Pemerintah Akan Kontrol Margin pada Rantai Pasok Bawang Merah

Indonesian Govt Would Control Margin of Shallots Supply Chain

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Pemerintah Akan Kontrol Margin pada Rantai Pasok Bawang Merah
Dirjen Hortikultura Spudnik Sudjono (ke-3 kiri), Direktur Budidaya dan Pasca Panen Sayuran dan Tanaman obat, Yanuardi (kiri), pemilik gudang Nyan, Ketua Gapoktan Wasirudin, dan Mentan panen bawang merah di Brebes (inset) Foto2: B2B/Gusmiati Waris

Cirebon, Jawa Barat (B2B) - Pemerintah RI melalui Kementerian Pertanian akan mengontrol margin dari rantai pasokan bawang merah dari petani hingga ke konsumen melalui middleman, yang kerap menetapkan margin yang merugikan petani dan membebani konsumen, sementara panjangnya rantai pasokan rentan terhadap kenaikan harga bawang merah.

Direktur Jenderal Hortikultura Spudnik Sujono memperkirakan rantai pasokan dari petani hingga ke konsumen mencapai delapan titik, sementara produksi bawang merah pada 2015 mencapai 1,26 juta ton yang melampaui kebutuhan nasional sekitar 947.385 ton, dan Indonesia tahun lalu mengekspor bawang merah sekitar 14.149 ton atau anaik 219% dari ekspor 2014 hanya 4.439 ton.

"Rantai pasokan yang terlampau panjang akan merugikan petani dan membebani konsumen. Petani bawang merah menjualnya pada pedagang pengumpul, kemudian diborong pedagang besar untuk dikirim ke Pasar Induk, dan harus melalui pedagang grosir sebelum dibeli oleh pengecer yang kemudian menjualnya kepada konsumen," kata Spudnik Sujono kepada pers saat mengunjungi gudang bawang merah Desa Gebang, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat pada Sabtu (13/2).

Spudnik mengatakan peliknya rantai pasokan bawang merah memaksa pemerintah harus mengontrolnya demi kepentingan petani dan konsumen, yang kerap menjadi korban dari ulah para pemburu rente dari perdagangan bawang merah.

"Tentu tidak adil kalau margin dari perdagangan bawang merah hanya dinikmati oleh middleman, margin petani hanya Rp3 ribu dari harga jual Rp8 ribu per kg kepada pedagang pengumpul, tapi harga jual di tingkat pengecer di pasar tradisional Rp48 ribu per kg, artinya middleman mendapat margin hingga Rp18 ribu per kg. Apakah itu adil buat petani dan konsumen?" kata Spudnik Sujono.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa pemerintah melibatkan Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) untuk mengintervensi pasar bawang merah dengan membeli bawang merah dari petani dengan harga layak, lalu Bulog menyimpan hingga jangka waktu tertentu dan kemudian mendistribusikan ke pasar ketika pasokan menipis sehingga peningkatan kebutuhan pada bulan-bulan tertentu seperti Ramadan dan Lebaran dapat diantisipasi Bulog tanpa harus mengimpor.

"Saya sudah koordinasi dengan Menteri Perdagangan dan direksi Bulog dan pemerintah berkomitmen untuk memperkuat peranan Bulog. Pemerintah sudah mencobanya tahun lalu ketika Bulog dilibatkan untuk membeli bawang merah ketika harga bawang merah naik menjelang Lebaran tahun lalu," kata Mentan pada akhir Januari lalu.

Kebijakan Pangan Presiden Jokowi
Kebijakan Dirjen Hortikultura selaras dengan perintah Presiden RI Joko Widodo belum lama ini bahwa pemerintah menginginkan petani sejahtera, pedagang untung, dan konsumen mendapatkan pangan dengan harga yang terjangkau, dan meminta lembaga perumus kebijakan pangan yakni Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan mengedepankan cara pandang komprehensif rumusan kebijakan yang menyeimbangkan kepentingan produsen, pedagang, dan konsumen.

"Sekali lagi, intinya kita perlu kebijakan yang menyeimbangkan antara produsen, pedagang dan konsumen. Saya meminta agar dalam merumuskan kebijakan pangan mempunyai cara pandang yang komprehensif, Kementerian Pertanian jangan hanya memikirkan petani saja dan Kementerian Perdagangan jangan lebih mementingkan pedagang saja," kata Presiden Jokowi saat memberikan pengantar pada rapat terbatas masalah kebijakan pangan di kantor Kepresidenan Jakarta pada Rabu sore (27/1).

Menurutnya, tujuan kebijakan di bidang pangan adalah membuat rakyat cukup pangan. "Sekali lagi saya ulang, untuk membuat rakyat cukup pangan. Ini yang harus digarisbawahi, membuat rakyat cukup pangan."

Kedua, menurunkan kemiskinan karena masalah pangan ini memberikan kontribusi yang besar terhadap angka kemiskinan. Ketiga, membuat petani lebih sejahtera, kemudian juga membuat produsen pangan dalam negeri makin besar andilnya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Keempat, untuk membuat APBN kita semakin efektif untuk menyejahterakan rakyat. "Ini yang berhubungan nantinya dengan subsidi."

“Jadi yang sejahtera jangan hanya di tengah, yang pedagangnya, trader-nya, tetapi yang berproduksi juga harus diberikan juga keuntungan dan kesejahteraan,” kata Presiden Jokowi.

Cirebon, West Java (B2B) - The Indonesian government through Agriculture Ministry will control margins of shallots supply chains from the farmers down to consumers through a middleman, who often set margins that make farmers lose money and burdening consumers, while the length of supply chains vulnerable to price fluctuations.

Director General of Horticulture Spudnik Sujono estimate the supply chain of the farmers down to consumer reaches eight points, while shallots production by 2015 reached 1.26 million tons, which exceeded the national requirement around 947,385 tonnes, and Indonesia last year exporting around 14,149 tons shallots or increased 219% than exports by 2014 is only 4,439 tons.

"The supply chain is too long will be detrimental to farmers, and burden consumers. The farmers sell the traders, then bought up by big traders to supply the central market, and purchased by wholesalers for resale to retailers who then sell to consumers," Mr Sujono told reporters while visited the shallots warehouse in Gebang village of Gebang subdistrict in Cirebon district, West Java on Saturday (2/13).

He added that the complexity of the supply chains of shallots forced the government should control it in order to protect the interests of farmers and consumers needs, who often become victims of the rentier of shallots trade.

"It is unfair that the margins trading only benefits middlemen, margins of farmers is only three thousand rupiah of eight thousand rupiah per kg to the trader, but the selling price at the retail level in the traditional market reached 48 thousand rupiah per kg, means the middlemen got a margins of 18 thousand rupiah per kg. What is fair for of farmers and consumers?" Mr Sujono said.

As reported, Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman said these obstacles will be overcome by the government to involve National Logistics Agency to intervene in the market by buying shallots from farmers at a price worthy, then Bulog store up to a certain period and then distribute to the market when the supply is depleted, so it can anticipate an increase in demand on certain months such as Ramadan and Eid without having to import.

"I´ve been coordination with the Trade Minister and directors of Bulog and the government is committed to strengthening the role of of Bulog. The government has already tried it last year when Bulog bought shallots from farmers when prices rise ahead of Eid last year," Minister Sulaiman said recently.

Joko Widodo Food Policy
Previously reported, Indonesian President Joko Widodo reminded that the government wants farmers prosperous Indonesia, traders make a profit, and consumers get food at affordable prices, and policy makers of food, especially the Agriculture Ministry and Trade Ministry thinking comprehensively with the policy of balanced for the benefit of producers, traders, and consumers.

"Once again, we need policies that balance the interests of producers, traders and consumers. I asked for the formulation of food policy have the perspective of a comprehensive, Agriculture Ministry do not just think of the farmer and the Trade Ministry do not prefer the merchant," Widodo said at the closed meeting of the food policy in Presidential Office in Jakarta on Wednesday afternoon (27/1).

According to him, the objective of food policy is to make the people enough food. "I repeat, to make people enough food. It should be remembered, make people enough food."

Secondly, reducing poverty because of the food problem is a major contribution to poverty. Third, make farmers prosperous, then also make domestic food producers the greater its share support the fulfillment of food needs. Fourth, to make the state budget more effectively for the welfare of the people. "This is related to the subsidy."

"Do not just middleman were happy, the merchant, but farmers as food producers also have to make a profit in order to prosper," Widodo said.