MELALUI teleskop dari senapan milik penembak jitu (sniper) dari Pasukan Khusus Aljazair tampak wajah kelelahan dan ketakutan dari para sandera warga asing yang didorong melalui pintu kayu dari blok tempat mereka berlindung menuju sederetan mobil jip.

Beberapa sniper memiliki ruang untuk melepaskan tembakan terhadap para penculik dari kelompok Blood Battalion, tapi penembak jitu dilarang melepas tembakan ketika konvoi para penculik mulai bergerak.

Sebaliknya, pasukan tempur bersenjata berat menembaki konvoi jip yang ngebut dan empat di antaranya berhasil dilumpuhkan sehingga terjadi tabrakan beruntun.

Dua mobil meledak dan lain meledak menjadi 'bola api. " Itu adalah adegan pembantaian dengan senapan mesin, ledakan, kebakaran dan bom asap.

"Ada mayat di mana-mana," kata seorang saksi, 'pasukan Aljazair yang menembaki apa saja yang bergerak. "

Satu meledak beberapa meter ke udara. Sedikit, jika ada, bisa selamat, kata para saksi mata.

Rincian mengerikan segera setelah serangan Kamis di pabrik gas terungkap Jumat dari para sandera Aljazair dan keluarga Stephen McFaul, asal Belfast Barat, yang berada di kendaraan yang tabrakan dalam keadaan dikalungi bahan peledak di lehernya.

Tepatnya, mengapa pasukan Aljazair menembaki kendaraan roda 4x4 yang berisi sandera dan teroris masih merupakan misteri.

Pasukan Aljazair mengatakan para penculik itu 'ingin kabur' ke gurun Sahara tandus yang berjarak ratusan mil dari kilang gas milik British Petroleum (BP).

Hebatnya, McFaul, pria 36 tahun ayah dua anak, mampu berlari sprint untuk menyelamatkan diri.

Para insinyur listrik kepada keluarganya menyatakan dia (McFaul) dua kali lolos dari maut - pertama ketika diikat dan dikerubungi orang-orang bersenjata yang mengikatkan bahan peledak di leher para sandera 'dan kemudian dalam konvoi lima kendaraan saat akan kabur dari komplek kilang gas.

"Militer membom empat dari lima dari truk dan empat dari mereka hancur ... Dia dianggap orang lain dalam truk lainnya tewas ... Truk adikku dilumpuhkan dan pada tahap itu Stephen mampu bertindak untuk kabur."

Sandera digunakan sebagai perisai manusia, dalam hitungan menit, krisis penyanderaan berakhir setelah ditahan menuju tahap negosiasi hingga terjadi pertumpahan darah akibat pertempuran.

Puluhan pekerja asing dan Aljazair putus asa telah menemukan tempat persembunyian ketika penculik menyerbu kompleks yang diperkirakan merupakan operasi terencana - tampak dari keleluasaan gerak dan penguasaan medan terhadap komplek kilang gas BP yang luas tersebut.

Setidaknya tiga warga Inggris menemukan tempat perlindungan di plafon di ruang kantin dan baru kemarin muncul ketika mereka yakin pasukan Aljazair berhasil menguasai situasi.

Salah satu sandera Perancis, Alexandre Berceaux, yang bekerja untuk perusahaan katering CIS, mengatakan ia bersembunyi di ruangan dekat tempat menyekap para sandera asing lainnya, dengan menumpuk beberapa papan untuk bersembunyi.

"Saya bersembunyi hampir 40 jam di kamarku, di bawah tempat tidur," katanya seperti dikutip Mail Online.

"Ketika militer datang untuk mendapatkan saya, saya tidak tahu apakah itu berakhir," tambahnya. "Mereka tiba dengan rekan-rekan (Aljazair yang bekerja dengan dia), kalau tidak saya tidak akan pernah membuka pintu."

Berceaux mengatakan tentara Aljazair menemukan beberapa sandera Inggris bersembunyi di atap dan masih menyisir lokasi luas kilang gas orang lain ketika ia dikawal ke pangkalan militer terdekat.

"Mereka masih menghitung mereka," katanya.

Banyak dari pekerja asing bersembunyi di fasilitas energi yang seharusnya aman dan baik, yang memproduksi sekitar 10 persen dari gas alam yang dibutuhkan Aljazair untuk pendapatan ekspornya.

Lebih dari 600 warga Aljazair bekerja pada kilang gas tapi mereka bukan target dari penyerbuan tersebut.