Puluhan Ribu `Chavistas` Iringi Peti Jenazah Hugo Chavez

Tens of Thousands of `Chavistas`to Witness Hugo Chavez`s Coffin

Editor : Heru S Winarno
Translator : Parulian Manalu


Puluhan Ribu `Chavistas` Iringi Peti Jenazah Hugo Chavez
Peti mati jenazah Hugo Chavez diarak melintasi pusat kota Caracas (Foto: Mail Online)

PULUHAN ribu 'Chavistas' berpakaian revolusioner merah berjajar di jalan-jalan Venezuela Rabu sore (6/3) untuk menyaksikan peti jenazah Presiden Hugo Chavez yang didorong melalui pusat kota.

Chavez, usia 58, akan dimakamkan di pemakaman negara pada Jumat - kematiannya diumumkan Selasa  malam setelah dua tahun berkutat melawan kanker.

Peti mati, dihiasi dengan bendera negaranya, ditempatkan di atas mobil dan didorong perlahan ke akademi militer di mana tubuhnya akan disemayamkan selama tiga hari.

Kehadiran kekuatan militer untuk menjawab kekhawatiran adanya kerusuhan - tentara telah dikerahkan setelah para pejabat Venezuela menyerukan perdamaian dan persatuan melalui siaran televisi bahwa pemerintah dan militer berdiri bersama.

Penyakitnya telah terselubung dalam kerahasiaan dan tampaknya kematiannya pun masih misteri pada tingkat yang sama, setelah klaim hari ini bahwa Chavez meninggal di sebuah rumah sakit Kuba, bukan di rumah sakit militer di ibukota Venezuela, Caracas.

Surat kabar Spanyol ABC, menyatakan bahwa setelah kesehatan Chavez memburuk ia kembali ke Kuba pada hari Jumat untuk perawatan darurat.

Sumber tanpa nama mengatakan surat kabar tersebut, Chavez secara diam-diam dipindahkan kembali ke Kuba dan meninggal di sana pagi ini.

ABC mengklaim bahwa Chavez meninggal pada waktu Kuba 7 pagi ketika keluarganya membuat keputusan untuk mengeluarkan dari rumah sakit.

Untuk mendukung pernyataan tersebut, tak ada menteri di kabinetnya yang terlihat hadir di samping tempat tidurnya.

Tokoh vokal dari sayap kiri ini, bersikukuh dengan sikap anti-Amerika dan menikmati hubungan dekat dengan negara-negara seperti Rusia dan Iran.

Kematiannya telah meninggalkan duka bagi pendukungnya, yang menamakan diri sebagai Chavista, hancur - Chavismo adalah nama yang diberikan kepada ideologi politik sayap kiri didasarkan pada ide-ide dan gaya pemerintah yang terkait dengan mendiang presiden.

Hari ini Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengatakan ia telah menjadi 'martir' dengan 'kematian mencurigakan'.

Mendeklarasikan hari berkabung nasional, Ahmadinejad memuji sekutu dekatnya untuk 'melayani rakyat Venezuela dan membela nilai-nilai kemanusiaan dan revolusioner. "

Tidak ada kekurangan perpisahan emosional seorang pahlawan sosialis yang merasa disaingi beberapa kaum revolusioner tahun 1960-an.

Penyanyi folk Kuba, Silvio Rodriguez, yang membuat ode untuk revolusioner tokoh Ernesto 'Che' Guevara menjadi terkenal, menggunakan kata-kata judul lagu untuk mengucapkan selamat tinggal pada Chavez di blog-nya.

'Hasta siempre, comandante," tulisnya dalam bahasa Spanyol yang berarti 'Selamat jalan, Komandan'

Perintah presiden akhir untuk suksesi itu tampaknya diikuti, dengan wakil presiden Nicolas Maduro - yang menuduh AS menyebabkan kanker Chavez - mengambil kendali pemerintah dan negara dinyatakan berkabung selama satu pekan.

Maduro mengumumkan semalam bahwa presiden meninggal pada 16:25 waktu setempat di ibukota negara Caracas, yang meminta warga Venezuela untuk 'bersatu, tenang dan saling memahami.'

Kami tidak ragu bahwa komandan Chavez diserang melalui penyakitnya ini," tambah Maduro, menyalahkan 'imperialis' musuh yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Dia mengatakan: "Musuh lama tanah air kita mencari cara untuk menyerang melalui kesehatannya."

Maduro meminta Venezualans menjadi 'pewaris bermartabat manusia hebat', menambahkan: "Janganlah ada kelemahan, tanpa kekerasan. Jangan biarkan ada kebencian. Dalam hati kita hanya boleh ada satu sentimen: Cinta. Cinta, perdamaian dan disiplin. "

Berita itu mucul hanya beberapa jam setelah dua pejabat Kedutaan Besar AS diusir karena diduga bertemu dengan perwira militer dan berencana untuk mengacaukan negara.

Analis dari Asosiasi Keadilan Pidana Internasional  baru-baru ini memperkirakan bahwa keluarga Chavez Frias selama memerintah di Venezuela telah 'mengumpulkan uang'' mirip dengan saudara-saudara Castro di Kuba - yang nilainya sekitar $ 2 miliar.

Kematiannya menarik sorak-sorai dari imigran Venezuela di Amerika Serikat yang berharap untuk perubahan di tanah air mereka, dan air mata di Caracas.

Di pusat kota Caracas, toko-toko dan restoran mulai langsung ditutup dan warga Venezuela bergegas pulang setelah mendengar berita duka tersebut.

Banyak kekerasan yang dikhawatirkan akan muncul ke permukaan dan Raul Villegas, seorang pendukung Chavez di barat Caracas, mengatakan kepada The Independent: "Saya tidak akan meninggalkan rumah saya untuk beberapa waktu - saya perkirakan kerusuhan bakal yang terjadi di seluruh kota. Caracas tidak aman malam ini."

Warga Venezuela di AS bersorak dan menyatakan optimisme bahwa pemilihan baru akan membawa perubahan ke tanah air mereka setelah kematian Presiden Hugo Chavez.

"Harapan saya adalah bahwa Venezuela akan menjadi negara bebas lagi," kata Elizabeth Gonazalez, 52, yang memakai stiker wajah tersenyum pada sweater-nya dengan kata-kata, 'Venezuela tanpa Chavez.'

Sebuah perayaan gembira pecah di pinggiran Miami Doral dari Selasa malam setelah tersiar kabar kematian tokoh berusia 58 tahun dari sayap kiri. Banyak warga imigran mengenakan topi dan T-shirt dalam warna bendera Venezuela: kuning, biru dan merah.

"Dia sudah pergi!" puluhan orang di AS yang sebagian anti-Chavez. Presiden Barack Obama mengatakan bahwa negaranya berharap untuk mengembangkan hubungan dengan Venezuela.

Dalam sebuah pernyataan, ia berkata: "Pada saat ini tantangan baru setelah kematian Presiden Hugo Chavez, Amerika Serikat menegaskan kembali dukungannya terhadap rakyat Venezuela dan berminat dalam mengembangkan hubungan yang konstruktif dengan pemerintah Venezuela.

"Sebagai Venezuela memulai babak baru dalam sejarahnya, Amerika Serikat tetap berkomitmen untuk kebijakan yang mempromosikan prinsip-prinsip demokrasi, aturan hukum, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia."

TENS of thousands of ‘Chavistas’ dressed in revolutionary red lined the streets of Venezuela this afternoon to witness President Hugo Chavez’s coffin being driven through the city centre.

Chavez, who was 58, will be laid to rest in a massive state funeral on Friday - his death was announced last night following a two-year battle against cancer.

His coffin, adorned with his country's flag, was placed on the top of a car and driven slowly to the military academy where his body will lie in state for three days.

There was a heavy military presence amid fears of unrest - soldiers have been deployed after Venezuelan officials have called for peace and unity stating in television broadcasts that the government and the military were standing together.

His illness has been shrouded in secrecy and it appears his death is to take on the same level of mystery as claims emerged today that he died in a Cuban hospital instead of a military hospital in Venezuela's capital, Caracas.

Spanish newspaper ABC Chavez claimed that after Chavez's health deteriorated he returned to Cuba on Friday for emergency treatment.

Unnamed sources told the paper Chavez was secretly moved back to Cuba and died there this morning.

ABC claims that Chavez died at 7am Cuban time when his family made the decision to withdraw care.

To back up the claims it was noted that government ministers were not seen attending his bedside.

The outspoken left-winger, was staunchly anti-American and enjoyed close ties to states such as Russia and Iran.

His death has left his supporters, named Chavista's, devastated - Chavismo is the name given to the left-wing political ideology based on the ideas and government style associated with the late president.

Today Iranian President Mahmoud Ahmadinejad said he had fallen 'martyr' to a 'suspect illness.'

Declaring a national day of mourning , Ahmadinejad hailed his close ally for 'serving the people of Venezuela and defending human and revolutionary values.'

There was no shortage of emotional farewells to a socialist hero who some feel rivaled the revolutionaries of the 1960s.

Cuban folk singer Silvio Rodriguez, whose ode to revolutionary Ernesto 'Che' Guevara became famous, used the song's title words to bid farewell to Chavez on his blog.

'Hasta siempre, comandante,' he wrote, Spanish for 'Farewell forever, commander.'

The late president's orders for his succession appeared to be followed, with vice-president Nicolas Maduro - who accused the U.S. of causing Chavez's cancer - taking control of the government and the country shut down for a week of mourning.

Maduro announced last night that the president died at 4.25pm local time in the country's capital Caracas, using the broadcast to call for  'unity, tranquility and understanding'.

We have no doubt that commander Chavez was attacked with this illness,’ added Mr Maduro, blaming ‘imperialist’ foes led by the United States.

He said: 'The old enemies of our fatherland looked for a way to harm his health.’

Mr Maduro called on Venezualans to be 'dignified inheritors of the giant man', adding: 'Let there be no weakness, no violence. Let there be no hate. In our hearts there should only be one sentiment: Love. Love, peace and discipline.'

The news came just hours after two U.S. Embassy officials were expelled for allegedly meeting with military officers and planning to destabilise the country.

Analysts from Criminal Justice International Associates recently estimated that the Chávez Frías family in Venezuela has 'amassed a fortune'' similar to that of the Castro brothers in Cuba - value of $2 billion.

His death drew cheers from Venezuelan immigrants in the U.S. who hoped for change in their homeland, and tears in Caracas.

In downtown Caracas, shops and restaurants began closing and Venezuelans hurried home after hearing the news.

Many feared violence would surface and Raul Villegas, a Chavez supporter from western Caracas, told The Independent: 'I will not be leaving my house for some time – I expect riots to be happening throughout the city. Caracas isn't safe tonight.'

Venezuelans in the U.S. cheered and expressed cautious optimism that new elections will bring change to their homeland after the death of President Hugo Chavez.

'My hope is that Venezuela will become a free country once again,' said Elizabeth Gonazalez, 52, who wore a smiley face sticker on her sweater with the words, 'Venezuela without Chavez.'

A jubilant celebration broke out in the Miami suburb of Doral late Tuesday after word spread of the death of the 58-year-old leftist. Many dressed in caps and T-shirts in Venezuela's colors of yellow, blue and red.

'He's gone!' dozens in the largely anti-Chavez community chanted.US President Barack Obama said that his country hoped to develop its relationship with Venezuela.

In a statement, he said: 'At this challenging time of President Hugo Chavez's passing, the United States reaffirms its support for the Venezuelan people and its interest in developing a constructive relationship with the Venezuelan government.

'As Venezuela begins a new chapter in its history, the United States remains committed to policies that promote democratic principles, the rule of law, and respect for human rights.'

British Foreign Secretary William Hague paid tribute to the leader, who he said left a 'lasting impression' on the country.

Mr Hague said: 'I was saddened to learn of the death of President Hugo Chavez. As President of Venezuela for 14 years he has left a lasting impression on the country and more widely.

'I would like to offer my condolences to his family and to the Venezuelan people at this time.'