan praktik kartel sehingga harga gabah kering panen jauh di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).

"Program nasional ini diselenggarakan sesuai instruksi Presiden Joko Widodo untuk menyerap gabah hasil petani oleh Bulog didukung TNI AD, Polri, Bank BRI dan pemerintah daerah untuk berperan aktif menanggulangi anjloknya harga gabah di tingkat petani," kata Mentan kepada pers usai panen padi di Sukabumi.

Menurutnya, pencanangan serupa akan dilaksanakan di  Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Sumatera Selatan, dan khusus di Jawa Barat, pemerintah akan mengerahkan 1.600 orang tenaga harian lepas (THL) untuk menyerap gabah hasil panen.

"Menyerap gabah secara langsung dari petani merupakan bagian dari upaya memotong mata rantai perdagangan beras agar harganya menguntungkan petani dan tidak membebani konsumen. Petani pun tetap semangat untuk menanam padi dan meningkatkan produksi pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat, dan demi kesejahteraan keluarga petani," kata Mentan.

Sukabumi, Indonesia (B2B) - Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman launched a program of the National Unhusked Rice Purchases in Babakan village of Cisaat subdistrict on Saturday (12/3) after a special team established by Agriculture Ministry and the relevant parties to find its gross price of unhusked rice harvest of the village in Sukabumi district, West Java province under 3,700 rupiahs per kg.

The launched of program carried out by the rice harvest in West Java province on 10 hectares of the 1,200 hectares of paddy fields in Cisaat subdistrict of Sukabumi district, with an area of 90,000 hectares planted hectares which will be held in late March and early April 2016.

Minister Sulaiman said, West Java as one of the centers of rice production in Indonesia, with productivity level of 6.6 tons per hectare, but regrettably the pressure on farmers due to act of middlemen, and cartel practices cause the price of unhusked rice under government purchase price.

"President Joko Widodo instructed purchasing grain from farmers by the logistics agency supported the Army, Police, Bank BRI and local governments in dealing with the collapse of unhusked rice at the farm level," he said to the press after the rice harvest in Sukabumi.

According to him, similar activities will be carried out in Central Java, East Java, South Sulawesi, Gorontalo and South Sumatra, and specifically in West Java, the government will deploy 1,600 agricultural extension workers to support the program.

"The activity is aimed at cutting the supply chain so that rice prices profitable for farmers but does not burden the consumers. The goal is to maintain the enthusiasm of farmers to grow crops, and increasing agricultural production to meet the food needs of the people, and for the welfare of farmers and their families," Minister Sulaiman said.