Dukung Kemandirian Pangan, SMKPP Kementan Ajak Siswa Terapkan Integrate Farming System

Millennial Farmers are the Target of Developing Indonesian Agricultural HR

Editor : M. Achsan Atjo
Translator : Dhelia Gani


Dukung Kemandirian Pangan, SMKPP Kementan Ajak Siswa Terapkan Integrate Farming System
SMKPP SEMBAWA: SMKPP Negeri Sembawa berupaya menerapkan pola ´Integrate Farming System´ antara program studi [prodi] Agribisnis ternak unggas [ATU] dengan Agribisnis Tanaman Panagan dan Hortikultura [ATPH].

Banyuasin, Sumsel [B2B] - Kementerian Pertanian [Kementan] terus berupaya melakukan peningkatan ketersediaan pangan di era new normal seperti meningkatkan kapasitas produksi dengan mempercepat musim tanam dan upaya lainnya.

Saat ini Kemengan telah mengembangkan metode pertanian pola integrated farming dengan menerapkan zero waste yang belakangan ini banyak ditekuni petani untuk memenuhi berbagai kebutuhan pangan secara holistik dalam satu lahan.  

Pola integrated farming ini merupakan pengelolaan pertanian terpadu dalam satu hamparan dibudidayakan banyak komoditas yakni padi, sayur, ayam, lele, sapi, dan komoditas pangan lainnya.

"Untuk mewujudkan kemandirian pangan Kementan juga sangat mendukung petani dalam melakukan metode pertanian integrated farming dengan zero waste yang artinya penggunaan eksternal input diminimalisir, apa yang ada di dalam di institusinya diputar agar efisien di sisi input,” ujar Syahrul Yasin Limpo Menteri Pertanian RI.

Selaras dengan perkataan Mentan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi, menghimbau kepada seluruh unit pelaksana teknis [UPT] untuk memperkuat sektor pertanian. Sehingga dalam menghadapi berbagai macam goncangan, mampu tetap eksis menyediakan makan rakyat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara mikro dan makro. 

"Dalam rangka ketersediaan konsumsi pangan berkualitas, menambah nilai tambah, pengembangan inovasi dan manajemen, pola integrated farming ini salah satu bentuk aksi nyatanya. Ini juga contoh nyata pengembangan pertanian yang maju, mandiri dan modern sehingga ke depan ketahanan pangan kita makin kokoh," tuturnya. 

SMK PP Negeri Sembawa sebagai salah satu UPT Kementan di lingkup BPPSDMP juga berupaya menerapkan pola ´Integrate Farming System´ antara program studi [prodi] Agribisnis ternak unggas [ATU] dengan Agribisnis Tanaman Panagan dan Hortikultura [ATPH]. 

“Kami berupaya menyelaraskan kegiatan yang ada disekolah dengan program Mentan, saat ini kami mengembangkan jagung untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, diambil buahnya maupun di ambil juga batangnya” ujar Mattobi’i, Kepala SMK PP Negeri Sembawa.

Di bawah bimbingan Kasmawati, yang mengampu mata pelajaran produk kreatif dan kewirausahaan, siswa kelas XII melakukan budidaya tanaman jagung dilahan seluas 3.500 m2. Menggunakan benih jagung super hibrida BISI-18 yang tongkolnya sangat seragam dengan letak tongkol yang relatif sama antara masing-masing tanaman. Itulah salah satu kelebihan yang dimiliki jagung super hibrida BISI-18. 

Prosentase tongkol normalnya dalam satu hamparan tanam juga tinggi, yakni lebih dari 92% [hasil uji dan pengamatan yang dilakukan oleh tim riset dan pengembangan [RD] tanaman jagung PT. BISI].

Kegiatan yang tersinergi antara Prodi ATU dan ATP ini merupakan Integrated Farming System, antara pertanian dan peternakan. Jangung bisa menjadi bahan pakan untuk ayam layer yang ada di Prodi ATU begitupula dengan batang jagung sisa hasil panen dapat juga dimanfaatkan menjadi pakan ternak ruminansia. 

Sehingga tidak ada sampah atau sisa dari kegiatan budidaya, bisa berarti zero waste, karena nantinya kotoran ternak baik ayam maupun ruminansia akan dijadikan pupuk kompos organik untuk budidaya tanaman Kembali.

“Kami berupaya membuat sebuah ruang yang terintegrasi antar prodi, saat ini kami baru saja memulai dari prodi ATU dan ATPH, mungkin kedepan bisa dengan prodi prodi lain. Akan banyak manfaatnya jika sudah terbentuk integrasi antar prodi” tutup Mattobi’i. [Humas SMKPPN Sembawa]

Banyuasin of South Sumatera [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.