Fokus Budidaya Melon Borneo, Petani Millenial Kalsel Raup Manisnya Laba

Millennial Farmers Development are the Target of Indonesia`s SMKPPN Banjarbaru

Editor : Kemal A Praghotsa
Translator : Dhelia Gani


Fokus Budidaya Melon Borneo, Petani Millenial Kalsel Raup Manisnya Laba
SMKPPN BANJARBARU: Ngobras On The Spot berlangsung live pada lahan petani muda sukses, Prastio Kuntoro, di Tanah Laut, mengusung tema ´Melon Borneo, Saranghaeyo´ dibuka oleh Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi.

Tanah Laut, Kalsel [B2B] - Pertanian telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, namun dalam beberapa tahun terakhir, tren keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian telah mengalami perubahan yang menarik perhatian.

Sebagai tulang punggung masa depan sebuah negara, partisipasi generasi muda memiliki potensi untuk mengubah wajah sektor pertanian dan memberikan dampak positif pada ketahanan pangan serta pembangunan ekonomi.

Guna memacu semangat generasi muda di sektor pertanian, Kementerian Pertanian RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] kembali menggelar Ngobrol Asyik Penyuluhan [Ngobras] On the Spot.

Kegiatan Ngobras On The Spot berlangsung live pada lahan petani muda sukses, Prastio Kuntoro, di Kabupaten Tanah Laut, dengan mengusung tema ´Melon Borneo, Saranghaeyo´ pada Selasa [2/4].

Kesuksesan Prastio Kuntoro sejalan arahan Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman agar masyarakat mengonsumsi buah lokal Indonesia. Selain rasa enak dan variasi berlimpah, mengonsumsi buah lokal turut mensejahterakan petani lokal.

"Mencintai produk lokal itu sama dengan mencintai merah putih. Mencintai bangsa Indonesia. Mencintai negeri ini. Mencintai petani," katanya.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan tema Ngobras terinspirasi dari bahasa Korea, Sarangheyo yang berarti ´I Love You´ dan dimaknai sebagai ´Jatuh Cinta pada Melon Borneo´.

Dia mengungkapkan saat ini Kementan sedang berupaya untuk melahirkan wirausahawan muda pertanian, salah satunya Prastio Kuntoro dari Tanah Laut, yang berkecimpung pada budidaya Melon.

“Melon Borneo bisa menghasilkan duit yang banyak, dengan rumah kaca 10 x 30 meter hasilnya tiga ton. Jadi kalau satu  hektar, berarti hasilnya 100 ton, dengan kisaran harga  Rp35.000 per kg. Berarti satu bulan bisa mencapai Rp2 miliar, artinya duitnya gede. Siapa yang tidak cinta. Siapa yang tidak mau jadi petani seperti itu," kata Dedi Nursyamsi.

Dia menjelaskan, Prastio Kuntoro salah satu alumni magang di Korea Selatan, yang merupakan kerjasama Pemerintah RI melalui Kementan dengan Pemerintah Korsel, mengingat teknologi budidaya di Korsel dapat diterapkan di Indonesia.

“Selama di Korea Selatan, mereka berlatih apa itu smart farming. Varietasnya. Green house-nya. Fertigasinya. Nutrisinya. Hidroponiknya. Teknik budidayanya," katanya.

Dedi Nursyamsi menambahkan, para peserta magang berkunjung ke smart farming di Korsel dengan aneka komoditas. Setelah kembali ke Indonesia, mereka kemudian membangun seperti yang ada disana.

Dia mengingatkan, petani muda saat ini harus mempunyai jiwa wirausaha. Harus kreatif dan inovatif untuk membangun sektor pertanian. Petani seperti itu [memiliki jiwa wirausaha tinggi] yang akan mampu menggenjot produktivitas sehingga ke depan produk kita bertambah bahkan bisa ekspor dan diterima di pasar internasional.

Prastio Kuntoro yang akrab disapa Kuntoro mengatakan bahwa sebelumnya, dia seorang petani hortikultura tetapi karena sistemnya kurang. Kemudian dia mencoba untuk mencari komoditas lain dan memutuskan untuk fokus pada budidaya Melon Borneo, karena omsetnya besar.

Prastio yang juga petani binaan SMK-PP Negeri Banjarbaru melalui Youth Enterpreneurship and Employment Support Services [YESS] juga banyak belajar melalui media sosial untuk mengembangkan usahanya, sehingga dapat mengikuti pelatihan di Korea yang diadakan oleh Kementan.

Prastio mengakui, untuk pengembangannya dengan membuat green house Melon Borneo. Bermodal awal dari Kredit Usaha Rakyat [KUR] sebesar Rp100 juta untuk membangun sistem pertanian modern.

“Sampai saat ini, ada 12 green house yang telah dibangun dan populasi tanaman setiap green house ada 850 pohon. Brix melon Borneo sudah mencapai lebih dari 16 sehingga sudah bisa diekspor,” ungkapnya.

Kesuksesan Kuntoro tak lepas dari dukungan pemerintah baik pusat maupun daerah, salah satunya Syamsir Rahman selaku Pj Bupati Tanah Laut yang menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten [Pemkab]Tanah Laut terus mendukung sektor pertanian dan mengapresiasi upaya Prastio Kuntoro.

“Luar biasa. Jarang petani milenial mau berkembang dan berinovasi. Nantinya bisa memberikan motivasi petani lainnya, sebab Kalsel akan menjadi gerbang IKN [Ibu Kota Nusantara]," katanya.

Sebagai Pj Bupati Tanah Laut sekaligus Kepala Dinas Pertanian Pemprov Kalsel, Syamsir Rahman mengapresiasi dan siap mendukung kebutuhan petani Kalsel.

Syamsir berharap, program atau kegiatan yang dilakukan tersebut, dapat disampaikan pada seluruh bupati dan penyuluh lainnya agar dapat memperoleh pengetahuan dan inovasi dari pencapaian Kabupaten Tanah Laut.

Sudarto selaku penyuluh pertanian pendamping mengatakan bahwa penyuluhan berjalan optimal didukung media sosial, untuk promosi dan membuka wawasan serta pengetahuan serta peluang pasar bagi pengembangan bisnis.

"Selain medsos, diperlukan membangun relasi dengan investor dan pengusaha luar, dengan mem-branding petani milenial yang sudah mendapat pelatihan di Korea," katanya.

Tanah Laut of South Borneo [B2B] - The role of agricultural vocational education in Indonesia such as the the Agricultural Development Polytechnic or the SMKPPN to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts to produce millennial entrepreneur.

Youth Enterpreneurship And Employment Support Services Program or the YESS, to support Indonesian Agriculture Ministry seeks to maximize its efforts for the millennial entrepreneur.

Indonesian Agriculture Minister Andi Amran Sulaiman stated that the government´s commitment to developing agriculture, especially in the development of advanced, independent and modern agricultural human resources.

“The goal is to increase the income of farming families and ensure national food security. Farmer regeneration is a commitment that we must immediately realize," Minister Sulaiman said.

He reminded about the important role of vocational education, to produce millennial farmers who have an entrepreneurial spirit.

"Through vocational education, we connect campuses with industry so that Polbangtan graduates meet their needs and are ready for new things," Sulaiman said.