Kopi Luwak Temuan Balitbang Kementan, Manfaatkan Mikroba Probiotik
Indonesian`s IAARD Utilizes Probiotic Microbes to Produce Civet Coffee
Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani

Jakarta (B2B) - Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali telah menemukan teknik baru membuat kopi luwak, tanpa harus dikonsumsi hewan luwak (paradoxurus hermaphodirus) dan keluar sebagai faeces, dengan memanfaatkan mikroba probiotik yang diisolasi dari saluran pencernaan luwak untuk melakukan fermentasi biji kopi.
"Dengan mikroba probiotik dan didukung bahan baku kopi petik merah yang terseleksi secara ketat akan diperoleh kopi luwak dengan cita rasa yang sama dengan kopi luwak yang dicerna dan keluar bersama kotoran hewan luwak," kata Muhammad Syakir, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian RI kepada pers di Jakarta pada Kamis (19/5).
Kopi luwak, produk khas Indonesia kondang ke seantero jagad sebagai kopi eksotik, yang harganya termahal di dunia. Kopi luwak diperoleh dengan mengumpulkan biji kopi yang dimakan luwak dan kemudian keluar bersama kotoran atau feses luwak.
Menurutnya, dengan teknik yang dikembangkan BPTP Bali dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produksi kopi luwak tanpa harus tergantung pada cara tradisional yang kerap ditentang oleh kelompok pencinta lingkungan dan lembaga penyelamat hewan liar.
Syakir mengakui bahwa kopi luwak masih menjadi jenis kopi yang sangat digemari masyarakat meski harganya mahal, sekitar Rp4,5 juta per kg seperti dijajakan kedai Kopi Luwak Cikole di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, yang dikunjungi B2B bersama tim Kementan pada Juli 2015.
Jakarta (B2B) - Indonesian´s Assessment Agency for Agricultural Technology (BPTP) Bali have found a new technique to make civet coffee, without having to depend on the civet (Paradoxurus hermaphodirus) by utilizing probiotic microbes which is isolated from civet´s digestive for the fermented beans.
"The development of probiotic microbes will produce a coffee that taste the same as the coffee that has been digested by the civet," Muhammad Syakir, the Head of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development of Agriculture Ministry (IAARD) told the repoters here on Thursday (5/19).
Kopi luwak AKA civet coffee – otherwise known as ´wolf´, ´cat´, and ´crap´ coffee, and the most expensive coffee in the world. Genuine Indonesian kopi luwak is collected coffee beans after eaten by civet, and then come out with feces of civet.
According to him, the production techniques developed by the BPTP Bali can be a solution to increase the production of civet coffee without having to depend on the traditional way, which is often opposed by an environmental groups.
Mr Syakir admitted that civet coffee is still the kind of coffee that are favored despite the price is expensive, about 4.5 million rupiah per kg, as sold by Kopi Luwak Cikole in Lembang, West Bandung regency, West Java, which is visited by B2B with a team from the ministry on July 2015.