Rudal Jelajah Rusia Hantam Obyek Vital ISIS di Raqqa Suriah

Russia Launches Barrage of Missiles from a Submarine Against ISIS

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Rudal Jelajah Rusia Hantam Obyek Vital ISIS di Raqqa Suriah
Foto2: MailOnline

RUSIA telah meningkatkan serangan terhadap pemberontak Suriah dengan kapal selam - meluncurkan serangan rudal jelajah pertama yang dikombinasikan dengan serangan bom dari udara.

Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengkonfirmasi serangan telah diluncurkan dari kapal selam, langkah maju dengan menenembak dari kapal perang di Laut Kaspia.

"Kami menggunakan rudal jelajah Calibre dari kapal selam Rostov -on-Don dari Laut Mediterania ," kata Shoigu kepada Presiden Vladimir Putin pada rapat kabinet yang disiarkan stasiun televisi milik pemerintah.

Dikombinasikan dengan serangan udara, ia mengklaim militernya telah menyerang '300 target dari berbagai jenis ' dalam tiga hari terakhir dan membantu pasukan khusus Suriah memulihkan kotak hitam dari pesawat perang Rusia yang ditembak jatuh oleh Turki bulan lalu.

Serangan tersebut diyakini dari rudal jelajah ,diluncurkan dari kapal selam, dapat menempuh jarak sejauh 1.500 mil di ketinggian rendah untuk menyerang benteng musuh, seperti dilansir MailOnline.

'Sebagai hasil dari peluncuran rudal jelajah dengan armada pesawat tempur dan kapal selam, semua target hancur," kata Shoigu, seraya menambahkan bahwa infrastruktur minyak, depot amunisi dan sebuah pabrik pembuatan tambang - telah hancur terkena serangan .

Shoigu menambahkan bahwa serangan Rusia diluncurkan kemarin yang menargetkan ' dua kubu teroris ' di sekitar Raqqa, ibukota Suriah de facto dari kelompok jihad Negara Islam ISIS.

Sebuah sumber yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada kantor berita Interfax sebelumnya bahwa sebuah kapal selam Rusia mendekati pantai Mediterania Suriah untuk meluncurkan rudal jelajah menuju ke negara yang dilanda perang tersebut..

Presiden Vladimir Putin mengatakan Kaliber rudal jelajah diluncurkan dari kapal selam dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, tetapi dia mengatakan dia berharap rudal jelajah 'tidak pernah diperlukan kecuali untuk memerangi terorisme.'

Shoigu mengatakan Moskow telah memperingatkan Israel dan Amerika Serikat - melakukan kampanye pemboman mereka sendiri di Suriah - bahwa militer Rusia akan melakukan serangan dengan kapal selam.

RUSSIA has stepped up its barrage on Syrian rebels with its first submarine-launched cruise missile strikes combined with bombing raids from the air.

The country's Defence Minister Sergei Shoigu confirmed the strikes had been launched from the submarines, progressing on from firing from warships the Caspian Sea.

'We used Calibre cruise missiles from the Rostov-on-Don submarine from the Mediterranean Sea,' Shoigu told President Vladimir Putin during an encounter broadcast on state television.

Combined with continuing air strikes, he claimed his military had struck '300 targets of different kinds' in the past three days and helped Syrian special forces recover the black box of a Russian warplane downed by Turkey last month. 

It is believed the cruise missiles, launched from submarines, can travel as far as 1,500 miles at low altitude to attack enemy strongholds.

'As a result of the successful launches by the aviation and submarine fleet, all targets were destroyed,' Shoigu said, adding that oil infrastructure, ammunition depots and a mine-making factory had been hit in the strikes.

An unnamed source told Interfax news agency earlier that a Russian submarine was approaching Syria's Mediterranean coast to launch cruise missiles toward to war-torn country.

President Vladimir Putin said the Caliber cruise missiles launched from the submarine could be equipped with nuclear warheads but said he hoped they would 'never be needed in the fight against terrorism'.

Shoigu said Moscow had warned Israel and the United States - conducting their own bombing campaigns in Syria - that the Russian military would be conducting the submarine strikes.

Meanwhile it has emerged the number of foreign fighters joining ISIS and other extremist groups in Iraq and Syria has more than doubled since last year to at least 27,000, a report by an intelligence consultancy has revealed.