Alih Fungsi Lahan jadi `Pe-Er` Pemerintah Mendatang
Land Conversion Become a `Chore` for the Indonesian Gov`t of 2014 Election
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani
Bogor (B2B) - Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian menjadi kawasan industri dan pemukiman menjadi ´pekerjaan rumah´ yang bagi pemerintahan baru hasil Pemilu 2014. Begitu pula dengan minimnya lahan milik petani yang rata-rata hanya 0,3 hektar per rumah tangga petani.
"Masalah keterbatasan lahan pertanian menjadi kendala peningkatan produksi pertanian saat ini dan menjadi pe-er bagi pemerintahan ke depan dari hasil Pemilu 2014," kata Menteri Pertanian Suswono dalam diskusi dengan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) di Bogor, Minggu.
Dia memperkirakan, alih fungsi lahan pertanian per tahun mencapai 100 ribu hektar, sementara kemampuan pemerintah mencetak sawah baru maksimal hanya 38 ribu hektar. Kendala utamanya lantaran sulitnya mencari lahan pertanian di Indonesia saat ini.
Suswono merujuk pada kemampuan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kementerian Kehutanan merealisasikan lahan pertanian seluas 7,2 juta hektar, tapi yang terealisasi hanya 13 ribu hektar.
"Kita defisit 60 ribu hektar, katanya tersedia lahan yang luas tetapi faktanya begitu sulit terealisasi," ungkapnya lagi.
Menurutnya, solusi yang dilakukan pemerintah saat ini adalah menghentikan sementara atau moratorium alih fungsi pertanian. Langkah moratorium seharusnya diatur langsung oleh pemerintah pusat saat ini untuk dilaksanakan oleh pemerintah daerah agar tidak mudah memberikan izin alih fungsi lahan pertanian.
"Harus ada intervensi dari pemerintah pusat. Saya setuju untuk sementara kondisi memperihatinkan dengan kondisi lahan defisit 60 ribu hektar per tahun maka moratorium adalah salah satu usaha yang bisa diintervensi oleh pemerintah pusat," katanya.
Bogor (B2B) - Increased conversion of agricultural land into industrial and settlement areas is ´chore´ for the Indonesian government of the 2014 election. Similarly, the lack of land owned by farmers averaged only 0.3 hectares per farmer household.
"The issue of farmland limitations constrain the increase in currently agricultural production, and become a chore for the next administration," Agriculture Minister Suswono in discussions with the Agricultural Journalists Forum (Forwatan) in Bogor on Sunday.
He estimates, conversion of agricultural land of 100,000 hectares per year, while the Indonesian government´s ability to make a maximum of 38,000 hectares of new rice fields. The main obstacle, because difficult to find new lands in Indonesia.
Suswono refers to the ability of the National Land Agency (BPN) and the Forestry Ministry to realize the farmland area of ��7.2 million hectares, but realized only 13 thousand hectares.
"We´re a deficit of 60 thousand acres, is said land is available but the fact is so difficult to be realized," he said.
According to him, the government´s solution now is suspend or moratorium on land conversion. The act moratorium should be regulated by the central government to the local government to stop land conversion.
"There must be intervention of the central government. I agree to stop deficit of 60 thousand hectares per year, then the moratorium may be intervened by the central government," he said.
