Indonesia Bebas Rabies, Kementan Perkuat Pendekatan Multi Sektoral

Indonesian Govt Seeks to become a Rabies Free Country

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Indonesia Bebas Rabies, Kementan Perkuat Pendekatan Multi Sektoral
HARI RABIES SEDUNIA: Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita [kacamata bertopi] memperhatikan praktik pencegahan penyakit di Mataram, NTB [Foto: Humas Ditjen PKH Kementan]

Mataram, NTB [B2B] - Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan [PKH] meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya rabies melalui edukasi dan sosialiasi yang intensif. Pencegahan dan pengendalian rabies menjadi masalah bersama yang memerlukan penanganan dengan pendekatan multisektoral, karena rabies merupakan salah satu zoonosis utama, dan selalu menjadi masalah kesehatan hewan maupun masyarakat.

“Berbagai program pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan rabies pun menjadi tanggung jawab bersama khususnya instansi yang menangani aspek kesehatan, instansi yang menangani kesehatan hewan dan pemerintah daerah yang mengkoordinir masyarakat," kata Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita pada puncak peringatan Hari Rabies Sedunia di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat [NTB], Sabtu [28/9] yang dihadiri lebih 500 peserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan kementerian terkait.

Menurutnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kasus rabies pada hewan dan manusia di suatu daerah. Pertama, kesadaran masyarakat dalam memelihara hewan yang baik dan benar untuk vaksinasi rutin. Kedua, pengetahuan masyarakat tentang bahaya rabies. Ketiga, kesadaran dan kemauan masyarakat untuk melaporkan kasus gigitan hewan penular rabies ke fasilitas kesehatan. Keempat, kesadaran masyarakat untuk segera untuk mendapat pengobatan sesuai SOP setelah digigit hewan penular rabies. Kelima, perpindahan penduduk dan lalu lintas penduduk dengan membawa hewan peliharaan dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Untuk dapat mencegah, mengendalikan maupun memberantas rabies pada hewan, maka kebijakan dan strategi nasional yang dilaksanakan melalui pelaksanaan gerakan vaksinasi massal pada hewan penular rabies (HPR) secara berkelanjutan, tindakan untuk mengendalikan populasi anjing, pengaturan atau pengawasan perdagangan dan lalu lintas anjing serta strategi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada masyarakat.

“Melalui sosialisasi dan edukasi diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang rabies dan pentingnya kemitraan dengan melibatkan komunitas, masyarakat sipil, pemerintah dan sektor non pemerintah serta mitra international” kata Dirjen PKH Ketut Diarmita.

Anung Sugihantono selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Kementerian Kesehatan RI mangatakan bahwa rabies masih bisa menjadi ancaman bagi keselamatan manusia, selama hewan penular yang ada masih terinfeksi oleh virus penyebab Rabies. Di berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, sekitar 98% kasus rabies pada manusia terkait dengan gigitan anjing sehingga jika tidak ditangani dengan segera, virus rabies menginfeksi sistem saraf pusat, yang menyebabkan penyakit pada otak dan mematikan pada manusia. Namun masalah rabies pada manusia dapat ditekan sampai nol, apabila rabies pada HPR dapat dicegah dan dikendalikan.

Menurutnya, fokus pemerintah perlu ditujukan pada vaksinasi anjing, khususnya anjing liar. Selain tentu saja, terus berkampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rabies. Masyarakat perlu bertanggung jawab dengan anjing mereka untuk mencegah terjadinya gigitan pada manusia dan mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gigitan.

"Kesadaran publik dan edukasi menjadi elemen penting untuk menyukseskan program pengendalian penyakit rabies," kata Anung Sugihantono.

Untuk mendukung pencegahan dan pengendalian rabies di NTB, Ditjen PKH Kementan memberikan bantuan vaksin rabies 16.000 dosis vaksin rabies yang didistribusikan ke tiga kabupaten yakni Dompu, Sumbawa, dan Bima. Selain itu, untuk kegiatan mendukung WRD 2019 ini ditambah 2.000 dosis vaksin rabies, sterilisasi untuk kucing sebanyak 200 ekor, melaksanakan sosialisasi bahaya rabies kepada anak sekolah dasar di Kota Mataram serta masyarakat pecinta anjing dan kucing, dan promosi tentang rabies di radio dan kanal public serta telah melatih sebanyak 70 petugas vaksinator di Propinsi NTB. 

Gubernur NTB Zulkieflimansyah menyampaikan NTB terdiri dari dua pulau besar, Lombok berstatus bebas Rabies dan Sumbawa telah tertular khususnya di Dompu, Bima, dan Sumbawa. 

Gubernur Zulkieflimansyah mengaku senang dapat berkolaborasi dengan kementerian terkait dan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya rabies.

“Selain mengedukasi masyarakat terhadap bahaya rabies, momen peringatan hari rabies sedunia juga hendaknya dapat dimanfaatkan untuk meningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam kesiapsiagaan, deteksi dan menanggulangi zoonosis juga sangat penting,” katanya.

Mataram of West Nusa Tenggara [B2B] - The Indonesian government seeks to increase public awareness of rabies through intensive education and socialization. Prevention and control of rabies is a common problem that requires handling with a multisectoral approach, because rabies is one of the main zoonoses, and has always been an issue of animal and community health, according to senior Indonesian officials.