Workshop Chiang Mai, Dr Epsi Euriga Urai Program Agroekologi BPPSDMP Kementan
Indonesian Agroecology Development Appreciated by International Experts
Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani
Chiang Mai, Thailand [B2B] - Dr Wayne Nelles selaku fasilitator 'Workshop Agroekologi' yang digelar oleh Organisasi Pangan Dunia [FAO] di Chiang Mai, Thailand, akhir Juni lalu, menyambut baik perkembangan pembelajaran agroekologi di Indonesia terutama dalam keterlibatan pemuda tani yang dipaparkan oleh Tenaga Pendidik Polbangtan YoMa. Dr Epsi Euriga hadir sebagai akademisi Indonesia atas undangan FAO dan Universitas Chulalongkorn dan Universitas Maejo untuk mewakili Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian - Kementerian Pertanian RI [BPPSDMP Kementan].
Dr Epsi Euriga memaparkan perkembangan pembelajaran agroekologi, kurikulum, kebijakan penelitian dan penyuluhan, prioritas dan kegiatan lembaga pendidikan tinggi di Indonesia khususnya pada civitas academica Polbangtan Yoma.
Dr Epsi Euriga mewakili ahli penyuluhan pertanian juga menguraikan program utama BPPSDMP Kementan khususnya pemberdayaan dan regenerasi petani melaui revitalisasi pendidikan vokasi pertanian seperti teaching factory dan program Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian (PWMP).
Dr Wayne Nelles selaku Canadian visiting scholar, CUSAR dan fasilitator workshop yang mengapresiasi upaya, kemajuan dan hasil dari perkembangan pembelajaran agroekologi di Indonesia oleh Kementan.
Sebelumnya diberitakan, Dr Epsi Euriga diundang ke Chiang Mai, Thailand pada 26 - 27 Juni 2019 untuk menghadiri ´Workshop Agroekologi dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals [SDGs] dikaitkan Ketahanan Iklim di Perguruan Tinggi ASEAN´ yang digelar oleh Organisasi Pangan Dunia [FAO] bersama Universitas Chulalongkorn dan Universitas Maejo.
Kegiatan workshop bertujuan membahas bukti atau data dan analisis dari para ahli tentang keadaan pembelajaran agroekologi, kurikulum, kebijakan penelitian dan penyuluhan, prioritas dan kegiatan lembaga pendidikan tinggi di Asia Tenggara.
Direktur Polbangtan YoMa, Dr Rajiman menyambut baik undangan dari FAO dengan Universitas Chulalongkorn dan Universitas Maejo menghadiri workshop regional bertema ´Scalling-up Agroecology in ASEAN Higher Education to Meet SDGs and to Ensure Climate Resilience´ sebagai wujud kepercayaan dan apresiasi internasional terhadap kiprah Polbangtan YoMa, perguruan tinggi politeknik pertanian di Yogyakarta - Magelang mewakili Indonesia di pertemuan internasional yang digelar badan pangan PBB tersebut.
"Polbangtan YoMa sebagai UPT pendidikan BPPSDMP Kementan mendapat kehormatan besar atas undangan FAO kepada salah satu tenaga pendidik kami, untuk mewakili Indonesia di workshop regional yang dihadiri akademisi, praktisi dan pakar internasional sangat didukung oleh Kepala BPPSDMP Kementan Momon Rusmono," kata Dr Rajiman melalui pernyataan tertulis kepada B2B menjelang keberangkatan Dr Epsi Euriga ke Thailand.
Pierre Ferrand selaku Regional Coordinator, Agroecology Learning Alliance in South East Asia (ALiSEA) menguraikan bahwa agroekologi memiliki 10 elemen yaitu keragaman, co-creation dan berbagi pengetahuan, sinergi, efisiensi, daur ulang, ketahanan, nilai-nilai kemanusiaan dan sosial, budaya dan tradisi pangan, tata kelola yang bertanggung jawab, ekonomi melingkar dan solidaritas.
Workshop Agroekologi
Workshop juga membahas strength, weaknesses, opportunities dan threats disingkat SWOT terkait pembelajaran agroekologi, kurikulum, kebijakan penelitian dan penyuluhan, prioritas dan kegiatan lembaga pendidikan tinggi.
Kekuatan penyuluhan agroekologi di pendidikan tinggi adalah petani semakin inovatif, pendidikan tinggi memiliki sumberdaya dan mandat kepemimpinan untuk melaksanakan penyuluhan. Kelemahan; sedikitnya pendanaan untuk melakukan penelitian penyuluhan, tidak semua petani terjangkau penyuluhan selain itu agroekologi tidak menarik di mata investor.
Ancaman yang ada adalah adanya konflik kepentingan perusahaan supplier input pertanian yang menyarankan petani lebih menggunakan bahan-bahan kimia, meskipun demikian kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi produk agroekologi semakin tinggi.
Untuk mengatasi ancaman tersebut maka dapat dilakukan peningkatan kerjasama. Rekomendasi utama untuk penyuluhan pertanian agroekologi adalah menghubungkan petani ke pasar misalnya dengan membuat lembaga pemasaran petani, selain itu definisi agroekologi agar ditetapkan baik secara konsep maupun praktek. [IJS]
Chiang Mai of Thailand [B2B] - Dr. Wayne Nelles as facilitator of the 'Agroecology Workshop' held by the Food and Agriculture Organization [FAO] n Chiang Mai, Thailand, the end of June, appreciate development of agroecological learning in Indonesia, especially the involvement of young farmers presented by lecturers of Polbangtan Yoma, Dr Epsi Euriga invited by the FAO with Chulalongkorn University and Maejo University to represent the Indonesian's Extension and Agricultural HR Development Agency of Agriculture Ministry [BPPSDMP Kementan].