Stadion Kecil tapi Monaco Mampu Beli Falcao dkk

Tiny Stadion but Monaco have Signed Falcao and Co

Editor : Ismail Gani
Translator : Novita Cahyadi


Stadion Kecil tapi Monaco Mampu Beli Falcao dkk
Radamel Falco (Foto2: Mail Online)

PENTAS berdiri dan di kedua sisinya menyorot sorot merah dari lampu yang bersinar bagaikan flare.Atmosfer dari kerumunan penonton dikemas semarak, seperti jeda sebelum konser.

Di tengah panggung berdiri seorang wanita dalam gaun merah hidup dan seorang Rusia dalam setelan santai. Di belakang mereka pada layar raksasa tertera nama: Radamel Falcao.

Ini adalah sebuah auditorium di Monte Carlo pada bulan Mei. Falcao tidak ada tapi kehadirannya terasa. Inilah saat ketika AS Monaco, klub divisi dua Prancis pada April, mengkonfirmasi kontrak bernilai 50 juta poundsterling dari Falcao yang hengkang dari Atletico Madrid. Tidak heran tempat itu berdegup kencang. Monaco baru saja memadu kencang kehidupannya sebagai klub kelas dunia.

Untuk ukuran negara kecil, kerajaan Monako tidak pernah punya masalah untuk memiliki nama besar: lihat saja Grand Prix Monako. Tapi Monako akan memulai musim keras di Prancis Ligue 1 dan gemanya terdengar di seluruh Eropa. Sebelum itu, mereka singgah di Leicester untuk menjajal kemampuan di Championship. Leicester sudah habis-habisan di Championship tetapi mereka tidak bisa menyentuh apa yang terjadi di Cote d´Azur.

Musim ini, Monako menggelontorkan dana 50 juta poundsterling untuk Falcao dan 60 juta poundsterling pada pasangan asal Porto, James Rodriguez dan Joao Moutinho. Ricardo Carvalho dan Eric Abidal telah bergabung setelah menjadi pemain bebas agen dari Real Madrid dan Barcelona. Spekulasi yang berkembang sederet pemain terkenal lainnya, termasuk Cristiano Ronaldo, akan segera hadir di Stade Louis II akan disambut gembira.

Ini adalah bagian dari kontradiksi Monako. Falcao bakal bergabung di deretan klub elit Eropa tetapi meneken kontrak bagi klub yang didukung 4.089 fans untuk pertandingan Ligue divisi dua pada  Januari. Kapasitas stadion adalah 18.000 kursi penonton tapi AS Monaco memiliki kehadiran rata-rata lebih rendah dari Chesterfield musim lalu. Mereka juga memulai musim dengan hukuman pengurangan dua poin sebagai hukuman, masuknya penonton ke lapangan.

Namun mereka akan menyaingi Real Madrid, Manchester United dan Bayern Munich di bursa transfer. Negara terkecil di Eropa mengubah kodrat alam dan, jika beberapa pihak mengejek gagasan Ronaldo pindah ke sana, harus diingat bahwa agen Ronaldo, Jorge Mendes, juga merupakan agen Falcao, Rodriguez, Moutinho dan Carvalho. Itu hanya bisa menjadi kebetulan ...

Ada satu orang di belakang pengembangan Monaco dan pusat panggung berlangsung tiga minggu lalu. Dmitry Rybolovlev adalah warga Rusia yang mulai membuat Roman Abramovich terlihat gugup. Seorang milyarder berusia 46 tahun dari Perm, timur Moskow, Rybolovlev membeli 66% saham AS Monaco pada Desember 2011, yang sabar melihat klubnya berada di divisi kedua.

Bulan berikutnya Monako meneken sembilan kontrak pemain, empat bulan dan Claudio Ranieri adalah manajer baru. Seperti halnya Abramovich, Rybolovlev mendapat kekayaan setelah ´bubarnya Uni Soviet´ dan menjadi pengikut ekonomi Wild West. Rybolovlev, memiliki kualifikasi sebagai dokter, mencetak uang dari bisnis potassium menjadi pupuk.

Pada 2008, Uralkali, perusahaan milik Rybolovlev, dilaporkan bernilai US$34 miliar. Kegiatan perdagangan di Bursa Efek London, meskipun Rybolovlev menjual saham mayoritas pada 2010, sebagian untuk Suleyman Kerimov, orang di belakang Anzhi Makhachkala dan Samuel Eto´o dengan gaji 350.000 poundsterling per minggu.

Rybolovlev memanfaatkan kekayaannya yang fantastis untuk membeli rumah di Miami dari Donald Trump dan sebuah pulau di Yunani untuk salah satu putrinya.

Dia memiliki lukisan karya Monet dan Picasso dan terlibat dalam gugatan cerai dengan istrinya dari Perm yang bakal menjadi termahal dalam sejarah gugatan cerai di pengadilan.

Beberapa rincian kehidupan pribadinya menunjukkan bahwa Rybolovlev mungkin memiliki sentuhan Berlusconi. Tapi Rybolovlev tidak bisa diremehkan. Tahun 1990-an adalah saat berbahaya bisa menghasilkan uang di Rusia dan pada 1996 Rybolovlev didakwa atas tuduhan pembunuhan dan menjalani hukuman 11 bulan di penjara atas tuduhan yang kemudian terbukti tidak benar.

Setelah hampir satu tahun berada di penjara Rusia, ia pun makmur, mengungkapkan tekad pria itu sekaligus menjadi alasan mengapa eksistensi AS Monaco harus diwaspadai. Rybolovlev telah tiba.Diperkirakan bahwa Falcao akan mendapat gaji 14 juta euro per tahun di Monaco. Di Prancis, tempat Monaco berlaga, berlaku pajak 75% dari gaji.Pada tempat-tempat seperti Marseilles dan Nice muncul kehebohan karena di Monaco, tidak tersentuh aturan pajak Prancis, Falcao hanya wajib satu persen dari gaji yang diterima.

Hal ini memberikan Monako keuntungan besar dibandingkan klub-klub lain. Nice hanya menghabiskan sekitar 200 juta poundsterling di stadion ´Riviera´ yang berkapasitas 35 ribu penonton hanya untuk melihat tiang gawang keuangan bergerak. Jadi ada tantangan untuk Rybolovlev dan AS Monaco dari Liga Prancis (LFP). Kedua belah pihak telah mengadakan pertemuan di Maret yang menuding bahwa liga menuntut bayaran 200 juta euro sebagai upaya ´normalisasi´ untuk memungkinkan Monako mempertahankan status bermain di Ligue 1 Prancis. Rybolovlev bangkit dan memilih hengkang.

Asosiasi Liga Prancis, LFP menyatakan bahwa, pada 2014, semua klub yang bermain di Prancis harus menetap di Prancis dan tunduk pada peraturan pajak yang sama. Monako bereaksi melalui pengacara mereka dan dengan sigap menjawab melalui proposal kepada Italia agar dapat bergabung Serie A Italia.

Dengan Paris Saint-Germain yang diakuisisi oleh Qatar 25 bulan yang lalu, dan memenangkan Ligue 1 musim lalu, ada ketakutan di Perancis bahwa Monaco dan PSG akan mendominasi jatah dua klub asal Prancis di Liga Champions setiap musim. Presiden LFP Noel Le Graet mengatakan: "Hal yang mengkhawatirkan adalah bahwa dua tempat pertama dalam kejuaraan tampaknya akan didominasi PSG dan Monako. Saya pikir semua klub perlu mempersiapkan diri untuk mengambil peluang di tempat ketiga. Hal itu sangat mengkhawatirkan. "

Ternyata, meskipun, mereka yang menyambut investasi Rybolovlev itu. Monaco akan membawa kompetisi, kata mereka, dan uang harus membantu membalikkan kenyataan dengan uang untuk menahan para pemain meninggalkan Prancis, seperti dilansir Mail Online.

Beberapa hal menunjukkan bahwa Monaco mencapai final Liga Champions pada 2004 dan ada tidak sebanding, juga tidak tampak ketika Arsene Wenger adalah manajer pada 1987 dan 1994 dan serta kehadiran Glenn Hoddle dan George Weah yang datang karena dipinang nilai uang yang sangat besar..

Tanggapan Le Graet terhadap argumen tersebut: ´Anda dapat memberitahu saya bahwa itu adalah kasus 20 tahun yang lalu, tapi uang bukanlah segalanya saat ini."

Tidak, di tempat seukuran Hyde Park, pada saat seharusnya aturan belanja pemain yang fair, dapat dikatakan bahwa AS Monaco tidak main-main.

THE stage was set and on either side fierce red spotlights shone like flares. The atmosphere from the packed crowd crackled with anticipation, like the pause before a concert.

Centre stage stood a lady in vivid red and a Russian man in a sober suit. Behind them on a giant screen were the words: Radamel Falcao.

This was an auditorium in Monte Carlo in May. Falcao was not there but his presence was felt. This was the day that AS Monaco, a French second division club in April, confirmed the £50million signing of Falcao from Atletico Madrid. No wonder the place throbbed. Monaco had just turned up the volume.

This is part of the Monaco contradiction. Falcao could have joined any of Europe’s elite clubs but signed for one which attracted 4,089 fans to a Ligue 2 game in January. The capacity is 18,000 but AS Monaco had a lower average attendance than Chesterfield last season. They also start the season with a two-point penalty as punishment for, of all things, a pitch invasion.

Yet they are rivalling Real Madrid, Manchester United and Bayern Munich in the transfer market. The smallest country in Europe is changing the landscape and, if some scoff at the idea of Ronaldo moving there, it should be born in mind that Ronaldo’s agent, Jorge Mendes, is also the agent of Falcao, Rodriguez, Moutinho and Carvalho. It could just be coincidence...

There is one man behind this Monaco development and he was centre stage three weeks ago. Dmitry Rybolovlev is a Russian who is beginning to make Roman Abramovich look reticent. A 46-year-old billionaire businessman from Perm, east of Moscow, Rybolovlev bought 66 per cent of AS Monaco in December 2011, with the team languishing in the second division.

The following month Monaco made nine signings; four months on and Claudio Ranieri was the new manager. As with Abramovich, Rybolovlev made his fortune from the unravelling of the Soviet Union and the Wild West economics that followed. Rybolovlev, qualified as a doctor, made his money in potash — potassium for fertilisers.

By 2008, Uralkali, Rybolovlev’s company, was reportedly worth $34 billion (£22bn). It trades on the  London Stock Exchange, though Rybolovlev sold a majority stake in 2010, some of it to Suleyman Kerimov, the man behind Anzhi Makhachkala and Samuel Eto’o’s £350,000-a-week salary.

Rybolovlev has used his fantastical wealth to buy a Miami house from Donald Trump and a Greek island for one of his daughters.

He owns paintings by Monet and Picasso and is embroiled in a divorce battle with his wife from Perm that may be the costliest in history.

Some private details show that Rybolovlev may have a touch of Berlusconi. But Rybolovlev is not to be underestimated. The 1990s were dangerous times to be making money in Russia and in 1996  Rybolovlev was charged with ordering a contract killing and spent 11 months in prison on allegations that were subsequently proven untrue.

Surviving nearly a year in a Russian prison, then prospering, reveals the man’s determination and that is perhaps one reason why there is such nervousness about what is happening at AS Monaco. Rybolovlev appears here to stay. It is estimated that Falcao will earn €14m (£12m) a year at Monaco. In France, where Monaco play, there is a 75 per cent tax rate on such salaries. At places such as  Marseilles and Nice there is uproar because in Monaco, an independent tax haven, Falcao will pay as little as one per cent.

This gives Monaco a huge advantage over clubs from a few miles away. Nice have just spent about £200m on a new 35,000-capacity ‘Riviera’ stadium only to see the financial goalposts move. So there is a challenge to  Rybolovlev and AS Monaco from the French League (LFP). The two parties had a meeting in March during which it is alleged that the league demanded a €200m ‘normalisation’ payment to allow Monaco to retain their residence status and play in Ligue 1. Rybolovlev got up and walked out.

The LFP have declared that, as of 2014, all clubs playing in France must be resident in France and subject to the same tax regulations. Monaco have reacted via their lawyers and with mutterings about applying to join Italy’s Serie A.

With Paris Saint-Germain having been acquired by Qatar 25 months ago, and winning Ligue 1 last season, there is a fear in France that Monaco and PSG will dominate the country and occupy the two Champions League places available each season. French Federation president Noel Le Graet said: ‘What is worrying is that the first two places in the championship seem pledged to PSG and Monaco. I think all clubs need to invest to settle for third place. That is worrying.’

There are, though, those who welcome Rybolovlev’s investment. Monaco will bring competition, they say, and the money should help reverse the drain on players leaving France.

Some also point out that Monaco reached the Champions League final in 2004 and there was no  comparable fuss, nor was there when Arsene Wenger was manager between 1987 and 1994 and the likes of Glenn Hoddle and George Weah turned up on very big money.

Le Graet’s response to that argument is: ‘You can tell me that it was the case 20 years ago, but the budgets were not what they are now.’

No, in a place about the size of Hyde Park, at a time of supposed financial fair play, it could be said that AS Monaco are displaying no little largesse.