Kematian Babi, Ditjen PKH Kementan Ajak Tokoh Bali, NTT Bantu Kendalikan

Indonesian Govt Anticipates African Swine Fever in Bali and East Nusa Tenggara

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Kematian Babi, Ditjen PKH Kementan Ajak Tokoh Bali, NTT Bantu Kendalikan
PENDEKATAN SOSIAL: Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita [ke-2 kiri] bersama tokoh agama dan tokoh adat Bali dan NTT [Foto: Humas Ditjen PKH]

Denpasar, Bali [B2B] - Kementerian Pertanian RI khususnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan [Ditjen PKH] memandang penting peran tokoh masyarakat, agama, dan adat mendukung program pengendalian penyakit hewan. Selama ini pengendalian penyakit hewan lebih mengandalkan aspek teknis, padahal aspek lain seperti sosial budaya dan dukungan politis tidak kalah pentingnya, dengan pelibatan tokoh yang dipercaya oleh masyarakat.

"Saya berharap para tokoh masyarakat, agama, dan adat yang hadir khususnya dari Bali dan NTT dapat mendukung upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang saat ini mengakibatkan kematian babi di Bali dan NTT," kata Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita di Bali, Jumat [6/3].

Menurutnya, dalam beberapa bulan terakhir, Ditjen PKH terus fokus dalam penanganan penyakit yang mengakibatkan kematian pada babi. Kejadian tersebut berawal di Sumatera Utara pada akhir 2019, yang kemudian dinyatakan secara resmi sebagai wabah African Swine Fever [ASF]. Penyakit ASF merupakan penyakit yang sudah lama ada, diawali di Afrika pada 1920-an, kemudian menyebar ke Eropa dan dalam beberapa tahun terakhir masuk dan menyebar di Asia.

"Penyakit ASF ini sangat menular. Sampai saat ini belum ada obat atau vaksinnya. Sekali ASF masuk ke suatu wilayah, sulit diberantas. Oleh karena itu, sejak China dinyatakan wabah pada akhir 2018, sebenarnya Indonesia sudah mempersiapkan diri menghadapi masuknya penyakit ini," kata Ketut Diarmita.

Langkah-langkah yang dilakukan sejak wabah ASF terjadi di China, yakni membuat surat edaran [SE] kewaspadaan penyakit ASF, menggelar bimbingan teknis [Bimtek] dan Simulasi Penyakit ASF kepada petugas, sosialisasi langsung kepada petugas dan peternak, serta memberikan bahan sosialiasasi terkait ASF kepada dinas PKH di daerah.

"Kita juga siapkan bantuan desinfektan, sprayer, alat pelindung diri dan bahan pendukung lainnya, serta dana tambahan untuk pencegahan dan pengendalian ASF," katanya.

Ditjen PKH juga telah berkoordinasi dan meminta Karantina Pertanian terus meningkatkan pengawasan terhadap barang bawaan penumpang pesawat atau kapal laut dari luar negeri yang membawa produk segar dan olahan babi, serta meminta stakeholder lain melakukan pengawasan penggunaan sisa-sisa makanan sebagai pakan babi (swill feed).

Selain pengendalian penyakit, katanya, pemerintah juga memikirkan jalan pemulihan ekonomi bagi peternak dan pekerja di peternakan tersebut. Bagi peternak terdampak, telah diberikan bantuan penguburan atau pembakaran bangkai. Ketut juga memberikan alternatif bagi pekerja yang terdampak kemungkinan fasilitasi pemberian bantuan ternak selain babi sebagai sumber penghidupan.

"Saat ini kita akan coba fasilitasi dengan pihak bank agar ada kebijakan yang meringankan peternak terkait kredit, pemberian kredit dengan bunga murah bagi peternak yang mau memulai usaha kembali, dan fasilitasi asuransinya," katanya.

Perkembangan Kasus
Dirjen Ketut Diarmita menyampaikan update tentang data kematian babi akibat ASF di Sumut yang saat ini mencapai 47.534 di 21 kabupaten/kota. Ia menegaskan bahwa tanpa adanya pengetatan dan pengawasan lalu lintas hewan yang baik serta penerapan biosekuriti, sangat sulit membendung penyakit ASF ini.

"Belajar dari Sumut, di mana partisipasi masyarakat dalam program itu sangat penting, kita harapkan peran dan sumbangsih para tokoh masyarakat, agama, dan adat untuk dapat membantu memberikan pemahaman pada masyarakat terkait hal ini," harapnya.

Lebih lanjut, dia juga menjelaskan tentang data kematian babi di NTT yang saat ini mencapai 3.299 di enam kabupaten/kota. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan hasil positif ASF di Kabupaten Belu, Ia menduga kasus kematian babi di kabupaten/kota lain di NTT juga akibat penyakit yang sama.

Sementara di Bali, angka kematian babi akibat penyakit yang disebut peternak sebagai Grubug Babi yang dinyatakan pemerintah sebagai suspek ASF mencapai 2.804 di delapan kabupaten/kota.

"Ke depan, kita coba tingkatkan terus upaya-upaya pengendalian yang kita lakukan. Dengan adanya dukungan para tokoh, harapannya kerja kita nantinya bisa lebih efektif menekan kasus," pungkasnya.

Denpasar of Bali [B2B] - The Indonesian government seeks to anticipate the potential spread of the African Swine Fever disease outbreak to Indonesia, which is anticipated early by the Indonesian Directorate General of Livestock and Animal Health at the Agriculture Ministry since the notification of a similar outbreak in China, September 2018, according to the senior official of the agriculture ministry.