Profesor Riset Litbang Kementan Diminta Implementasikan Hasil Penelitian

Indonesian Minister Asked Results of Agricultural Research for the Ministry

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Profesor Riset Litbang Kementan Diminta Implementasikan Hasil Penelitian
UPACARA PENGUKUHAN: Kepala Balitbangtan, Fadjri Djufry [depan, ke-3 kanan] pada pengukuhan profesor riset di Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor [Foto: Biro Humas Kementan]

Bogor, Jabar [B2B] - Pemerintah RI berharap para profesor riset di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian - Kementerian Pertanian RI [Balitbangtan] mengimplementasikan hasil penelitiannya menjadi acuan penyusunan program dan kegiatan eselon satu Kementan, pengembangan kelembagaan sentra distribusi pangan mendukung BKP Kementan, dan merumuskan roadmap teknologi pengolahan kacang lokal.

Harapan tersebut dikemukakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang dibacakan Kepala Balitbangtan, Fadjri Djufry di Bogor, Senin [29/7] pada upacara pengukuhan tiga profesor riset ke 523, 524, 525 secara nasional dan profesor riset ke 136, 137 dan 138 di Balitbangtan.

Ketiga profesor riset Balitbangtan tersebut adalah Dr Ir S Joni Munarso, MS bidang teknologi pascapanen; Dr Benny Rachman, MSi di bidang sosial ekonomi pertanian; dan Dr Ir Titiek Farianti Djaafar, MP bidang teknologi pascapanen yang melakukan orasi profesor riset di  Auditorium Sadikin Sumintawikarta, Bogor dan dihadiri sekitar 500 tamu undangan dari kementerian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Balitbangtan, lembaga pemerintah, perguruan tinggi dan pejabat daerah.

"Orasi pengukuhan ketiga profesor riset ini bertepatan dengan dua momentum srategis. Pertama, masa bhakti Kabinet Kerja tahun 2014-2019 akan segera berakhir, sehingga topik-topik yang disampaikan dalam orasi kali ini merupakan bagian dari hasil program kerja Kementan," kata Mentan yang dikutip Fadjri Djufry.

Kedua, DPR RI telah mengesahkan RUU Sisnas Iptek menjadi UU pada 16 Juli 2019, undang-undang tersebut memberikan amanat yang sangat strategis dalam upaya penguatan sistem Iptek nasional, termasuk bidang pertanian, antara lain berkaitan dengan kebijakan riset, anggaran, SDM termasuk perpanjangan batas usia pensiun, dan kelembagaan.

"Sejalan dengan semangat Undang-undang tersebut, acara pengukuhan pada hari ini merupakan bagian dari upaya Badan Litbang Pertanian untuk meningkatkan profesionalisme peneliti," kata Mentan Amran Sulaiman.

Mentan mengapresiasi gagasan ketiga profesor riset baru dan meminta ketiganya untuk kolaborasi dan sinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) dan menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda dalam pengembangan jati-diri, integritas serta profesionalisme mereka, serta menindaklanjuti gagasan mereka, melalui beberapa penugasan yang disampaikan pada akhir acara orasi. 

"Sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani saat ini.," katea Amran Sulaiman dikutip Fadjri Djufry.

Secara khusus, Mentan meminta Prof Dr S Joni Munarso untuk menyusun rencana operasional yang memuat langkah-langkah praktis dan terukur dalam implementasinya dalam skala luas, terutama akselerasi ekspor berbagai komoditas unggulan Indonesia, yang akan menjadi acuan bagi eselon satu menyusun program dan kegiatan.

Prof Dr Benny Rachman diminta menyusun rancangan operasional dalam implementasi pengembangan kelembagaan Sentra Distribusi Pangan, yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan program lingkup Badan Ketahanan Pangan [BKP Kementan] dan pemerintah daerah.

Sementara kepada Prof Dr Titiek Farianti Djaafar, diminta Mentan untuk merumuskan langkah-langkah praktis pengolahan kacang lokal sebagai acuan bagi Ditjen Tanaman Pangan, dinas terkait di daerah dan para pelaku industri pengolahan serta merumuskan roadmap teknologi pengolahan kacang lokal.

Bogor of West Java [B2B] - Indonesian government expects its research professors of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development of Agriculture Ministry [Balitbangtan] developing the concept of science-based policy making developed into action studies on thousands of hectares, and not just stored in the library lab.