Mentan: RI Ekspor Traktor Tangan tapi Masih Impor `Combine Harvester`

Indonesia Still Depend on Imported Agricultural Machinery: Minister

Reporter : Gusmiati Waris
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Mentan: RI Ekspor Traktor Tangan tapi Masih Impor `Combine Harvester`
Mentan Andi Amran Sulaiman mendampingi Presiden RI Joko Widodo dan Ibu Iriana Widodo menyerahkan bantuan Alsintan pertama kepada kelompok tani di Subang, Jabar pada akhir Desember 2014 (Foto: Humas Kementan)

Jakarta (B2B) - Presiden RI Joko Widodo mencanangkan penguatan kemampuan industri nasional pada Agenda Nawacita termasuk industri mesin pertanian (Alsintan), Indonesia mengekspor traktor tangan dan pompa air ke mancanegara namun masih mengimpor Alsintan utama seperti motor penggerak, rice transplanter, combine harvester dan beberapa Alsintan budidaya dan pascapanen hortikultura.

"Kendala lain adalah banyak Alsintan yang kesulitan suku cadang apabila terjadi kerusakan, termasuk kemampuan operator dan pengelolaan di Indonesia masih terbatas maka diharapkan industri dan dealer dapat berperan aktif dalam purna jual khususnya bimbingan teknis dan penyediaan suku cadang," kata Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman di Jakarta pada Jumat (6/1).

Mentan yang hadir untuk membuka 'rapat koordinasi percepatan industri Alsintan dalam negeri' yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengingatkan tentang manfaat modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien sebagai substitusi pola usaha tani manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian seiring transformasi migrasi ke sektor industri dan jasa.

Kementerian Pertanian pada 2014 menyediakan Alsintan sekitar 15.000 unit, kemudian mekanisasi besar-besaran dengan 62.766 unit pada 2015 diikuti kemudian 72.812 unit pada 2016 dan direncanakan penyediaan 80.000 unit pada 2017 untuk para petani di seluruh Indonesia. Alsintan tersebut meliputi rice transplanter, combine harvester, mesin pengering, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air.

"Mekanisasi pertanian menghemat biaya produksi 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen, juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam, dan panen dari pola manual sekitar Rp7,3 juta menjadi Rp5,1 juta per hektar," kata Mentan Amran Sulaiman.

Dia mengingatkan apabila mengelola tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja per hektar, dan biaya Rp2,5 juta per hektar, jika menggunakan traktor tangan maka satu orang mampu menyelesaikan pekerjaan tiga hektar per hari dengan biaya Rp1,8 juta per hektar.

"Pada APBN tahun 2016 telah didistribusikan 45.440 unit traktor roda dua dan roda empat, juga 19.518 unit pompa air kepada kelompok tani di seluruh Indonesia," kata Mentan.

Tampak hadir Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir; Sekretaris Balitbangtan, Muhammad Prama Yufdy; Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Mohammad Ismail Wahab; Kepala Puslitbang Perkebunan (Puslitbangbun), Fadjry Djufry; Kepala Puslitbang Peternakan (Puslitbangnak) Bess Tiesnamurti; Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BB SDLP) Dedi Nursyamsi; Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian ((Pustaka) Gayatri K Rana; dan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Mastur dan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian - Kalimantan Timur (BPTP Kaltim) M Hidayanto.

Hemat Rp24,5 Triliun
Mekanisasi pertanian terbukti dapat mempercepat waktu budidaya tanaman dan dapat menghemat tenaga kerja lebih dari 60% sehingga indeks pertanaman (IP) dan produktivitas lahan pertanian meningkat sedangkan biaya tenaga kerja dapat dihemat lebih 50%.

Mentan mengelaborasi penggunaan rice transplanter menghemat tenaga dari pola manual 19 orang per hektar menjadi tujuh orang per hektar, dan biaya tanam menurun dari Rp1,7 juta menjadi Rp1,1 juta per hektar. Pada APBN 2016 telah didistribusikan 7.854 unit rice transplanter kepada kelompok tani.

"Misalnya penyiang rumput atau power weeder menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang menjadi dua orang per hektar dan biayanya turun dari Rp1,2 juta menjadi Rp510 ribu per hektar," katanya.

Sementara combine harvester menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang menjadi delapan orang per hektar, dan biaya panen dapat ditekan dari Rp2,8 juta menjadi Rp2,2 juta per hektar dan dapat menekan susut panen (losses) dari 10,2% menjadi 2%.

"Apabila dihitung secara nasional dengan mekanisasi, mampu menghemat biaya yang dinikmati petani setara Rp24,5 triliun," kata Mentan.

Jakarta (B2B) - Presiden RI Joko Widodo mencanangkan penguatan kemampuan industri nasional pada Agenda Nawacita termasuk industri mesin pertanian (Alsintan), Indonesia mengekspor traktor tangan dan pompa air ke mancanegara namun masih mengimpor Alsintan utama seperti motor penggerak, rice transplanter, combine harvester dan beberapa Alsintan budidaya dan pascapanen hortikultura.

"Kendala lain adalah banyak Alsintan yang kesulitan suku cadang apabila terjadi kerusakan, termasuk kemampuan operator dan pengelolaan di Indonesia masih terbatas maka diharapkan industri dan dealer dapat berperan aktif dalam purna jual khususnya bimbingan teknis dan penyediaan suku cadang," kata Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman di Jakarta pada Jumat (6/1).

Mentan yang hadir untuk membuka 'rapat koordinasi percepatan industri Alsintan dalam negeri' yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengingatkan tentang manfaat modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien sebagai substitusi pola usaha tani manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian seiring transformasi migrasi ke sektor industri dan jasa.

Kementerian Pertanian pada 2014 menyediakan Alsintan sekitar 15.000 unit, kemudian mekanisasi besar-besaran dengan 62.766 unit pada 2015 diikuti kemudian 72.812 unit pada 2016 dan direncanakan penyediaan 80.000 unit pada 2017 untuk para petani di seluruh Indonesia. Alsintan tersebut meliputi rice transplanter, combine harvester, mesin pengering, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air.

"Mekanisasi pertanian menghemat biaya produksi 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen, juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam, dan panen dari pola manual sekitar Rp7,3 juta menjadi Rp5,1 juta per hektar," kata Mentan Amran Sulaiman.

Dia mengingatkan apabila mengelola tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja per hektar, dan biaya Rp2,5 juta per hektar, jika menggunakan traktor tangan maka satu orang mampu menyelesaikan pekerjaan tiga hektar per hari dengan biaya Rp1,8 juta per hektar.

"Pada APBN tahun 2016 telah didistribusikan 45.440 unit traktor roda dua dan roda empat, juga 19.518 unit pompa air kepada kelompok tani di seluruh Indonesia," kata Mentan.

Tampak hadir Kepala Balitbangtan, Muhammad Syakir; Sekretaris Balitbangtan, Muhammad Prama Yufdy; Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Mohammad Ismail Wahab; Kepala Puslitbang Perkebunan (Puslitbangbun), Fadjry Djufry; Kepala Puslitbang Peternakan (Puslitbangnak) Bess Tiesnamurti; Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BB SDLP) Dedi Nursyamsi; Kepala Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian ((Pustaka) Gayatri K Rana; dan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Mastur dan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian - Kalimantan Timur (BPTP Kaltim) M Hidayanto.

Hemat Rp24,5 Triliun
Mekanisasi pertanian terbukti dapat mempercepat waktu budidaya tanaman dan dapat menghemat tenaga kerja lebih dari 60% sehingga indeks pertanaman (IP) dan produktivitas lahan pertanian meningkat sedangkan biaya tenaga kerja dapat dihemat lebih 50%.

Mentan mengelaborasi penggunaan rice transplanter menghemat tenaga dari pola manual 19 orang per hektar menjadi tujuh orang per hektar, dan biaya tanam menurun dari Rp1,7 juta menjadi Rp1,1 juta per hektar. Pada APBN 2016 telah didistribusikan 7.854 unit rice transplanter kepada kelompok tani.

"Misalnya penyiang rumput atau power weeder menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang menjadi dua orang per hektar dan biayanya turun dari Rp1,2 juta menjadi Rp510 ribu per hektar," katanya.

Sementara combine harvester menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang menjadi delapan orang per hektar, dan biaya panen dapat ditekan dari Rp2,8 juta menjadi Rp2,2 juta per hektar dan dapat menekan susut panen (losses) dari 10,2% menjadi 2%.

"Apabila dihitung secara nasional dengan mekanisasi, mampu menghemat biaya yang dinikmati petani setara Rp24,5 triliun," kata Mentan.