Produk Olahan, Kementan Dorong Petani Milenial Perkuat Hilirisasi

Indonesian Govt Increase Capacity Building of Agriculture HR

Reporter : Kemal Agus Praghotsa
Editor : Cahyani Harzi
Translator : Dhelia Gani


Produk Olahan, Kementan Dorong Petani Milenial Perkuat Hilirisasi
DIES NATALIS: Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi [tengah] pada Dies Natalis ke-3 Polbangtan Malang didampingi Direktur Dr Setya Budhi Udrayana [kanan] Foto: BPPSDMP

Malang, Jatim [B2B] - Kementerian Pertanian RI mendorong para petani tidak lagi menjual produk mentah, melainkan produk olahan dari hasil panennya, sebagai bagian dari upaya mencetak agro-sosiopreneur yang merupakan ciri dari pertanian maju, mandiri dan modern.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa saat ini sektor pertanian telah memasuki era industri 4.0. Cirinya, penerapan inovasi teknologi dan mekanisasi pertanian yang mempercepat proses produksi pertanian.

"Pertanian kita harus dimordenisasi. Petani Indonesia tidak boleh tertinggal, karena banyak inovasi teknologi dan mekanisasi yang dibuat untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Mentan Syahrul.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa tujuan pembangunan pertanian nasional, menyediakan pangan bagi rakyat Indonesia, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor. 

"Kunci suksesnya, peningkatan produktivitas pertanian yang di dalamnya mencakup kualitas, kuantitas dan kontinuitas," kata Dedi Nursyamsi pada Kuliah Umum dalam Dies Natalis ke-3 Politeknik Pembangunan Pertanian [Polbangtan] Malang bertajuk 'Agro-sosiopreneur berbasis Teknologi di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0', Kamis [24/6].

Menurutnya, kita harus siap transformasi dari pola tradisional ke modern. Cirinya, penggunaan inovasi teknologi dan mekanisasi serta harus menggunakan varietas unggul berproduktivitas tinggi.

Penggunaan mekanisasi akan mengurangi biaya produksi dan mempercepat proses produksi seperti alat mesin pertanian [Alsintan] akan mengurangi biaya produksi hingga 60% dan proses produksi berlangsung cepat.

"Ciri ketiga, pemanfaatan teknologi informasi, khususnya internet of things. Dahulu pertanian kita hanya tanam, petik, jual tapi sekarang harus bergerak dari hulu ke hilir, sampai pada proses pascaproduksi dan pemasarannya," kata Dedi.

Dalam pertanian modern, petani tak lagi hanya sekadar menjual produk tanaman pangan dan hortikultura. Hasil produksi diolah dulu. Petani jangan lagi jual gabah, tapi beras dalam kemasan. Petani ubi jangan jual ubi mentah, tapi keripik. Petani jagung menjual tepung jagung.

"Perlu ada transformasi mindset, atau pola pikir harus diubah. Dulu, pertanian itu keterpaksaan karena tak ada lapangan pekerjaan. Sekarang, pertanian harus membuka peluang kerja dengan orientasi bisnis," kata Dedi.

Direktur Polbangtan Malang, Dr Setya Budhi Udrayana mengakui bahwa saat ini pertanian tak bisa dilepaskan dari kemajuan zaman. Adaptasi sektor pertanian dengan perubahan yang bergulir cepat harus dilakukan setiap saat. 

"Dunia sudah tak bisa dilepaskan dari teknologi informasi. Tugas pertanian menjaga pangan bagi seluruh rakyat. Tugas menjaga pertanian itu mulia dan menjanjikan," katanya.

Dia menambahkan, Dies Natalies Polbangtan Malang ke-3 jatuh pada 25 Juni. "Namun rangkaiannya dilaksanakan sejak 21 Juni, bertepatan dengan Hari Krida Pertanian. Kami melaksanakan berbagai kegiatan seperti pelatihan tematik, keterampilan, pameran pertanian dan kegiatan lainnya." [Cha]

Malang of East Java [B2B] - Indonesian government in the next five years prioritizes the development of human resources that are ready to face globalization in the era of industrialization 4.0, carry out its role to develop millennial farmers who understand information and communication technology, according to the senior official of the agriculture ministry.